Elise berada di tempat baru lagi. Sebuah tebing berbatu dan samudera luas di depannya. Dalam sekali lihat Elise langsung teringat dengan tebing Atiria di pegunungan utara. Sayangnya selain Elise taka da seorangpun di sana. Untungnya hal itu tak berlangsung lama. “Elise!” suara panggilan Nerwin terdengar di kejauhan. Elise menoleh dan melihat pemuda itu berjalan sambil melambai ke arahnya. Tak banyak yang berubah dari sosok Nerwin, tapi Elise bisa merasakan aura yang berbeda yang terpancar dari pemuda itu.“Dimana Ethan dan Kenneth?” tanya Nerwin segera setelah dia berhadapan dengan Elise. Elise tak menjawab karena dia memang tak tahu. Gadis itu hanya menggeleng sambil mengangkat bahunya. Lalu, tak lama sudut mata Elise melihat sesuatu yang melesat dengan cepat di langit. Elise menoleh dan melihat cahaya hijau di kejauhan yang tampak semakin dekat. Elise menoleh pada Nerwin dan melihat pemuda itu menggeleng. Keduanya bersiap dengan senjata masing-masing menanti benda itu turun. Bo
Tebing Atiria, awalnya hanya sebuah tebing kosong yang diabaikan di wilayah utara, tapi sejak beberapa hari yang lalu, puluhan pasukan mayat hidup dan puluhan monster muncul di tempat itu. Tempat yang awalnya sunyi dan dianggap sakral oleh penduduk setempat tiba-tiba menjadi riuh karena banyaknya bahaya yang tiba-tiba muncul.“ETHAN! AWAS!!”Ethan berbalik dan melempar sebuah tongkat besi yang berada tak jauh dari tempatnya ke arah seekor monster yang tiba-tiba terbang melesat ke arahnya. Tongkat besi itu melesat lurus dan menembus leher monster tersebut yang membuatnya jatuh terkapar di atas tebing berbatu. Bunyi bedebum dan getaran samar terasa asat makhluk besar itu jatuh menimpa beberapa monster lain di bawahnya.“Tepat sasaran seperti biasa,” gumam Nerwin dari bawah tebing.Kesenangan singkat itu tak berlangsung lama, karena masih ada ratusan monster lain yang terus mengepung tebing Atiria selama beberapa hari ini, tepatnya sejak cahaya ungu memenuhi langit. Hari dimana The Ameth
Jetstorm adalah sebuah wilayah yang berada di pesisir timur. Dikelilingi dengan hutan hujan di sepanjang perbatasan wilayah nya dan sebuah padang pasir di sebelah baratnya. Padang pasir yang tak pernah dilalui karena terik mataharinya. Juga karena tak ada sumber kehidupan yang ada di wilayah itu untuk bertahan hidup barang sejenak. Perlahan wilayah padang pasir itu menjadi wilayah luar yang diabaikan dan tak dipedulikan serta menjadi tempat terbaik untuk menyimpan pasukan secara diam-diam.Lucinda, berdiri di tempat itu dengan senyum merekah memandang ribuan pasukan mayat hidup yang telah siap untuk digunakan. Para tubuh tubuh tak bernyawa yang dikendalikan oleh mantra. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum ribuan pasukan ini digunakan untuk meratakan Crator.Seringai tipis terlintas di wajah Lucinda mengingat rencananya. “Kakak, tunggu aku!”***Malam itu, Samantha diam-diam pergi keluar dari istana. Setelah pertemuan di aula tadi siang semua orang sangat sibuk dengan persiapan perang
Samantha berjalan mengikuti ketiga orang itu secara sembunyi sembunyi. Mereka menyusuri lorong-lorong istana dengan sangat tenang dan santai. Padahal seingat Samantha, ini adalah kali pertama Putri Florian berkunjung ke Jetstorm tapi semua gerak geriknya sekana wanita itu sangat mengenal tempat ini. Ketiga orang itu tiba di depan kamar Raja Julian. Samantha masih menyembunyikan dirinya saat Lucinda tiba-tiba berbalik dan melihat ke belakang, tepatnya ke tempat Samantha berada. Samantha menunggu dengan was-was khawatir keberadaannya akan diketahui oleh ketiga orang itu, tapi setelah menunggu selama beberapa saat tak terdengar apapun. Samantha mengintip dari tempat persembunyiannya dan melihat ketiga orang itu telah menghilang dan pintu kamar Raja Julian menutup pelan. “Apa yang mereka lakukan di ruangan Raja Julian?”Samantha menunggu dengan tenang di tempatnya. Selama beberapa saat tak terjadi apapun. Badai pasir di luar juga masih berlangsung sehingga hanya suara angin dan pasir y
