Hari berikutnya Akbi dan Bee memilih menghabiskan waktu di area resort, siang hari gazebo berbantal sofa menjadi pilihan mereka untuk menghabiskan waktu sambil bersenda gurau.“Bi?” “Baby?” Akbi merubah posisi hingga kepalanya yang berada di atas pangkuan Bee menengadah menatap wajah sang istri.Menunggu perempuan cantik itu mengucapkan kalimat selanjutnya.“Tato yang ada di belakang ... di bawah leher kamu itu artinya apa?” “Kenapa sih lo jadi kepo gitu? Udah sayang ya sama gue?” Bee memajukan bibir sambil metrotasi bola matanya namun tangan mungilnya masih saja mengusap kepala Akbi lembut.“Dibaca Asha,” balas Akbi dengan tangan terangkat menyelipkan rambut ke belakang telinga Bee.“Artinya?” Bee bertanya lagi, tangannya sudah beralih mengusap pipi Akbi.“Harapan.” Ada jeda cukup lama karena mereka hanya saling menatap.Perlahan Ibu jari Akbi mengusap bibir Bee bagian bawah.“Dan lo adalah harapan gue.” Kode lainnya dari Akbi.Bee hanya mengulas sebuah senyum sebagai tanggapan.
Bee mengerjap ketika sebuah tangan merengkuh tubuhnya.Ia menyipitkan mata untuk menyesuaikan retina dengan lampu tidur yang menempel di atas headboard.“Bi?” panggil Bee dengan suara parau.“Baby,” Akbi membalas dan aroma alkohol yang menyengat yang keluar dari mulutnya membuat Bee menjauhkan kepalanya dari leher Akbi.“Kamu mabuk? Jam berapa ini?” cecarnya bermaksud galak tapi sekali lagi, Bee tidak mempunyai karakter seperti itu dan malah membuatnya nampak menggemaskan.“Enggak! Cuma minum sedikit.” Kening Bee terlipat dalam, matanya memicing menunggu penjelasan berikutnya dari Akbi.Akbi menjawil hidung Bee membuat istrinya semakin mengerucutkan wajah, ia pun terkekeh.“Meetingnya berjalan lancar, perusahaan dari Jepang mau bekerjasama dengan kita dan tadi gue dipaksa ngerayain sama mereka di club malam.” “Syukur laaaaah, aku ikut seneng ya, Bi.” Saking bahagianya Bee langsung memeluk Akbi yang telah mengganti pakaiannya.“Makasih ya do’anya,” bisik Akbi kemudian mengecup punca
Brak!!! Akbi mendongak dari berkas yang berada di atas meja, tatapannya nyalang ke arah seorang wanita sexy yang saat ini tengah menampilkan wajah garang.Rani tergopoh-gopoh masuk ke ruangan bosnya untuk menyusul perempuan itu.“Ma ... maaf Pak, Bu Anggit me ... maksa,” Rani terbata seraya menunduk setelah mendapat tatapan tajam dari Anggit.Akbi sedikit mengangguk kemudian mengangkat tangan, memberi kode agar Rani segera pergi dari ruangannya.Setelah kepergian Rani, perempuan yang memakai mini skirt dan stiletto itu melangkah cepat ke arah Akbi.“Brengsek kamu Akbi!!” Anggit berseru seraya menggebrak meja, ia membungkuk dengan kedua tangan menumpu di atas meja.Nafas perempuan itu memburu seakan sedang menahan emosi padahal baru saja ia lampiaskan pada meja kerja Akbi yang tidak bersalah.“Kamu ... setega itu kamu biarin aku waktu malam fashion show minggu lalu, kamu lebih milih bersama jalang it—““Anggita!!!” sela Akbi membentak.“Jangan sekali-kali kamu panggil istri ku dengan
Bee sudah mengangkat tangan namun ia turunkan lagi.Di depannya terdapat sebuah pintu menuju kamar sang Ibu mertua yang jahatnya melebihi Ibu tiri.Sejenak Bee ragu namun niat untuk menyelesaikan masalah antara Diana dan sang Bunda begitu dalam tertanam di hatinya.Seharusnya tidak perlu terjadi kesalah pahaman ini karena sudah jelas Miranda dan Beni tidak pernah terlibat hubungan terlarang.Sang Bunda begitu menyayangi Ayahnya dan Beni juga mencintai Diana hingga bersedia mengalah dan menerima sikap juga kebiasaan buruk istrinya.Bee menghirup udara dalam sebelum ia benar-benar mengetuk benda di hadapannya.Tok ...Tok ...Tok...Suara ketukan itu terdengar nyaring padahal Bee yakin sudah menghentak buku jarinya pada pintu secara perlahan.Beberapa saat kemudian pintu tersebut terbuka dengan Diana yang berada di belakangnya.Alis Diana yang tebal karena bantuan pinsil alis juga eyeshadow coklat pekat di kelopak mata membuat matanya nampak galak terlebih saat ini ia sedang menatap Bee
