Jam sudah menunjukkan pukul 01.20 wib. Tapi Mayang belum juga bisa memejamkan matanya. Padahal dari tadi, Dinda sudah terlelap di sampingnya.Ya, Dinda tidur di kamar Mayang malam ini, karena dia ingin menemani kakaknya yang lagi patah hati. Tapi sekarang, malah Dinda yang tertidur nyenyak.Karena Mayang, tidak bisa juga memejamkan matanya. Mayang pun segera pergi berwudu', karena ingin mengadu kepada sang pencipta. Setelah menggelar sajadah dan melaksanakan 2 rakaat, Mayang mulai berkeluh kesah kepada sang pencipta. Dengan mengeluarkan semua perasaan yang dia rasakan saat ini. Dan, dengan berurai air mata, Mayang meminta kepada ALLAH SWT agar hatinya besok tidak rapuh seperti saat sekarang ini. Cukup hari ini dan malam ini saja, hatinya menangisi seseorang yang bernama Arman. Dia ingin hati dan perasaannya tegar dan bersemangat kembali, seperti hari-hari sebelumnya. Yang penuh tawa dan candaan tanpa ada kekangan dan air mata seperti saat sebelum bertemu dengan Arman."Cukup malam i
Tiga hari lamanya, Mayang sakit. Semenjak pertengkaran dia dengan Arman. Dan, disebabkan karena kehujananlah, Mayang menjadi demam dan tidak bisa bekerja selama tiga hari itu. Dan, Mayang pun meminta izin, untuk tidak masuk kerja.Sementara itu, Arman yang tidak bertemu selama 3 hari dengan, Mayang. Membuat laki-laki itu panik dan tidak bisa fokus dalam setiap pekerjaannya. Ingin menemui Mayang di rumahnya, tetapi tidak tahu, di mana alamat gadis itu berada. Dan, sudah puluhan kali, Arman menghubungi nomor gadis pujaannya itu. Tetapi, tetap saja mati dan tidak bisa dihubungi. Membuat Arman, benar-benar menyesal dan merasa bersalah.Ya, selama berhubungan dengan Mayang, Arman belum pernah sekalipun dibawa ke rumah oleh Mayang. Bagi Mayang laki-laki yang akan dia bawa pulang dan dikenalkan ke keluarganya adalah calon suaminya nanti. Karena Mayang masih mengingat serta menerapkan perkataan orang tuanya semasa hidup,"Nak, suatu hari nanti, kalau kamu sudah dewasa dan memiliki pasanga
"Kamu kan, yang mengantarkan Mayang pulang kemarin?!" Tanya Arman dingin."Iya, Pak. Maaf, karena membuat bapak jadi salah paham. Sebenarnya kema--," saat Toni, ingin menjelaskan kembali kejadian 3 hari yang lalu, tiba-tiba saja, Arman memotong ucapan bawahannya itu."Saya tidak meminta penjelasan dari kamu. Saya cuma mau tanya!"sentak Arman dengan cepat, karena dia tidak mau mendengar penjelasan dari Toni."Ouh, maaf. Saya kira, bapak menemui saya karena ingin meminta penjelasan kemarin." ucap Toni. "Lalu, bapak mau tanya apa pada saya?"tanya Toni yang tetap sopan, menanggapi Arman."Saya menemui kamu, karena ingin tanya alamat rumah Mayang. Kamu pasti tahu di mana rumahnya. Karena kemarin kamu yang mengantarkan Mayang pulang." Ucap Arman to the poin.Mendengar ucapan Arman, Toni malah meminta maaf, "Maaf Pak Arman. Saya juga tidak tahu di mana rumah Mayang," jawab Toni.Mendengar ucapan Toni, membuat Arman menjadi marah."Brengsek! Jangan bohong, kamu! Bukankah kamu, yang mengantar
Besoknya, Saat Mayang melewati kantor, bersama beberapa teman kerjanya. Dimana, rencananya mereka mau ke gudang untuk mengambil beberapa barang yang akan dibawanya ke lahan. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil dan memeluk Mayang dengan sangat erat."Mayang! Bagaimana kabar kamu? Apa kamu sehat-sehat, saja? tanya orang itu, sambil memeluk Mayang. "Kangen tahu, sudah lama kita tidak bertemu," sorak Nurma, yang merupakan sahabat Mayang. Nurma adalah orang yang mengajak Mayang untuk bekerja di Perusahaan sawit tersebut.Awalnya Mayang terkejut, karena tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluk dirinya. Tetapi, setelah tahu siapa yang memeluk tubuhnya, Mayang malah tersenyum lebar dan makin mempererat pelukannya itu."Nurma?! Alhamdulilah sehat sahabatku. Kamu gimana kabar? Sudah lama ya, tidak bertemu? Dan kamu makin cantik saja," ucap Mayang tersenyum senang, dan makin membalas pelukan sahabatnya itu."Alhamdulilah, aku juga sehat. Kamu kali May, tetap cantik meski bekerja di baw
