“Kakak kenapa? Ini minum dulu.” Prisya dengan cepat memberikan minum pada Diva.“Tidak apa-apa.” Diva menjawab sesaat setelahnya.“Sudah kita tidak perlu membahas tentang si Anggala itu lagi. Biar itu menjadi urusannya saja, kita tidak perlu memikirkan hal itu.” Lukman berkata dengan nada bijak.‘Andai saja mereka tahu, semua ini berhubungan dengan keluarga kita.’ teriak Diva dalam hati. Akan tetapi dia tidak mungkin bisa mengatakan hal itu pada mereka sekarang.Mereka melanjutkan acara makan malam bersama itu dengan saling berbagi cerita tanpa mengungkit masalah Anggala lagi.Sesampainya di kamar ini, Diva membuka handphonenya dan mencari perkembangan berita tentang video itu. ternyata keadaan semakin memanas. Dukungan Anggala makin deras mengalir, bahkan rekaman video cctv di restoran Anggala sudah turut mencuat ke publik. Banyak komentar jahat yang menuding Elvan, mereka mengatakan kalau Elvan adalah monster gila yang membuat wajah tampan chef kesayangan mereka menjadi sangat buru
Tak menyangka akan menjadi seperti ini Diva segera menghubungi Elvan. Tanpa menunggu lama telpon itu tersambung. “Maaf, semalam aku lupa memberitahumu kalau aku akan mematikan kedua nomerku sementara. Apa kamu sudah melihatnya, hehm?” Elvan berkata lebih dulu saat menerima panggilan Diva. “Aku … aku tidak menyangka malah jadi seperti ini. Van, apa kamu yang mengerjakannya sendiri semalaman ini?” tanya Diva dengan debaran jantung yang cukup kuat karena perasaan yang campur aduk. “Sendiri? Aku tidak sendiri, tapi bersama dengan tim.” Ucapan Elvan ini membuat Diva kagum dengan kejujuran Elvan. Bagaimana tidak, kalau dia mau, bisa saja Elvan mengatakan Dia mengerjakannya sendiri, kan? Bukankah itu bisa lebih menarik perhatian Diva dan terkesan sebagai sosok pahlawan sejati dalam serial super hero?“Tapi Van … apa ini tidak berlebihan ya?” Diva berkata dengan sedikit tercekat. “Berlebihan? Apa menurutmu itu sudah berlebihan?” Elvan bertanya dengan nada datar. Diva menarik napas dalam.
Darmawan sangat terkejut dengan berita viral yang menyangkut anaknya. Dia sangat geram saat seseorang menghubungi dan memberikan link video padanya. Tangannya terkepal kuat menyaksikan tindakan tidak bermoral anaknya. “Dasar anak tak tahu diuntung!” geramnya. Dia lalu menghubungi beberapa anak buahnya untuk mencari dimana keberadaan anak itu sekarang. Setelah menunggu beberapa saat, Darmawan mendapatkan panggilan masuk. “Saya sudah menemukan lokasi Tuan Anggala, Tuan Besar.” “Baiklah, kita pergi ke sana sekarang!” Darmawan berkata dengan nada yang lebih tinggi dari biasanya. Darmawan mendatangi Anggala ke tempat yang dimaksud. Anggala selama ini tidak pernah pulang ke rumah, dia memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri, namun belakangan terkadang dia tidak juga kembali ke rumahnya, melainkan ke beberapa aset pribadi miliknya yang bahkan Darmawan tidak tahu apa saja yang dipunyai oleh anaknya tersebut. “Tunggu sebentar Tuan, karena posisinya masih dalam keadaan live, Anda lebi
Diva datang lebih cepat ke kantornya hari ini, selain hotelnya punya jarak yang cukup dekat, dia hanya ingin melihat video kehancuran Anggala dengan lebih leluasa.“Pagi Diva! Sepertinya pagi ini kamu cerah banget. Apa ada hal yang menyenangkan?” Winda menegurnya.Diva hanya tersenyum menanggapinya.“Kamu sedang liat apaan?” Winda mendekati Diva, dia penasaran dengan wajah Diva yang serius memperhatikan layar ponselnya tadi.“Ini ….”“Oh, itu chef Ang ya?” tanya Winda lagi.Diva mengangguk, karena Winda sudah melihatnya, tidak mungkin dia bohong. Lagipula video ini sudah sangat-sangat membuat banyak pihak terkejut dan membuat heboh jagat maya.“Ih, aku gak nyangka banget ternyata dia benar-benar seorang maniak. Ternyata korbannya banyak! Gila, selama ini ternyata mereka lebih memilih bungkam karena katanya keluarga Chef Ang ini orang yang cukup kuat. Kabarnya orang tuanya adalah pejabat.” Winda memulai menceritakan gosip panas ini.Diva hanya menganggukkan kepalanya saja, dia tidak be
