Ucapan Elvan barusan benar-benar membuat Diva terkejut, bagaimana mungkin Elvan ada di sini? Bukannya pria itu masih ada di rumah sakit? Apa jangan-jangan ….“Kamu maksa pulang, ya?!” Diva tidak sadar, suaranya memancing beberapa rekan kerjanya yang berjalan di depan berhenti dan melihat ke arahnya.“Ah, maap,” ucap Diva dengan tersenyum tidak enak hati pada mereka. “Kalian jalan duluan aja.” Diva berkata santai pada mereka, lalu setelahnya Diva berbalik kembali ke luar dan berjalan ke arah parkiran mobil Winda lalu mendongakkan kepalanya dan melihat ke atas di sana Elvan tersenyum memandangnya lalu dengan sekilas melambaikan tangannya sebelah, sedangkan sebelah lagi masih memegang ponselnya dan meletakkannya di telinga.“Kamu …! Kamu beneran maksa pulang, kan?!” Diva berkata dengan tatapan tajam melihat ke arah lawan bicaranya.“Naiklah cepat, di luar panas, nanti wajahmu terbakar matahari. Ah, rekanmu sudah mulai masuk ke sini. Cepatlah masuk.” Setelah mengatakan hal itu, Elvan terse
Miko yang mendapatkan tatapan seperti itu bukannya takut tapi malah terkekeh puas!“Wow! Baru kali ini aku benar-benar melihat secara nyata sosok Elvan Sabil dari keluarga Wongso bisa seperti ini karena seorang wanita!” Miko berkata seolah tidak ada hal besar yang sedang terjadi.“Hapus segera pikiran kamu tentang Diva! Jangan macam-macam dengannya! Ingat itu cuma masa lalu dan kamu itu sudah menyia-nyiakan masa lalu! Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggunya!” Elvan berkata dengan nada suara yang cukup kesal.“Nah! Satu lagi, sepertinya sudah lama sekali aku tidak mendengarmu berkata dengan intonasi beragam seperti itu, dan juga raut wajahmu akhirnya bisa tidak kaku lagi seperti sebelum mengambil alih L Tekno!” Miko berkata dengan penuh semangat.“Sudah ya! Yang jelas kamu jangan macam-macam dengan Diva! Karena aku sudah pasti tidak akan tinggal diam! Apalagi mencoba untuk menggodanya!” Elvan mengancam lawan bicaranya ini.Bukannya takut, Miko malah makin tertawa puas!“El, tenang sa
Miko menggeleng-gelengkan kepalanya dengan apa yang barusan saja diucapkan oleh Elvan, pria satu ini benar-benar berada di luar nalarnya saat ini.“Jangan katakan kalau sebenarnya tujuanmu itu bukan mengawasi diskusi pekerjaan, melainkan ingin melihat Diva saja.” Miko berseru padanya.“Menurutmu?” Elvan lalu menaikkan kedua bahunya dan segera masuk ke kamar pribadinya.“Tunggu aku Miko! Aku harus berganti pakaian dulu.” Elvan berkata dari dalam kamarnya itu.‘Benar-benar sudah dibuat buta oleh pesona Diva ternyata,’ ucap Miko sambil tersenyum simpul. ‘Diva, sepertinya kamu kali ini mendapatkan orang yang … tepat.’Lebih dari setengah jam Miko menunggu Elvan di depan televisi. Hal itu sedikit membuatnya merasa bosan, lalu dia menerobos masuk ke dalam kamar pria itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat walk in closet milik Elvan sudah sangat berantakan, beberapa pakaian berserakan di luar.“El, kamu ini apa-apaan? Apa di sini habis gempa bumi, sampai-sampai isinya nyaris keluar semua?!”
