Brian menghentikan tawanya setelah mendengar ucapan Kalya.Pernyataan cinta? Love you tadi dia bilang?Dada Brian terasa sakit seperti ada yang mencubitnya hingga melintir diputar 360 derajat. Perih.“Mas, kata dokter aku bisa pulang jam berapa?”Kalya bertanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hati Kalya sakit tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin jodoh Kalya bukan Brian. Kalya sudah pasrah saja. Lagipula Alloh yang lebih mengetahui hati seseorang, Alloh juga maha pembolak-balik hati. Jika Brian jodoh Kalya pasti nanti Brian akan kembali pada Kalya, tapi jika bukan jodohnya maka Kalya akan mundur perlahan dari sekarang.Perasaan Kalya sudah melewati batas, jadi mendengar bercandaan seperti itu saja sudah membuat dirinya kecewa.Brian yang diam akan keterkejutannya langsung sadar setelah mendengar pertanyaan Kalya.Brian berdeham melancarkan tenggorokannya.“Ekhem… Jam 11.”Kalya mendongak melihat jam dinding. Kalya jadi ingin cepat-cepat pulang menghindari Brian.“Udah jam 10.
Arin sedang duduk di ranjang tidak ada niatan untuk tidur maupun rebahan. Ia terus memikirkan keberangkatan Dariel ke Jakarta besok. Posisinya saat ini kurang lebih sama dengan Citra. Namun harus bagaimana lagi, pekerjaan Dariel di Jakarta pasti banyak sekali. Brian hanya mengelola satu perusahaan saja, tapi Dariel iya di Indonesia hanya satu perusahaan namun Dariel juga pasti mengurus perusahaan yang ada di luar negeri, kebanyakan ada di Amerika dan Eropa.Baru saja ia menikmati namanya pacaran, eh malah mau pisah aja. Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya Arin pacaran.Berbeda dengan Citra yang ditawari pindah ke Jakarta oleh Dewa, tapi Arin sama sekali tidak. Ia juga mau setidaknya Dariel mengajaknya atau menawarinya untuk pindah ke Jakarta.Mungkin Dariel memiliki alasan lain makanya tidak mengajaknya. Jika Arin pergi ke Jakarta juga bagaimana dengan keluarganya disini. Bisa dibilang Arin itu tulang punggung keluarga saat ini, meskipun masalah uang bisa saja dikirim lewat transfer
6 bulan kemudian…Semua berjalan normal seperti sebelumnya, sebelum cerita ini ada.Citra yang di tinggal Dewa ke Jakarta, tapi Citra bersyukur Dewa tidak lupa dengannya. Dewa selalu menghubunginya. Dewa ada tidak menghubunginya paling lama 3 minggu karena diberi tugas ke luar negeri, tapi setelah itu Dewa rutin lagi menghubungi Citra 2 sampai 3 hari sekali. Dewa selalu menceritakan tentang pekerjaan dia bersama Dariel, tidak terlalu rinci hanya garis besarnya saja. Rahasia perusahaan.Arin yang selama 6 bulan ini tidak pernah dihubungi oleh Dariel mencoba untuk pasrah saja. Dariel yang sibuk memang benar-benar tidak menghubunginya. Jika Dariel kembali ia akan bersyukur, jika tidak juga tidak apa-apa, mungkin belum jodoh.Arin memang tidak memberi batas waktu untuk dirinya sendiri untuk move on, jika ada yang dekat dengannya dan serius dengannya ia akan membuka hati. Kenapa? Karena Dariel mung
Tidak ada salahnya juga Brian datang ke ruang marketing. Ia mengobrol banyak dengan Yusup dan Tio, terkait pekerjaan tentu saja. Yusup dan Tio bercerita tentang usaha mereka untuk mengejar target. Brian jadi tahu bagaimana mereka berusaha keras mencari konsumen dikarenakan mengejar target jualan. Banyak marketing yang masuk dan keluar ruang marketing. Ya iya lah ruang marketing kan tempat istirahat mereka. Tapi baru saja masuk ruang marketing, mereka langsung keluar lagi. Bukan malu atau takut, tapi kalau ada bos itu kan jadi ngga bebas, ngga bisa ketawa kenceng, ngga bisa teriak-teriak, ngga bisa ngomong kasar, eh. Contohnya saja Tio, orang petakilan seperti Tio yang biang rusuh tapi kalau ada bos malah jadi kayak kucing peliharaan. Senyumnya dimanis-manisin, cih. Anak-anak yang sengaja diam di ruang marketing melihat Tio seperti itu malah jadi jijik sendiri. Semua marketing tau kalo Tio itu marketing paling bar-bar di SFC ini. Ada juga marketing cewek yang malah sengaja duduk-dudu
