hehm ... hayolohhh, Elvan! Lagi dikasih ujian sama camer...
Diva tidak menyangka ayahnya akan melakukan hal itu, Diva tahu persis saat ini pasti Elvan sedang banyak pekerjaan, bukankah ayahnya tadi mendengar sendiri kalau pria itu sedang banyak urusan. Lantas kenapa ayahnya malah membuat Elvan memilih antara pekerjaan dan harus ke rumah mereka?“Ayah,” ucap Diva dengan suara berbisik tetapi dilihat dengan jelas kalau Diva tidak setuju dengan ide ayahnya ini.Lukman melihat ke arah Diva dengan tatapan datar, sedangkan Elvan belum merespon apapun, dia masih diam di ujung telepon ini.“Bagaimana? Apa kamu tidak punya waktu sekarang?” Lukman kembali memecahkan keheningan itu.“Ayah!” Kembali Diva berseru pada ayahnya tanpa suara, dia melihat ke arah ibunya dan meminta wanita itu untuk mengatakan sesuatu pada ayahnya itu, tetapi sepertinya itu adalah hal yang sia-sia.“Uhm ….” Terdengar Elvan sedang mempertimbangkan langkah apa yang harus dia ambil sekarang ini. “Begini, Om, sebenarnya saya masih ada pekerjaan yang mendesak pukul sembilan ini–”“Oh,
Setelah mendapatkan telepon dari ayah Diva, Elvan sejenak memijat pelipisnya. Dia memang banyak pekerjaan saat ini, tetapi sesaat sebelum Elvan menghubungi Lukman kembali, Diva sepertinya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja tatkala menghubunginya, hal ini yang membuatnya menjadi tidak tenang. Apalagi wanita itu sekarang masih ada di rumah. “Apa dia sedang dimarahi oleh ayahnya ya?” Elvan bertanya pada dirinya sendiri, karena selama ini Diva selalu menampakkan wajah yang sedikit takut kalau sampai Elvan akan ke rumahnya, lalu pesan yang dikirimkan oleh Diva padanya semalam membuat Elvan menarik kesimpulan kalau Diva memang dalam masalah di rumahnya sekarang. Bayangan akan ayahnya yang memarahi Diva itu terpikir begitu saja di benak Elvan. Tidak ingin membuang waktu, Elvan melihat jam di pergelangan tangannya sekali lagi untuk memastikan waktunya. Pria itu keluar cepat dari ruangannya. “Dan, Saya ada urusan mendesak, tolong atur ulang jadwal-jadwal saya.” Elvan berkata pada Dani
Melihat perjuangan bosnya ini, Andi benar-benar berdecak kagum. Elvan benar-benar selalu melakukan semuanya dengan maksimal, termasuk dalam urusan mengejar cintanya! Pria itu lalu menghubungi Prisya dan mengatakan kalau Elvan baru saja pergi ke rumah mereka dengan mengendarai kendaraan orang lain yang mungkin sudah dibelinya! “Apa?!” Prisya terkejut mendengar informasi yang dia dapat dari Andi. “Tolong jaga bos kita, sepertinya Ayah kalian sedang membuatnya benar-benar ketakutan sekarang.” Andi berkata pada Prisya dengan nada serius. “Gila! Benar-benar tidak disangka! Apa mungkin sekarang ini dia sedang mendapatkan karma?” Prisya malah membuat gosip tentang Elvan. “Entahlah, tapi yang jelas, dia mengatakan kalau lewat dari jam 9, maka kakakmu akan terus dimarahi oleh ayah kalian. Itu yang kudengar saat dia bicara sendiri tadi.” Andi kembali memberikan informasi itu pada Prisya. “Gila! Benar-benar hebat kakakku ini!” Prisya berkata dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia ti
Mendengar ucapan Elvan barusan Lukman hanya mengangguk pelan, tapi tidak ada senyuman di sana. Wajah Lukman terkesan dingin dan terlihat menakutkan, setidaknya itu yang dirasakan Prisya saat melihat ayahnya yang sedang memperhatikan Elvan dari atas sampai bawah.Untuk pertama kalinya Prisya menyaksikan bosnya ini terlihat berbeda dari sebelumnya, terbalik 180 derajat! Biasanya dia selalu menampilkan aura tegas dan dominan yang mematikan, namun sekarang … justru ayahnya lah yang seolah menyerap energi itu.Ayahnya yang selama ini selalu memperlihatkan keramahan dan kehangatan pada orang lain sekarang nampak begitu kurang bersahabat dengan tamu mereka ini.‘Apa ayah benar-benar tidak bisa menerima pria ini?’ batin Prisya.“Ayah … apa tidak menyuruh tamu kita ini masuk dulu?” Prisya berusaha mencairkan suasana yang sepertinya nampak sangat dingin.“Kamu belum terlambat.” Lukman tidak menghiraukan ucapan Prisya barusan.Ada kelegaan tergambar di wajah Elvan, tapi dia berusaha untuk tetap t
