Share

43a

“Mas, tahu nggak sih. Mbak Sarah kemarin marah-marah ke mama.” Intan membuka percakapan seraya membuat omelet di dapur mini milik Aditya. Untungnya Intan ingat membeli telor di supermarket sekalian roti tawar. Biasanya Aditya hanya akan makan di kantin kantornya sembari minum kopi. Pantas saja dapur bersih. Bahkan, perlengkapan perang saja hanya ada pan buat bikin omelet dan pan untuk mie instan. Itupun masih kinclong karena jarang digunakan.

Aditya duduk di kursi yang ada di minibar, yang posisinya bersebalahan dengan Intan yang tengah memasak omelet. Lelaki itu menyesap kopi buatan Intan. Sejak pindah ke apartemen, dia sudah tak lagi minum kopi buatan rumah.

Tak dipungkiri, kopi buatan Intan memang istimewa. Takaran kreamer, kopi dan gulanya yang pas, meski tidak dibuat dengan coffeemaker seperti di salah satu stand di kantinnya.

“Kenapa marah?” timpal Aditya seraya meletakkan sendok bekas adukan kopi di piring kecil yang menjadi alas cangkir kopinya.

Intan meletakkan piring
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Nisra Icha
sepemikiran... tuh intan kayak di bego2in aja...
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
up dunk otor
goodnovel comment avatar
svetla rahayu
mana update nya 🥲
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status