"Ibu saya akan menghargai jika Ibu bersikap lebih lembut dan jika Ibu sopan kami pun akan segan. Ada apa dengan Ibu, dengan cara seperti ini Ibu memaksa kami untuk tidak berani menggunakan apapun yang merupakan fasilitas keluarga ibu.""Kalau kau memang malu maka, tahu diri lah sedikit, mobil motor dan apa yang ada di situ semuanya tidak akan berada di sini tanpa izin dan doa-doa dariku, sebagian juga merupakan usaha dan hasil keringat suamiku. Kau yang baru datang kemarin sore jangan bermimpi untuk segera menguasainya apalagi sampai berusaha menimbulkan jarak antara aku dan Hamdan," tuding beliau dengan ekspresi yang sangat marah, anak-anak tertegun dan merasa tegang. Mereka gelisah sambil memandangi arloji yang berada di pergelangan tangan mereka."Ibu maaf sebelumnya kami mau berangkat sekolah dulu," ucap Erwin sambil meraih tanganku dan mengecupnya berikut juga dengan Vito. Tadinya anak-anak juga ingin menyalami oma mereka, tapi karena Ibu sedang membuang muka dan memperlihatkan e
Usai merebut kunci dari tanganku, ibu mertua menjauh, dengan penuh kekesalan dia menghela napas lalu masuk ke dalam rumah dengan cara membanting pintu. Aku terkesiap, terkejut karena baru pertama kalinya ibu mertua memperlakukanku sekasar itu, itupun di depan supir dan anak anak.Sebenarnya, aku tidak masalah jika dia memusuhiku tapi mengapa juga ia harus menunjukkan di depan mereka, itu akan mempengaruhi mental anak anak dan bagaimana mereka akan tidak nyaman berada di rumah ini. Bayangkan, ini rumah ayah tirinya, dan orang tua dari ayah dirinya tidak menyukai mereka, tentu perasaan anakku akan tersisih dan hancur sekali.Aku punya dua pilihan untuk mengatasi hal ini. Pergi minta maaf pada ibu mertua, lalu mengalah dan pura pura jadi menantu baik dengan mengorbankan suamiku jadi milik wanita lain. Ataukah, aku melawan, ikut main cantik, membalas dengan cerdik serta acuh tak acuh aja dengan wanita tua yang sebentar lagi akan meninggal itu?Astaghfirullah.Aku bisa bertahan pada pil
Kurasa orang yang selalu membasahi lidahnya dengan dzikir pasti akan punya hati yang luas untuk memaafkan. Akan jadi hal yang aneh jika Ibu terus meminta pengampunan dan menyebut-nyebut nama Tuhan tapi dia tidak mau memberikan maaf dan memaklumi diriku."Ibu..." Aku berlutut di sampingnya sambil menggenggam tangannya yang kini memegang tasbih. Aku mencium tangan itu dengan penuh rasa hormat dan takzim."Ibu, maafkan aku.""Apakah kau mengharapkan rasa maaf dariku karena takut pada Hamdan?""Tidak juga.""Kau takut diceraikan jika aku mengadu padanya?""Tidak bukan begitu ibu aku minta maaf karena mencintai ibu dan menghormati Ibu seperti Ibuku sendiri.""Jangan jual rayuan dan kata-kata manismu karena aku tidak akan mempercayainya. katakan saja modusmu, kenapa kau datang kemari dan minta maaf padaku sampai harus berlutut seperti itu?!""Aku sedang memohon pengampunan ibu.""Demi apa?""Demi ridho dan kasih sayang.""Apakah penting bagimu ridho dan kasih sayangku?""Ya, ibu adalah mert
Sungguh sebuah pilihan sulit saat ibu memintaku untuk memilih antara cinta dan masa depan anak anak. Jika kupilih cinta maka ibu akan memusuhiku dan mengintimidasi anak anak, namun jika kuturuti semua keinginannya,maka dia akan bersikap baik dan ujungnya aku yang akan makan hati berulam jantung.Bisa kubayangkan bagaimana Haifa dan Mas Hamdan nanti, di depanku mereka akan melenggang sebagai pasangan baru, aku akan lebih sering menyaksikan kebersamaan mereka dan menahan perasaanku yang hancur, sungguh akan sangat iri dan pedih hati ini. Membayangkan bahwa wanita jalang itu juga akan diboyong kemari membuatku putus asa dan pusing kepala, ya Tuhan ….“Kau terlihat berpikir keras, ada masalah apa Sayang?” Tak kusadari suamiku sudah kembali, begitu lamanya aku mengambil kesempatan untuk berpikir sehingga tdk sadar bahwa hari bergulir siang dan Mas hamdan pulang makan.“Sudah salat Mas? salatlah dulu, aku akan siapkan meja makan,” ujarku sambil mengulas senyum.“Kamu terliihat sembap, habi