"Maaf. Apapun keadaan saya sekarang, dan semiskin apapun saya. Saya sangat bersyukur dan bangga atas apa yang saya capai dengan kekuatan saya sendiri. Saya tidak malu atas kemiskinan dan kerendahan status sosial, saya. Meskipun pendidikan saya rendah, tapi harga diri saya masih ada dan tidak hilang. Dan, untuk apa gunanya berpendidikan tinggi dan terlihat kaya oleh orang lain, kalau harga diri sendiri sudah tidak ada dan murah dimata orang lain!" sentak Mayang. Yang membuat hati Irma tersentil atas ucapan Mayang tersebut."Apa maksud ucapan loe tadi? Apa loe nyindir gue?!" tanya Irma yang meradang.Mendengar pertanyaan Irma, membuat Mayang tersenyum tipis."Saya tidak pernah menyindir siapapun. Saya berbicara karena fakta. Banyak orang berkata, kalau mereka itu berpendidikan tinggi. Tetapi, dengan sengaja menjual ataupun memurahkan harga dirinya sendiri. Hanya karena ingin dianggap dan terlihat kaya oleh orang lain. Buat apa berilmu tapi tidak beradap! Buat apa kaya, tapi tidak bisa
"Eh, Irma! Loe kenapa sih bengong begitu? Dari tadi gue panggil-panggil, kok loe diam saja." tanya Cindy yang mencubit lengan Irma, sahabatnya itu."Apaan sih Cin, sakit tahu!" sentak Irma sewot sambil mengusap-usap lengannya."Habis, loe diam saja sih, dipanggilin dari tadi gak dengar-dengar. Melamun saja dari tadi, gue lihat. Emang ada apa? Apa loe ada masalah?" Tanya Cindy kepada Irma."Gak ada apa-apa, kok, gue," jawab Irma yang mencoba menutupi kegundahannya itu."Jangan bohong deh, loe. Gue itu tahu siapa loe! Kayak baru kenal kemarin aja loe buat, gue. Sudah dari orok kali, gue sama loe. Masa gak tahu sifat elu. Mending loe cerita ke gue deh sekarang. Dari pada loe kayak gitu, mangap-mangap kayak ikan cupang, hhmm," seloroh Cindy yang menyindir Irma, sahabatnya itu."Hhmm, gimana, ya, Cin. Sebenarnya, gue sedikit takut, tentang apa yang terjadi di gudang kemarin itu tersebar," ungkap Irma dengan perasaan resah, tentang kejadian yang dia lakukan di gudang beberapa hari yang lalu
"Di mataku, tidak ada perempuan yang sebaik dan sempurna seperti dirimu, Mayang!" ungkap Arman atas perasaannya ke Mayang.Sejenak, Mayang terpaku mendengar penuturan dari kejujuran lelaki di depannya itu. Tetapi secepat kilat Mayang membalas ucapan dari laki-laki yang pernah ada dalam hatinya itu, membuat Arman terdiam."Jangan memuji saya seperti itu Pak Arman! Karena saya, tidak sebaik dan sesempurna seperti yang bapak bayangkan!"sanggah Mayang atas semua pujian yang diberikan oleh atasannya."Saya hanya wanita biasa yang juga banyak kekurangan. Dan sebelum Bapak menyesal nanti, lebih baik kita akhiri saja," tutur Mayang, yang membuat Arman, benar-benar terkejut dan tidak menyangka akan sefatal ini jadinya."Kenapa Mayang? Kenapa kamu sangat ingin mengakhiri hubungan dengan aku? Apa aku terlalu buruk untuk dirimu, sehingga aku tidak pantas untuk memilikimu?" tanya Arman yang sedikit emosi mendengar penolakan-penolakan dari Mayang.Arman merasa kecewa atas keputusan yang diucapkan
"Diam cantik. Jangan berteriak! Kita bersenang-senang sebentar!" celetuk laki-laki itu yang tersenyum menj1jikkan di mata Mayang.Dan, mendengar ucapan lelaki itu, mata Mayang makin melotot. Sehingga tubuhnya menggigil ketakutan."Kenapa berk3ringat begitu sayang, apa kamu gerah? Baiklah, ayo kita mulai sekarang," Ucap lelaki itu makin meny3ringai. Mendengar itu, Mayang makin meneteskan air mata.Tanpa berkata-kata lagi, dengan cepat lelaki tersebut, menarik dan meny3ret tubuh Mayang dengan cepat menuju arah sudut rak yang ada di dalam gudang itu. Dengan tangan yang masih memb3kap mulut Mayang. Sehingga Mayang tidak bisa berteriak meminta tolong. Di sana, di sudut gudang, ada meja berukuran besar yang biasanya digunakan para pekerja lahan untuk meletakkan beberapa peralatan untuk pemupukan. Dan, dengan cepat orang itu mendorong dan mengh3mpaskan tubuh Mayang ke atas meja besar itu. Sehingga Mayang meringgis dan mengaduh berbarengan, karena punggungnya merasakan sakit saat beradu de