Bila sayang sudah mendominasi perasaan kepada seseorang, rasa khawatir akan ikut menyertai.Seperti Akbi yang sangat mengkhawatirkan Bee ketika tiba-tiba saja perempuan itu meninggalkannya.Kejadian pembullyan yang dilakukan mantan sahabat Bee dan terakhir kejadian buruk yang menimpa Bee sesaat sebelum fashion show membuat kewaspadaan Akbi meningkat beberapa persen untuk menjaga Bee.Anggit dengan teganya merusak gaun hasil rancangan Bee setelah sebelumnya melukai tangan perempuan itu.Dan Anggit pun pasti akan tega melakukan hal lainnya kepada Bee.Sama seperti orang lain yang tidak segan berbuat jahat kepada istrinya.Akbi hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi Bee dan bila itu terjadi ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.Suara pintu dibuka tidak membuat Akbi mengalihkan tatapannya pada hamparan sawah di luar sana.Lelaki itu berdiri mematung di sebrang ruangan sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana membelakangi pintu.“Bi ...,” panggil Bee melirih.Nada suara
Liburan kali ini mungkin lebih tepatnya disebut bulan madu bagi Akbi dan Bee.Setelah Bee memakaikan gelang ke tangannya, satu tangan Akbi yang lain langsung menarik pinggang Bee untuk mempersempit jarak di antara mereka.Gerakan Akbi yang tiba-tiba membuat Bee terhenyak hingga dada mereka bertabrakan.Bee tau akan berakhir bagaimana malam ini tapi kenapa jantungnya masih saja heboh seperti ini?Akbi menundukkan wajahnya agar bibir mereka bertemu dan saling menyecap, tidak memerlukan uasaha lebih karena bibir Bee sudah terbuka menyambut lidah Akbi untuk membelit lidahnya di dalam sana.Jujur Bee sangat menikmatinya, ia merasakan dirinya begitu diinginkan oleh lelaki itu setiap Akbi memulai percintaan mereka dengan frenchkiss.Lumatan lembut yang kemudian berubah menuntut selalu membuat Bee terbuai dan Akbi tidak akan pernah bosan dengan bibir mungil istrinya.Akbi mendorong pelan tubuh Bee hingga terlentang di atas ranjang dengan tangan mereka yang masih saling menggenggam.Lelaki itu
Setelah menginap beberapa malam di Villa yang pernah di sambangi oleh Presiden Amerika ke empat puluh empat, sekarang Akbi membawa Bee ke resort yang pernah menjadi tempat menginap Raja Arab Saudi.Bee langsung terpesona ketika untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di sana.Resort itu begitu luas dan terbuka menampilkan keindahan alam Bali dengan akses langsung ke pantai.Semakin terpukau ketika ia sudah berada di dalam kamar yang akan menjadi tempat tinggalnya beberapa hari ke depan.Dekorasi yang elegan dengan palet maroon khas Bali yang kental.Kamar mandi yang indah dan luas berbahan marmer. Pintu kaca dari lantai ke langit-langit yang terbuka ke teras pribadi.Pemandangan dari dalam kamar langsung mengarah ke laut dan akses ke laguna air asin cocok untuk berendam sambil bersantai berdua bersama pasangan.Taman yang rimbun dan gazebo tradisional Indonesia dengan sofa daybed, yang dikenal sebagai Bale Bengong, menyediakan tempat yang luar biasa untuk berjemur atau bersantap di
Akbi bergulir ke samping setelah menuntaskan gejolak hasratnya dan menjadikan perut Bee sebagai kanvas.Semenjak di Bali, hanya dua kali saja lelaki itu memasukinya tanpa pengaman dan keluar di dalam.Semoga tidak ada Akbi junior yang tumbuh di dalam perut Bee saat ini.“Enak keluar di dalam, By!” keluhnya dengan nafas tersengal dan mata terpejam.“Sapa suruh lupa beli pengaman,” sahut Bee sambil membersihkan perutnya.“Kemaren gue beli dua dus, masa habis ya?” Bee mendelik tajam, apa perlu Akbi mempertanyakan itu sementara hampir setiap kulit mereka bersentuhan lelaki itu selalu ingin memasukinya.“Marah sama gairah kamu tuh sama, enggak bisa dikontrol.” “Tapi bagian gairah, lo suka kaaaan,” tanya Akbi menggoda, dua jarinya mencolek dagu Bee yang sudah beralih membersihkan miliknya.Bibir Bee hanya mencebik tanpa berpaling untuk menyembunyikan rona merah di wajah.“Lo kok mau sih, By?” “Mau apa?” Bee menoleh sesaat kemudian melempar tissue basah ke tong sampah.“Bersihin punya gue