"Hamdan, yang terjadi di belakang kami tidaklah penting karena yang diketahui orang lain adalah kalian sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menikah. Yang diketahui orang adalah kau lelaki baik yang akan meminang Haifa sementara Haifa adalah wanita cantik berprestasi yang akan menjadi madu dari istrimu yang berhati mulia. Itu yang terlihat. Aku tidak mau citra yang kita bangun hancur dan mempermalukan semua orang, karena itu, aku ingin kalian melanjutkan pertunangan."Mendengar ucapan ibu tentu saja Mas Hamdan langsung berdiri dari tempat duduknya memandang dengan satu tarikan nafas dalam di dadanya. "Ibu, Kenapa Ibu tega mengambil keputusan sepihak seperti ini?""Membatalkan pertunangan tanpa persetujuan kedua belah pihak adalah perbuatan yang zalim Hamdan, lagi pula apakah kau tidak menimbang perasaan haifa yang kemudian akan mendapatkan penghakiman jika orang-orang tahu bahwa kau dan dia hanya bertunangan dengan palsu?!""Tapi apakah ibu tahu apa masalahnya, hingga aku memutus
'Gimana ini Mas, ibu bersikeras untuk menjadikan haifa menantunya, kita harus bagaimana?"Mas hamdan yang aku ajak bicara hanya terdim sambil menggengam erat kotak cincin yang ibu berikan. Kuguncang bahunya untuk menyadarkan dirinya, suamiku tersentak dan menatap diri ini dengan tatapan penuh makna, dia seakan memintaku untuk memberinya waktu.“Aku akan pergi sebentar,” ucapnya.“Kemana?”“Ke rumah keluarga Haifa, kau tunggu disini saja, aku akan membereskan kesalahpahaman ini, aku akan beritahu keluuarga Haifa bahwa pertunangan kami tempo hari hanya settingan, aku akan jelaskan semuanya bahwa haifa sudah menjebak diri ini agar mau menikah dengannya dengan cara apa saja,” balas Mas Hamdan sambil membuang napasnya.Kuantar suamiku ke depan pintu rumah, dia naik ke mobilnya sedang aku mengiringi kepergiannya dengan doa, berharap bahwa semua masalah ini akan selesai secepatnya. Kuharap suamiku bisa kembali ke pelukanku tanpa gangguan wanita lain.Aku kembali ke dalam rumah tepat saat s
“Halo, Mas.”Tidak ada jawaban, tapi terdengar suara percakapan antara beberapa orang pria dan wanita. Sepertinya Mas Hamdan sengaja menghubungiku agar aku bisa mendengar percakapan mereka."Saya datang kemari untuk menjelaskan yang sebenarnya, bahwa saya dan Haifa tidak benar benar bertunangan,' ujar Mas hamdan memulai pembicaraaan. "Lho, kok bisa Nak Hamdan, tolong, kami tidak mengerti, bisa kamu jelaskan dari awal ?""Baiklah, awalnya, saya dan dia pergi untuk bertemu klien bisnis, usai deal kesepatakan, aku dan Haifa ngopi di sebuah cafe dan tiba tiba saya lupa segalanya. Aku sadar saat kutemukan diri ini di klinik. Tapi entah kenapa para perawat dan dokter yang ada di sana tidak memberi tahu apa yang terjadi. Pada akhirnya aku ingat semuanya, aku tidak meniduri Haifa, aku hanya kehilangan kesadaran dan tertidur. Belakangan aku tahu alamat klinik tempatku dirawat kemarin, dan setelah kutelusuri ternyata aku kelebihan obat tidur dan dosis obat perangsang.""Apa?""Ya, Haifa mela
"Tapi Nak Hamdan, sudah terlanjur bahagia dengan pertunangan itu, semua keluarga juga sama, terutama Nenek Haifa yang kini sakit sakitan, kami khawatir mengetahuinya cucu dicampakkan Ibuku akan sangat syok dan kena serangan jantung.""Saya bisa memaklumi itu, tapi tidak bisa memaksakan keadaan, kalaupun saya tetap berpura-pura jadi tunangan Haifa maka itu akan melahirkan kebohongan demi kebohongan berikutnya. Saya bukan tipe orang yang suka berbohong dan bersandiwara."Tiba-tiba dari seberang sana aku bisa mendengar ibunda Haifa menangis terisak dengan kesedihannya. Di sisi lain di rumah ini Haikal dan ibu mertua sedang tertawa-tawa di ruang tamu khusus wanita. Mereka bersenda gurau layaknya ibu dan anak, sementara diri ini dan Mas Hamdan berada di tengah-tengah kegalauan dan kebingungan itu."Ibu tolong maafkan saya ya, saya mau pergi dulu," ucap Mas Hamdan."Baiklah, Nak Hamdan. Jika itu keputusanmu, maka kami akan pasrah, tapi tolong, jika ibumu mengharapkan Haifa jadi menantunya,