“Sejak kapan Mama yang sosialita jadi bar-bar kaya gini? Mama pernah sekolah kepribadian ‘kan? Apa kelakuan seperti ini pantas dilakukan oleh istri seorang Marthadidjaya? Kampungan Ma! Mama sama aja kaya Anggit!” Akbi berteriak kepada Mamanya, lupa akan durhaka.Bee sampai terkesiap kemudian tubuhnya bergetar hebat dampak dari rasa ketakutannya yang besar.“Akbi!!!” sentak Diana tidak terima, wanita tua itu memelototkan matanya kepada sang anak semata wayang.“Biiii!!” Sekuat tenaga Bee menyerukan nama sang suami.Biarpun Diana telah melukai wajahnya tapi ia tidak setuju dengan sikap Akbi yang membentak Mamanya.“Kamu udah jadi anak durhaka ya, Akbi! Gara-gara perempuan itu kamu jadi berani melawan Mama!” Telunjuk Diana tidak tinggal diam ketika berkata demikian, ia arahkan pada Bee yang setengah tubuhnya ada di belakang punggung Akbi.Tangan Akbi tanpa sadar mencekal tangan istrinya cukup kencang karena diliputi emosi.“Apa Akbi salah, kalau Akbi menegur Mama yang udah nyakitin ist
“Bi?” panggil Bee yang sedang fokus pada cermin kecil di tangannya.“Baby?” jawab sang suami dengan suara bariton yang lembut.Bee menghentikan aktifitas mengaplikasikan lipstiknya pada bibir kemudian menoleh.“Besok aku bawa mobil sendiri aja ya? Biar kamu enggak usah jemput, kamu jadi maksain pulang cepet buat jemput aku.” Akbi hanya melirik tanpa memberi jawaban, beberapa saat kemudian menepikan mobilnya di depan rumah produksi Ibu Aneu, ia juga mematikan mesin mobil membuat Bee mengangkat kedua alisnya.“Kamu mau turun dulu?” Bee bertanya heran karena biasanya Akbi akan membiarkan mesin mobil menyala kemudian langsung menancapkan gas setelah ia pamit dan turun dari mobil.Dengan satu gerakan tiba-tiba kedua tangan Akbi menangkup wajah Bee, menariknya hingga wajah mereka tidak berjarak lalu melumat bibir mungil itu dengan buas membuat lipstik yang tadi mewarnai bibir Bee habis tidak bersisa.“Gue bilang jangan pake lipstik kalau lagi enggak jalan sama gue!” ucapnya tegas dengan ek
Perlahan Akbi membuka pintu apartemennya, ia berharap Bee telah tertidur.Sore ini jadwalnya kacau karena Anggit memaksa agar ia mengunjunginya di apartemen dan mengancam akan bunuh diri bila tidak bersedia.Seakan ingin puas menyiksa dirinya, Anggit juga menyita ponselnya tanpa sempat ia mengelak ketika baru saja sampai di sana. Kontan Akbi meluapkan emosinya namun Anggit malah histeris hingga menangis memecahkan barang-barang dan menyalahkannya atas semua tindakkan buruk perempuan itu selama ini kepada Bee.Anggit bilang bahwa ia hanya meminta haknya sebagai seorang kekasih untuk bertemu saat sedang tidak ada kegiatan sama seperti yang selalu mereka lakukan sebelum Akbi menikah dengan Bee.Akbi bisa merasakan bila sang kekasih sedang merencanakan sesuatu, pasalnya Anggit sama sekali tidak berusaha menggoda atau memintanya untuk tidur bersama juga tidak banyak menyinggung mengenai sikapnya yang berubah seperti pertemuan mereka beberapa waktu lalu.Perempuan itu sedang berakting sang
Gio memperhatikan dua wanita beda generasi yang sedang bersenda gurau sambil memilih bahan dan keperluan lainnya untuk membuat gambar yang mereka torehkan pada kertas menjadi nyata.Hari ini ia berperan menjadi driver kembali mengantar sang Mami dan Bee kemanapun mereka tuju.Hatinya menghangat melihat Bee sangat dekat dengan Ibunya, pikirannya berkelana membayangkan bila Bee adalah istrinya dan momen kedekatan Bee dengan sang Mamih adalah sesuatu yang membuatnya menjadi pria paling bahagia di dunia ini.Mengingat Ibu Aneu sering menolak wanita yang ia kencani, tapi memang tidak salah juga karena mereka nampaknya tidak tulus mencintainya.Kalaupun ada yang tulus, dirinya yang kurang sreg di hati.Cinta itu berlaku dua arah dan bukannya serah, kan?Gio menajamkan indera penglihatannya ketika Bee mengikat rambut membentuk bun karena udara yang panas di toko itu.Tidak ada tanda merah yang biasanya tampak jelas di leher Bee.Sempat Gio merasa cemburu waktu pertama kali melihat tanda mera