Ohhh sh*tPadahal tubuh Arya tinggi dan kekar. Kalya yakin dia sembunyi di belakang punggung Arya pun dia tidak akan terlihat.Tapi kenapa?Tapi kenapa Brian bisa menemukannya semudah itu? Apa Arya yang menyusut tubuhnya? Apa justru tubuh Kalya yang membesar? Tapi berat badan Kalya justru turun drastis.Kalya heran, jika ia sengaja diet malah susah buat turunin berat badan, tapi giliran patah hati aja makan sebanyak apapun tetap aja turun berat badannya.Kalya tidak berani menatap Brian yang saat ini sedang menatap tajam dirinya, dia terus saja sembunyi di punggung Arya. Arya juga merasa takut melihat atasannya yang ada di hadapannya, meskipun Brian tidak menatapnya tapi menatap orang yang ada di belakangnya. Marketing lain menatap Brian dan Kalya. Mereka penasaran kelanjutan drama hubungan Brian dan Kalya.Yang bisa Kalya lakukan hanya menatap lantai dan melirik sepatu Brian yang masih saja disana tidak berpindah tempat.Brian menghela napas kasar dan mengusap wajahnya lelah entah ke
Ditinggal pergi oleh Yusup, Kalya jadi bingung harus melakukan apa. Akhirnya Kalya membereskan saja peralatan tempurnya dalam berpromosi untuk jualan yang tadinya berantakan diatas meja sekarang meja tersebut sudah rapi kembali.Brian duduk dengan menumpangkan kaki kanannya diatas kaki kiri, kedua lengannya yang bertumpu pada lengan sofa dan mata tajam yang intens menatap Kalya. Semua gerak-gerik Kalya tidak lepas dari pandangan Brian.“Saya ijin keluar, pak.” Kalya sudah bersiap bangkit dari duduknya. Saat bicara Kalya tidak menatap Brian sama sekali. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, yang penting bukan ke arah Brian.Sudah lama perasaan sakit yang Kalya rasa ia enyahkan. Namun sangat sulit untuk melupakannya. Disaat Kalya sudah lupa tapi secara tidak sengaja ia bertemu lagi dengan Brian, ya otomatis malah jadi ingat lagi. Begitu seterusnya.“Siapa yang suruh kamu keluar. Saya kan sudah bilang ada yang mau dibicarakan sama kamu.”Brian menghela napas kasar. Tidak tau kenapa a
“Aku mau minta mbak Citra buat panggil dokter.”“Ngga usah, kamu aja yang disini.”“Lepas dulu ih. Aku mau ambil minum sama obat dulu.”Brian melepaskan genggamannya. Kalya kembali ke ruangan Brian. Ia ingat pernah melihat kotak P3K dan kotak obat ada di lemari kaca dekat meja kerja Brian.Saat membuka lemari itu, benar saja disana ada kotak P3K dan kotak obat. Saat membuka kotak obat itu ada banyak jenis obat-obatan dan vitamin. Kebanyakan vitamin. Ia mencari obat demam dan ternyata ada di paling bawah, mana tinggal satu tablet juga. Gapapa lah, kalau habis nanti bisa beli lagi, yang penting sekarang ada dulu.Ia melihat nampan yang tadi dibawa Citra. Sate dan nasi padang masih ada, belum tersentuh sama sekali. Ia tahu pasti Brian belum makan, karena saat jam istirahat tadi Brian berkeliling. Setidaknya Brian harus makan dulu sebelum minum obat.Nyuruh orang sakit makan nasi padang bukannya bubur. Bodo amat, lah. Kalo beli bubur malah tambah lama, yang ada aja dulu. -- batin Kalya.K
Kalya kembali ke kamar pribadi Brian. Brian tidur dengan tenang. Kalya memperhatikan wajah Brian dengan lekat. Tampannya… Kalau saja setiap hari Brian memperlihatkan wajah tenangnya seperti ini terus Kalya pasti akan kelepek-kelepek. Tapi jangan deh, jangan orang lain yang lihat wajah Brian saat ini, cukup Kalya aja yang dapat menikmati wajah Brian yang tenang ini. Takutnya nanti saingannya makin banyak. Saat mendekati Brian dulu, ia sangat gencar sekali karena Kalya tahu banyak yang naksir juga pada Brian di SFC ini. Siapa yang tidak menginginkan Brian? Duren, tampan dan kaya raya ditambah lagi diusianya yang kepala empat Brian masih memiliki tubuh yang bugar. “Padahal dulu pas deket kita cuman ketemu beberapa kali aja, bisa dihitung pake jari malah. Tapi kenapa pas kamu bercanda masalah hati sakitnya itu kerasanya sampe sekarang?” Dengan mata teduh Kalya terus menatap Brian, ia juga mengusap tangan Brian pelan. “Aku suka, sayang, cinta sama kamu tulus loh, mas. Makanya pas kam