“Kenapa?” tanya Akbi ketika merasakan mata sang istri menatapnya lekat dari samping.Sepulangnya mereka dari rumah Yudha tadi, Bee memang tidak berhenti menatap Akbi karena mengingat ucapan Inggrid.Di balik sikap menyebalkan dan wajah garangnya ternyata ada luka dan kecewa yang Akbi sembunyikan.“Kita ke apotik dulu, Bi!” “Ngapain?” “Beli pil penunda kehamilan, kamu pengennya keluar di dalem terus ‘kan!” Bee mengalihkan tatapannya ke jendela setelah menjawab pertanyaan suaminya, ia malu.Driver yang mengemudi mobil mewaah sewaan Akbi mencuri pandang lewat kaca spion tengah.“Another forbidden love story,” batin driver bernama Made itu.Ia menganggap Akbi dan Bee adalah pasangan terlarang setelah mencuri dengar ucapan Bee tadi.“Emang lo enggak pengen kasih Papa cucu?” bisik Akbi yang sudah mencondongkan tubuhnya mendekati Bee.Driver tersebut kemudian menghapus prasangka buruknya itu.“Kamu yakin mau punya anak dari aku?” Bee mengembalikan pertanyaan Akbi.Akbi tertohok, wajahnya
Hari berikutnya Akbi dan Bee memilih menghabiskan waktu di area resort, siang hari gazebo berbantal sofa menjadi pilihan mereka untuk menghabiskan waktu sambil bersenda gurau.“Bi?” “Baby?” Akbi merubah posisi hingga kepalanya yang berada di atas pangkuan Bee menengadah menatap wajah sang istri.Menunggu perempuan cantik itu mengucapkan kalimat selanjutnya.“Tato yang ada di belakang ... di bawah leher kamu itu artinya apa?” “Kenapa sih lo jadi kepo gitu? Udah sayang ya sama gue?” Bee memajukan bibir sambil metrotasi bola matanya namun tangan mungilnya masih saja mengusap kepala Akbi lembut.“Dibaca Asha,” balas Akbi dengan tangan terangkat menyelipkan rambut ke belakang telinga Bee.“Artinya?” Bee bertanya lagi, tangannya sudah beralih mengusap pipi Akbi.“Harapan.” Ada jeda cukup lama karena mereka hanya saling menatap.Perlahan Ibu jari Akbi mengusap bibir Bee bagian bawah.“Dan lo adalah harapan gue.” Kode lainnya dari Akbi.Bee hanya mengulas sebuah senyum sebagai tanggapan.
Bee mengerjap ketika sebuah tangan merengkuh tubuhnya.Ia menyipitkan mata untuk menyesuaikan retina dengan lampu tidur yang menempel di atas headboard.“Bi?” panggil Bee dengan suara parau.“Baby,” Akbi membalas dan aroma alkohol yang menyengat yang keluar dari mulutnya membuat Bee menjauhkan kepalanya dari leher Akbi.“Kamu mabuk? Jam berapa ini?” cecarnya bermaksud galak tapi sekali lagi, Bee tidak mempunyai karakter seperti itu dan malah membuatnya nampak menggemaskan.“Enggak! Cuma minum sedikit.” Kening Bee terlipat dalam, matanya memicing menunggu penjelasan berikutnya dari Akbi.Akbi menjawil hidung Bee membuat istrinya semakin mengerucutkan wajah, ia pun terkekeh.“Meetingnya berjalan lancar, perusahaan dari Jepang mau bekerjasama dengan kita dan tadi gue dipaksa ngerayain sama mereka di club malam.” “Syukur laaaaah, aku ikut seneng ya, Bi.” Saking bahagianya Bee langsung memeluk Akbi yang telah mengganti pakaiannya.“Makasih ya do’anya,” bisik Akbi kemudian mengecup punca
Brak!!! Akbi mendongak dari berkas yang berada di atas meja, tatapannya nyalang ke arah seorang wanita sexy yang saat ini tengah menampilkan wajah garang.Rani tergopoh-gopoh masuk ke ruangan bosnya untuk menyusul perempuan itu.“Ma ... maaf Pak, Bu Anggit me ... maksa,” Rani terbata seraya menunduk setelah mendapat tatapan tajam dari Anggit.Akbi sedikit mengangguk kemudian mengangkat tangan, memberi kode agar Rani segera pergi dari ruangannya.Setelah kepergian Rani, perempuan yang memakai mini skirt dan stiletto itu melangkah cepat ke arah Akbi.“Brengsek kamu Akbi!!” Anggit berseru seraya menggebrak meja, ia membungkuk dengan kedua tangan menumpu di atas meja.Nafas perempuan itu memburu seakan sedang menahan emosi padahal baru saja ia lampiaskan pada meja kerja Akbi yang tidak bersalah.“Kamu ... setega itu kamu biarin aku waktu malam fashion show minggu lalu, kamu lebih milih bersama jalang it—““Anggita!!!” sela Akbi membentak.“Jangan sekali-kali kamu panggil istri ku dengan