Di depan Wartawan Brian mengeluarkan unek-uneknya, tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu sejak lahir. Di bully tidak mempunyai ibu, tidak ikut acara sekolah karena tidak memiliki ibu dan masih banyak lagi yang ia keluhkan mumpung ada wartawan.“Berkat Tante Dara aku dapat merasakan kasih sayang ibu,” ucap Brian.“Jadi aku mohon jangan ganggu kebahagiaanku saat ini,” imbuh Brian sambil bercucuran air mata.“Menangislah Nak, jika itu membuatmu lega,” balas Dara lalu memeluk Brian.Para Wartawan sibuk memotret dan merekam adegan mengharukan itu. Kasih sayang seorang ibu memang tidak bisa digantikan, bukan tentang seorang ibu kandung tapi sosok ibu yang penuh perhatian dan kasih sayang terhadap anak tersebut. Anak akan mengingat bagaimana seorang berjasa menemani hari-harinya tumbuh dan berkembang.“Aku mohon menyingkirlah, anakku butuh privasi,” ucap Dara lalu menggendong Brian ke dalam mobil.“Perempuan jalang, tidak tahu diri. Beraninya kamu menghasut cucuku untuk tidak mau bertem
Romi terkekeh mendengar pertanyaan Bima, masa begitu saja tidak tahu. Apa karena Bima sudah lama menjadi duda makanya lupa hal yang menyenangkan dilakukan suami istri.“Selain bunga dan uang, yaitu urusan ranjang,” ucap Romi.“Urusan ranjang, sepertinya menyenangkan,” balas Bima.“Benar, urusan ranjang memang sangat menyenangkan. Makanya kamu cepat menikah lagi,” bisik Romi.Bima baru sadar kalau urusan ranjang itu adalah hal wajib suami istri, sudah lama dia tidak menyentuh wanita apakah hal ini akan berguna. Tapi dia tidak ingin melakukan itu saat belum menikah dengan gadis pujaan hatinya itu.“Apa kamu sudah gila, memintaku untuk melakukan hal menyenangkan dengan Dara,” balas Bima.“Aku tidak menyarankan untukmu. Tapi kamu kalau ingin, ya, cepat saja menikah lagi,” ucap Romi.Bima merenung sebentar, dia juga ingin menikah lagi tapi apakah Dara bersedia menikah dengannya dalam waktu yang dekat ini. Dia masih bimbang karena statusnya saat ini duda beranak satu dan Dara adalah seorang
Jantung Dara berdetak kencang saat mendengar pertanyaan itu. Dia sangat belum siap untuk mempertemukan Bima dangan orang tuanya. Saat ini orang tuanya sedang bangkrut, dan tinggal jauh di desa, bahkan Dara yang sedang merindukan mereka belum bisa mengunjungi orang tuanya. “Emm, boleh saja tapi orang tuaku sekarang sedang berada di kampung halaman,” ucap Dara. “Tidak apa, memangnya kenapa kalau di kampung halaman, aku hanya ingin bertemu saja,” balas Bima. “Apa kamu serius mau bertemu orang tuaku?” tanya Dara. “Tentu saja aku serius,” jawab Bima. Dara mengangguk, tapi saat ini kepalanya sedang berpikir bagaimana nanti dia memperkenalkan Bima kepada orang tuanya. Bagaimana nanti kalau banyak pertanyaan yang orang tuanya lontarkan saat Dara membawa Bima ke rumah. Tapi banyak sekali rumor yang beredar di internet maupun televisi yang berkaitan dengan Dara dan Bima, tidak mungkin juga orang tuanya tidak mengetahui berita ini. “A-ku harus mengabari orang tuaku, dahulu kalau kamu mau d
"Tante, apakah nanti kakek dan nenek akan menyukai Brian?" tanya Brian."Kalau kamu jadi anak yang baik Kakek dan Nenek akan menyukaimu," jawab Dara.Brian ketakutan sendiri kalau orang tua Dara tidak menyukainya karena bukan cucu kandung mereka. Biasanya orang tak menyukai anak yang bukan lahir dari rahim keturunannya."Kenapa harus berpikir seperti itu?" tanya Dara."Kata temanku, tidak ada yang menyukai anak tiri," jawab Brian."Semua orang tidak seperti yang diceritakan temanmu," balas Bima.Mata Brian berkaca-kaca, dia hanya takut akan dipisahkan dengan Dara karena orang tuanya tak menyukainya yang bukan cucu kandung mereka."Jangan menangis, Tante akan berada di sisimu apapun yang terjadi," hibur Dara sambil menepuk pundak Brian."Janji, ya," balas Brian."Janji," jawab Dara.Kedua orang itu saling berpelukan, benar-benar seperti apa yang Brian inginkan. Mempunyai ibu yang bisa membimbingnya dengan baik."Terima kasih, Tante," ucap Brian."Sama-sama, sekarang tidurlah hari sudah
