Share

44. Kemarahan Sakti

"Barangnya hanya ini?" tanya Arya pada Hendro saat menerima barang bawaan dari kuli angkut.

Stasiun Tugu Yogyakarta pagi itu masih gelap, tepat pukul empat pagi Gendis dan keluarganya sampai di sana. Gendis tersenyum tipis pada Arya, gadis itu selama perjalanan dari Jakarta hingga Yogyakarta hanya diam saja.

"Kita langsung ke Gunung Kidul atau ke rumah saya untuk istirahat dulu, Pak?" Arya menghidupkan mesin mobilnya.

"Kalo nggak merepotkan Nak Arya, Bapak sih mau nya langsung ke Gunung Kidul saja. Biar lebih leluasa istirahat," ujar Hendro.

"Oh baik, kalo begitu kita langsung saja," kata Arya.

Dua jam lebih jarak tempuh yang mereka lalui, hingga mobil Arya berhenti di sebuah rumah joglo dengan halaman yang luas. Beberapa orang menyambut kedatangan mereka, dialek Jawa kental begitu terasa.

Sambil menurunkan barang-barang miliknya, Arya membantu Gendis membawakannya ke dalam.

"Mas Arya," panggil Gendis.

"Gimana?" Arya membalikkan tubuhnya.

"Mau pulang sekarang?"

"Iya ... kam
Chida

Enjoy reading 😘

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (20)
goodnovel comment avatar
winnie prass
eeeeehhh bapak satyo yg terhormat, yg lahir hari jumat,demen sama tomat tapi jarang sholat.....ini bukan jaman siti jubaedah ya.....emang bpk satyo ini minta dilaminating
goodnovel comment avatar
Ismawati Romadon
ujungnya minta bantuan tari kan, dulu benci tari
goodnovel comment avatar
rismaayu
rasanya pgn nyubit ginjal pak satyo dech......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status