“Kau lihat langit itu? Entah mengapa aku merasa bahwa awan badai telah berkumpul disana.”Adish bergumam sambil menatap langit di atasnya. Menatap ku,pulan awan putih yang bergerak pelan di hembus angin. Awan-awan yang sejak beberapa hari ini terus menutupi langit biru Gwlad Enaid.“Jika kau tidak segera bangun, aku takut badai itu akan segera turun di tempat ini,” lanjut Adish masih bergumam.Gadis itu menoleh menatap sosok yang terbaring tak bersuara di atas altar es di tengah danau beku. Sosok Rachel yang jatuh tertidur setelah membangkitkan kekuatan The Amethyst.“Mereka telah mendapatkan pelatihan yang cukup dari Cornus dan Elaphus, tapi bagaimanapun mereka hanya tameng. Tameng tak akan bisa bertahan tanpa pemiliknya. Tameng hanya menjadi sebuah penghalang kosong tanpa kekuatan. Kapan kau akan bangun, Rae?” tanya Adish pada sosok Rachel.“Kau melakukan sesuatu yang sia-sia,” suara Elaphus terdengar di telinga Adish. Rusa merah itu berada jauh di tepi danau beku dan menatap ke ara
Samantha dan George menatap barisan pasukan kerajaan yang telah siap di halaman kastil Jetstorm. Setidaknya lebih dari lima ribu prajurit telah siap bergerak dan mengelilingi Crator untuk mencari sosok dalam ramalan, The Amethyst.“Bagaimana dengan Kenneth?” George berbisik pelan pada Samantha.“Aku tak bisa mengirim kabar apapun padanya. Semua merpati yang aku kirim kembali dengan sia-sia,” balas Samantha dengan suara pelan.Keduanya telah mencoba mengirim pesan pada Kenneth sejak dua hari yang lalu, tapi semua pesan mereka kembali dengan sia-sia. Seakan merpati itu tak bisa menemukan keberadaan Kenneth.“Elise dan Ethan mengunjungi tempat ini beberapa hari yang lalu, tapi aku juga tak bisa menemukan mereka,”tambah Samantha.“Elise? Dia kemari?” tanya George memastikan apa yang dia dengar. Samantha mengangguk samar.Keduanya segera kembali diam saat melihat sosok Raja Julian dan Putri Florian berjalan keluar dari dalam kastil. George segera membungkuk memberi hormat diikuti seluruh p
“Dia, bukan Putri Florian yang kalian kenal. Bukankah dia memilih topeng yang sempurna? Dia adalah pengkhianat klan Jade, sosok Yang Terlarang dalam ramalan Guardians of Jade, Sigrid Hatron The Bloodstone.”***Kenneth hanya bisa diam menahan amarah sambil mengepalkan tangan. Menyadari bahwa dia masih kalah dibandingkan kelicikan musuhnya. Sosok yang dia lindungi adalah penjahat yang sesungguhnya. Putri Florian yang dia lindungi adalah Sigrid Hatron.“Tidakkah ucapan wanita itu sangat lucu. Bagaimana mungkin Putri Florian adalah pengkhianat klan Jade, kita semua melihat Putri Florian tumbuh sejak kecil di kastil Irdawn. Sepertinya wanita itu berusaha memecah belah kita,” seru salah seorang komandan pasukan Vinetree.Anehnya, Kenneth bahkan tidak ingat dia pernah memiliki bawahan seperti pria itu. Lalu, dimana Samantha dan George? Mengapa mereka tidak terlihat? Juga Robin, bagaimana keadaan anak itu?”“Mereka semua ditangkap oleh Sigrid,” suara Elaphus terdengar di kepala Kenneth.Kenn
Rachel bisa merasakannya. Sebuah desakan untuk bangkit. Sebuah dorongan untuk membuka matanya. Namun seluruh indera perasanya seakan tak bisa dia kendalikan. Lemah, itu yang Rachel rasakan. Dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.“Kau terlalu lemah untuk menjadi pemilik kekuatan ini,” ucap Sassafras.Naga itu masih belum menyerah untuk menguasai tubuh Rachel. Dia masih berlalu lalang di alam bawah sadar Rachel. Terbang dengan wujud naganya dan sesekali mencoba menyerang Rachel, meski tak sampai membahayakan nyawanya.“Kau juga terlalu lemah untuk lepas melarikan diri dari belenggumu,” balas Rachel santai.Sassafras mendengus pelan. Makhluk itu berhenti terbang dan mengubah wujudnya menjadi seorang pria. Dia berjalan mendekati Rachel yang berdiri diam di tengah ruang kosong nan luas itu.“Kau bahkan tidak bisa mengendalikan kesadaranmu sendiri, bagaimana kau akan terus membelengguku di sini?” tanya Sassafras mengintimidasi.Rachel akui bahwa ucapan Sassafras ada benarnya, tapi R