Elvan yakin kalau saat ini pria yang sedang duduk di hadapannya ini sudah bisa sedikit diluluhkan. Namun, setelah dia berkata dengan penuh percaya diri itu, ekspresi Lukman tidak terlihat senang ataupun tidak suka, mimik wajah itu sulit dimengerti oleh Elvan.‘Apa aku salah menilai?’ batin Elvan.“Mengundang kami ke acara perusahaan untuk memperkenalkan siapa calon istrimu, ya? Kalau begitu saya boleh tahu siapa calon istrimu yang akan kamu perkenalkan itu?” Pertanyaan ini justru membuat Elvan bingung, bukankah jawabannya sudah jelas kalau itu Diva, putrinya sendiri.“Itu, tentu saja Diva, Om.” Elvan berkata dengan suara yang terdengar mantap.“Oh, saya bahkan berpikir kalau yang kamu katakan itu bukan Diva, melainkan orang lain, karena kamu tidak menyebutkan nama yang jelas.”“Tidak ada orang lain selain Diva, Om,” tegas Elvan pada Lukman.Pria paruh baya itu mengangguk perlahan.“Ini diminum dulu tehnya.” Indah membawa minuman dari dalam dan meletakkannya di atas meja dengan perlaha
Pertanyaan yang seperti sebuah pernyataan baru saja dikeluarkan oleh Indah ini membuat Elvan terdiam, dia menarik napas dalam dan memejamkan matanya sejenak. Hal ini sama seperti yang dikhawatirkan oleh dirinya dan papanya! Elvan juga tahu dan menyadari ada tujuan dibalik niat baik ini. Namun, semua itu ditutup oleh sebagian rasa bahagia yang menyelimuti hatinya karena Diva sudah diterima oleh keluarga intinya! Yah hanya keluarga intinya saja, tidak dengan yang lain, yang mungkin mengharapkan kejatuhan dirinya. ‘Ternyata mereka benar-benar sangat hati-hati,’ batin Elvan. Elvan sempat mengabaikan hal lain ini dengan mengatakan secara tegas pada kedua orang tua Diva untuk mengajaknya ke acara penting itu, berharap mereka merasa dihargai dan bisa menerima dirinya masuk ke keluarga Diva dengan mulus. Elvan juga mengatakan kalau mereka diundang ke acara itu agar dia bisa memikat hati orang tua Diva, tapi sayangnya, pikiran orang tua Diva ini ternyata sudah melenceng dari ekspektasinya.
Diva yang kesal dengan ayahnya mengurung diri di kamar, dia Benar-benar merasa diabaikan dan menganggap ayahnya keterlaluan. “Ayah kenapa sih, apa gak bisa lihat dulu Elvan itu orangnya seperti apa, lagian Elvan beda dari semua pria yang dekat denganku!” Dia berkata dengan nada kecewa di depan cermin. Melihat wajahnya yang berantakan karena lelah menangis membujuk ayahnya.Tiba-tiba, Prisya masuk ke kamarnya dengan santai dan langsung duduk di tepian ranjang.“Ngapain kamu?!” Diva berkata dengan ketus, Prisya tidak menjawab dia hanya tersenyum lebar melihat ke arah Diva.“Siapa yang dateng? si tukang galon apa tukang gas?” Diva berkata dengan nada kesal.“Tukang galon langganan ibu,” jawab Prisya singkat, membuat hati Diva mencelos, benar saja tidak mungkin Elvan datang, pikirnya.“Dasar kakak yang aneh,” gerutu Prisya.“Kenapa kamu bilang begitu? Lagian yang aneh itu, ayah kamu!” Diva kesal sekali saat ini.”Prisya langsung mengerutkan keningnya, “Kok kakak bilang gitu?” “Lagian ju
Diva terdiam saat Prisya mengatakan hal itu, tidak ada yang salah sebenarnya. Akan tetapi, menghalanginya untuk mendampingi Elvan saat menghadapi ayahnya ini juga rasanya tidak pantas dengan semua yang sudah diberikan Elvan padanya. “Iya kakak tahu latar belakangnya, tapi apa kamu tahu, dia itu ayah kita! Dia tidak peduli dengan latar belakang yang mereka punya dan ucapan ayah itu seringkali terdengar tajam dan membuat–”“Kak, kakak sepertinya masih tidak yakin dengan kemampuan Kak Elvan, ya?” Prisya melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam. “Kita lihat dulu, biarkan Kak Elvan berjuang untuk kakak, kali ini, aku di pihak ayah.” Prisya berkata dengan santai pada Diva.“Mending, kakak sekarang duduk tenang di sini. Kakak bisa keluar 15 menit lagi, kecuali kalau kakak ….” Prisya menggantung kalimatnya, melihat ke arah Diva yang saat ini memperlihatkan wajah khawatir.Diva malas untuk meresponnya dan memilih mengalihkan pandangnya.“Kecuali kalau kakak beranggapan dia akan mundur setel