Tanpa banyak tanya Diva menyetujui ucapan Reni, “Baiklah.” Diva menjawab singkat pada rekannya itu.Setelah mereka bertukar tempat Reni berbisik pada Diva, “Sorry Div, apa si Vanvanmu itu sedang cemburu?” tanya Reni dengan senyum mengembang.Diva lalu menjawab dengan membalas senyuman, “Iya, dia memang kadang sedikit konyol!” Reni terkekeh ringan mendengar jawaban Diva ini, pun Diva melakukan hal yang sama, perbuatan mereka ini memancing perhatian yang ada di ruangan termasuk Elvan yang melihat ke arah mereka berdua.Sadar akan hal ini, Reni terdiam. Apalagi dia mendapatkan tatapan tajam dari Elvan.“Apa ada yang lucu?” tanya Elvan dengan nada dingin, membuat suhu ruangan di tempat ini makin dingin saja.“I-itu … ti-tidak ada Pak El, maaf saya memancing hal yang tidak perlu.” Reni berkata dengan tidak enak hati lalu mengedarkan pandang ke seluruh yang ada di ruangan ini.Sedangkan Elvan, mendapatkan balasan tatapan tajam dari Diva.“Diva, apa ada yang ingin kamu sampaikan? Sepertinya
Seisi ruangan sedikit terkejut saat Diva mengatakan hal itu. Namun, tidak dengan Elvan. Dia sudah sejak awal tahu kalau Diva pasti akan sangat kaget saat mengetahui sosok Miko yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan apa yang diucapkan Diva barusan, karena Diva menyebutkan nama depannya, tetapi sejak bergabung dengan L Tekno ini, pria itu memang lebih dikenal dengan nama Miko. “Hai, Diva, lama tidak berjumpa, ya, ternyata kamu masih mirip seperti sebelumnya” ucap Miko dengan santai lalu melirik sekilas ke arah Elvan yang memandangnya dengan tatapan was-was. Diva masih tidak bisa berkata-kata, dia masih sangat terkejut dengan kehadiran pria itu, sudah sangat lama sekali! “Eh, kalo kalian mau tahu, Diva ini dulu adalah adik kelas saya waktu sekolah!” Miko menjelaskan pada mereka yang ada di sana, hal ini membuat semuanya menganggukkan kepalanya. Semuanya tampak berpikir hal yang wajar saat Miko tidak terlalu mempermasalahkan urusan pekerjaan Diva kemarin. Berbeda dengan Elvan, Dia
Pikiran Diva berputar mengingat kejadian yang sangat lama itu. Saat dirinya baru pertama kali mendapatkan debaran jantung yang cukup kencang ketika melihat lawan jenisnya! Laki-laki yang beruntung itu adalah Zaydan Mikola, kakak kelas yang terlihat sangat tampan dan menawan, siapapun pasti mengidolakannya kala itu, namun sayangnya laki-laki itu hanya fokus pada sekolahnya saja. Diva sangat percaya diri dan berpikiran naif saat itu, dia beranggapan kalau dia bisa menaklukannya, sayangnya semua cara yang dia lakukan malah berujung kekecewaan! Bahkan saat itu dia sampai tidak berselera makan dan menyebabkan berat badannya turun lumayan jauh! Ya, kira-kira segila itu kisah remaja Diva! “Kak Zaydan, aku menyukaimu! Aku tidak mau lagi jadi adikmu. Apa kamu benar-benar tidak mau jadi pacarku saja?” Diva berkata dengan lantang saat menemui Zaydan di bandara. Saat itu Zaydan akan berangkat ke Amerika, dia mendapatkan beasiswa dari universitas yang terkemuka di dunia. Zaydan tersenyum melihat
Saat membaca pesan Elvan, Diva mengembangkan senyumnya! Kemudian tak berselang lama, kembali pesan masuk dari Elvan. [Dengarkan penjelasan dari atasanmu itu, tapi ingat, jangan berpikir macam-macam tentangnya! Berkonsentrasilah, namun jangan terpaku dengan kisah cinta masa lalumu.] Seketika wajah Diva memerah saat membaca pesan Elvan tersebut. Diva tidak kuasa untuk tidak melihat ke arah Elvan, dan memelototkan matanya, tetapi tindakannya barusan segera mendapatkan reaksi Elvan dengan menggerakkan dagunya ke arah Miko yang saat ini sedang bicara, menyuruhnya untuk memperhatikan penjelasan Miko. [Jangan menyindir tentang masa lalu yang buruk. Menyebalkan!] Setelah mengirimkan pesan tersebut. Diva memasukkan handphonenya ke saku blazernya, tak berselang lama, Miko selesai dengan pemaparannya dan mereka sibuk dengan diskusi. “Saya permisi ke belakang sebentar, Pak,” izin Diva pada Miko, pria itu hanya mengangguk memberikan persetujuan. Dengan cepat Diva keluar dari ruangan itu. Bar
Diva menghela napas saat Elvan mengatakan hal tersebut, benar yang dikatakan Elvan, mana mungkin dia menunggu wanita lain di depan toilet wanita. Masa dia menunggu dua wanita yang baru masuk tadi?“Oh, kamu mau tebar pesona sama wanita yang baru saja masuk ya?!” cibir Diva dengan nada yang terdengar menggemaskan di telinga Elvan.“Kenapa jadi balik ke aku? Harusnya aku yang tanya kamu, apa kamu baik-baik saja setelah bertemu dengan Kak Zaydan Mikola yang dulunya hampir setiap hari masuk ke dalam mimpimu itu?” Elvan melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam dan penuh penekanan saat menyebutkan nama lengkap Miko.Hal ini membuat Diva terdiam dan meneguk air liurnya dengan sedikit kasar.“Kamu …!” tunjuk Diva padanya.“Kenapa? Apa aku ada yang salah?” tanya Elvan sembari bersedekap.Wajah Diva memerah, dia bukan marah melainkan sangat malu!“Sejauh apa kamu tahu tentang cerita itu?” tanya Diva penasaran dengan mengerucutkan bibirnya.Elvan menghela napas berat. “Ah, harusnya aku yang kesa