"Bima," ucap Dara.Bima melihat Dara ada dipojok kamar dia menunduk sambil menutup telinganya. "Apa kamu takut petir?" tanya Bima."Iya," jawab Dara singkat sambil memeluk Bima.Bima ingat kalau Dara sejak kecil memang takut petir. Bima membalas pelukan Dara agar dia tak takut lagi."Jangan menangis lagi, aku akan menemanimu malam ini," gumam Bima."Aku takut," balas Dara."Tidak usah takut," ucap Bima.Bima membopong Dara ke atas tempat tidur dan memeluknya. Ia juga menarik selimut karena hujan malam ini sangat dingin."Tidurlah, aku akan menjagamu," pinta Bima."Tapi jangan pergi," jawab Dara."Aku tidak akan pergi," balas Bima.Bima masih memeluk Dara sampai terlelap di atas ranjang. Sepertinya saat berpelukan mereka pulas tidur sampai pagi hingga ada kesalahpahaman bagi siapa yang melihat.***"Ayah," panggil Brian kaget.Brian mencoba untuk membangunkan ayahnya tapi sepertinya Bima tidur terlalu pulas sehinga tidak kunjung bangun begitu juga Dara."Ayah, Tante Dara!" teriak Bria
Bima bersumpah dia tidak melakukan apapun selain berpelukan di atas ranjang bersama Dara. Dia memang sudah lama tidak melakukan hubungan suami istri tapi dia tidak mungkin melakukannya di luar nikah. Dia masih bisa mengontrol keinginannya jangan sampai merusak kepercayaan orang.“Mama cek saja, apakah ada bekas kami melakukan hal yang tidak diinginkan,” jawab Bima.“Oke, mama percaya padamu. Tapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan lebih baik kalian segera menikah,” balas Nyonya Handoko.“Yee, Ayah dan Tante Dara akan segera menikah,” ucap Brian kegirangan.Padahal itu hanya peringatan untuk Bima dan Dara agar menjaga jarak kalau belum ingin meresmikan hubungan. Bisa terjadi hal yang memalukan kalau mereka mengundur dan terus mengundur pernikahan.***“Lekas bangun, mandi dan kita sarapan,” ajak Nyonya Handoko.“Baik,” jawab Bima dan Dara bersamaan.Dara menghela nafasnya lembut, jantungnya berdetak cepat karena terpergok tidur berdua bersama Bima di atas ranjang seperti ini.
Bima menatap Dara setelah muncul pertanyaan itu dari putranya, tentu saja dia ingin sekali menikahi Dara secepatnya biar nggak diambil orang, semenjak Sandi didatangi oleh Romi dia tidak muncul lagi di depan Dara tapi Bima tidak yakin dengan pria lain.“Ayah akan menikahi Tante Dara ketika dia siap,” jawab Bima.“Sebenarnya aku ingin sekarang juga menikahi Dara,” gumam Bima dalam hati. “Tante, Dara kapan siap jadi ibuku?” tanya Brian.“Kalau orang tua Tante merestui, pasti Tante akan menikah dengan ayahmu,” jawab Dara.Brian mengangguk, lalu dia meminta tambah makanan untuk makan siang kali ini. Entah kenapa membicarakan pernikahan Bima dan Dara membuat dia bahagia karena akan segera memiliki seorang ibu.“Makan lagi?” tanya Bima melirik Brian.“Dia sedang masa pertumbuhan, biarkan saja makan satu porsi lagi, lagipula ini bukan makanan junkfood,” jawab Dara.Brian merasa senang ada yang membelanya, aturan Bima selalu tidak membolehkan Brian makan lebih dari satu porsi lalu makanan ya
Dara mengingat sebentar apa yang masih tersisa di kulkas, dia rasanya tidak butuh belanja lagi karena bahan masakan masih ada di kulkas penuh.“Aku rasa tidak perlu,” jawab Dara.“Baiklah kalau begitu kita langsung pulang saja, ayah,” ajak Brian.“Oke, ayah juga sudah lapar dan ingin makan masakan Tante Dara,” balas Bima.Mereka bertiga keluar dari kantor Bima, semua karyawan yang belum pulang memandang mereka dengan perasaan bahagia. Para karyawan merasa mereka bertiga sangat kompak dan cocok sebagai keluarga yang harmonis.“Aku iri dengan mantan sekretaris Dara, dia bisa mendapatkan bos yang kaya raya seperti Pak Bima,” ucap salah satu karyawan.“Iya, dia sangat beruntung sekali,” ucap Salah satu karyawati.Dara dan Bima menggandeng tangan Brian kanan dan kiri, mereka sangat bahagia berjalan bertiga seperti ini. Rasanya seperti memiliki keluarga yang utuh.“Silahkan masuk, Nyonya dan tuan muda kecil,” ucap Bima sambil membuka pintu mobil.“Terima kasih,” balas Dara seraya masuk mobi