“Terima kasih bantuanmu semalam.” Elvan berkata datar lalu menarik kursi yang ada di hadapan Miko “Apaan sih, seperti orang lain saja. Lagipula aku senang karena bisa membantumu. Aku hanya tidak menyangka kalau ternyata teman satu lingkunganmu bisa segila itu.” Miko berkata sembari menyesap kopinya. Elvan menyandarkan punggungnya ke kursi lalu melipat tangannya di depan dada. Miko melirik ke arah Elvan sekilas lalu lanjut melihat ponselnya. “Ngantuk El?” Elvan tidak menjawab. Miko lalu meletakkan ponselnya ke atas meja dan melihat ke arah Elvan dengan tatapan serius. “Setelah ini, apa yang akan kamu lakukan?” “Ya sesuai prosedur saja, aku pikir permintaan Pak Sudarso ini adalah hal yang wajar. Sudah kupertimbangkan semuanya dan kupikir kita akan deal dengan beliau hari ini.” Elvan berkata dengan tenang dengan mata yang terpejam. “Bukan masalah Pak Sudarso El, melainkan tentang urusanmu dengan si Anggala. Apa yang akan kamu lakukan setelah ini. Kamu tahu sendiri dia tidak akan t
“Div, aku sudah ada di kafe dengan Miko.” Elvan berkata saat sambungan telepon mereka terhubung. Jelas hal ini membuat wanita itu tersenyum mendengarnya. “Apa kamu sedang memberikan laporan terupdate?” Diva menanggapinya dengan santai. “Ya, kupikir kamu harus tahu, apa perlu aku mengirimkan foto juga sebagai bahan laporannya?” Elvan berkata dengan nada datar. Hal ini benar-benar membuat Diva tidak tahan untuk terkekeh. “Van, apa kamu sedang memberikan laporan kepada atasanmu?” Diva berkata dengan santai. “Apa tidak perlu?” tanya Elvan lagi. “Bukan, maksudku, aku tidak mengharuskanmu sampai detail seperti ini, aku tidak ingin hal ini membuatmu menjadi terbebani dan merasa kalau … aku mengikatmu terlalu kuat.” Diva berkata dengan tenang. Bukan tanpa alasan Diva berkata seperti ini. Dulu, Diva sering bertanya tentang kegiatan Nico, tetapi pria itu mengatakan kalau Diva adalah seorang yang posesif dan tidak percaya dengan pasangan, lalu Diva mencoba untuk berdamai, bahkan pernah
“Ternyata kelakuanmu benar-benar memalukan saja! Jangan katakan kali ini kamu dijebak lagi!” Darmawan berkata dengan nada emosi yang memuncak. Anggala masih diam. PLAK! Tamparan keras mendarat di pipi Anggala membuatnya terhuyung jatuh, darah segar menetes dari sudut bibirnya. Ini kali pertama Darmawan memperlakukannya dengan sangat kasar.“Sudah berapa sering kukatakan, kamu bisa melakukan apapun! Apapun Anggala! Tapi jangan sampai semua hal seperti ini mencuat ke luar! Berkali-kali alasan kamu dijebak karena menghamili wanita lain. Aku percaya padamu! Tapi ternyata … Kamu benar-benar membuatku kecewa!” Darmawan berkata dengan suara bergetar. Darmawan kembali teringat, kejadian tahun lalu, saat itu ada yang datang ke rumah mengaku kalau dirinya sedang hamil, tidak lama berselang keluarganya juga datang menuntut tanggung jawab dari anaknya. Kala itu Darmawan sangat marah sekali dengan Anggala, ditambah lagi hal ini adalah hal buruk yang mengancam posisinya jika sampai berita ini ke
“Wah ada Bu Marissa, tumben banget Bu Marissa ada di sini.” Farel berkata dengan nada antusias. “Eh iya benar.” Winda juga menambahkan. “Tuh, Div, itu dia tunangannya Pak Elvan, menurut kamu gimana?” Reni bertanya dengan Diva sambil tersenyum. Diva hanya diam, ingin rasanya dia menjawab tapi sepertinya tidak untuk sekarang. “Bu Marissa ini memang suka dateng ke sini ya?” Diva tidak menjawab, malah bertanya kembali. Reni mengangguk cepat. “Kita kan satu lantai sama bagian yang menangani anak-anak perusahaan, jadi sesekali dia memang suka ikutan briefing pagi juga. Biasanya kalau dia ke sini gak lama pasti Pak Elvan pergi berdua sama dia, untuk urusan deal-deal-an gitu.” “Oh ….” Diva merespon dengan datar. “Tapi kamu kok biasa aja sih? Menurutmu gimana penampilannya? Oke banget, kan? Gak kalah menarik sama bos kita. Menurutku wajar mereka bisa bersama.” Ucapan Reni barusan membuat mood Diva sedikit terganggu. Namun, sekali lagi, ini juga sudah menjadi keputusan dirinya, dia tidak