"Tante, apakah nanti kakek dan nenek akan menyukai Brian?" tanya Brian."Kalau kamu jadi anak yang baik Kakek dan Nenek akan menyukaimu," jawab Dara.Brian ketakutan sendiri kalau orang tua Dara tidak menyukainya karena bukan cucu kandung mereka. Biasanya orang tak menyukai anak yang bukan lahir dari rahim keturunannya."Kenapa harus berpikir seperti itu?" tanya Dara."Kata temanku, tidak ada yang menyukai anak tiri," jawab Brian."Semua orang tidak seperti yang diceritakan temanmu," balas Bima.Mata Brian berkaca-kaca, dia hanya takut akan dipisahkan dengan Dara karena orang tuanya tak menyukainya yang bukan cucu kandung mereka."Jangan menangis, Tante akan berada di sisimu apapun yang terjadi," hibur Dara sambil menepuk pundak Brian."Janji, ya," balas Brian."Janji," jawab Dara.Kedua orang itu saling berpelukan, benar-benar seperti apa yang Brian inginkan. Mempunyai ibu yang bisa membimbingnya dengan baik."Terima kasih, Tante," ucap Brian."Sama-sama, sekarang tidurlah hari sudah
"Bima," ucap Dara.Bima melihat Dara ada dipojok kamar dia menunduk sambil menutup telinganya. "Apa kamu takut petir?" tanya Bima."Iya," jawab Dara singkat sambil memeluk Bima.Bima ingat kalau Dara sejak kecil memang takut petir. Bima membalas pelukan Dara agar dia tak takut lagi."Jangan menangis lagi, aku akan menemanimu malam ini," gumam Bima."Aku takut," balas Dara."Tidak usah takut," ucap Bima.Bima membopong Dara ke atas tempat tidur dan memeluknya. Ia juga menarik selimut karena hujan malam ini sangat dingin."Tidurlah, aku akan menjagamu," pinta Bima."Tapi jangan pergi," jawab Dara."Aku tidak akan pergi," balas Bima.Bima masih memeluk Dara sampai terlelap di atas ranjang. Sepertinya saat berpelukan mereka pulas tidur sampai pagi hingga ada kesalahpahaman bagi siapa yang melihat.***"Ayah," panggil Brian kaget.Brian mencoba untuk membangunkan ayahnya tapi sepertinya Bima tidur terlalu pulas sehinga tidak kunjung bangun begitu juga Dara."Ayah, Tante Dara!" teriak Bria
Bima bersumpah dia tidak melakukan apapun selain berpelukan di atas ranjang bersama Dara. Dia memang sudah lama tidak melakukan hubungan suami istri tapi dia tidak mungkin melakukannya di luar nikah. Dia masih bisa mengontrol keinginannya jangan sampai merusak kepercayaan orang.“Mama cek saja, apakah ada bekas kami melakukan hal yang tidak diinginkan,” jawab Bima.“Oke, mama percaya padamu. Tapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan lebih baik kalian segera menikah,” balas Nyonya Handoko.“Yee, Ayah dan Tante Dara akan segera menikah,” ucap Brian kegirangan.Padahal itu hanya peringatan untuk Bima dan Dara agar menjaga jarak kalau belum ingin meresmikan hubungan. Bisa terjadi hal yang memalukan kalau mereka mengundur dan terus mengundur pernikahan.***“Lekas bangun, mandi dan kita sarapan,” ajak Nyonya Handoko.“Baik,” jawab Bima dan Dara bersamaan.Dara menghela nafasnya lembut, jantungnya berdetak cepat karena terpergok tidur berdua bersama Bima di atas ranjang seperti ini.
Bima menatap Dara setelah muncul pertanyaan itu dari putranya, tentu saja dia ingin sekali menikahi Dara secepatnya biar nggak diambil orang, semenjak Sandi didatangi oleh Romi dia tidak muncul lagi di depan Dara tapi Bima tidak yakin dengan pria lain.“Ayah akan menikahi Tante Dara ketika dia siap,” jawab Bima.“Sebenarnya aku ingin sekarang juga menikahi Dara,” gumam Bima dalam hati. “Tante, Dara kapan siap jadi ibuku?” tanya Brian.“Kalau orang tua Tante merestui, pasti Tante akan menikah dengan ayahmu,” jawab Dara.Brian mengangguk, lalu dia meminta tambah makanan untuk makan siang kali ini. Entah kenapa membicarakan pernikahan Bima dan Dara membuat dia bahagia karena akan segera memiliki seorang ibu.“Makan lagi?” tanya Bima melirik Brian.“Dia sedang masa pertumbuhan, biarkan saja makan satu porsi lagi, lagipula ini bukan makanan junkfood,” jawab Dara.Brian merasa senang ada yang membelanya, aturan Bima selalu tidak membolehkan Brian makan lebih dari satu porsi lalu makanan ya
Dara mengingat sebentar apa yang masih tersisa di kulkas, dia rasanya tidak butuh belanja lagi karena bahan masakan masih ada di kulkas penuh.“Aku rasa tidak perlu,” jawab Dara.“Baiklah kalau begitu kita langsung pulang saja, ayah,” ajak Brian.“Oke, ayah juga sudah lapar dan ingin makan masakan Tante Dara,” balas Bima.Mereka bertiga keluar dari kantor Bima, semua karyawan yang belum pulang memandang mereka dengan perasaan bahagia. Para karyawan merasa mereka bertiga sangat kompak dan cocok sebagai keluarga yang harmonis.“Aku iri dengan mantan sekretaris Dara, dia bisa mendapatkan bos yang kaya raya seperti Pak Bima,” ucap salah satu karyawan.“Iya, dia sangat beruntung sekali,” ucap Salah satu karyawati.Dara dan Bima menggandeng tangan Brian kanan dan kiri, mereka sangat bahagia berjalan bertiga seperti ini. Rasanya seperti memiliki keluarga yang utuh.“Silahkan masuk, Nyonya dan tuan muda kecil,” ucap Bima sambil membuka pintu mobil.“Terima kasih,” balas Dara seraya masuk mobi
Dara menggelengkan kepalanya, dia belum bisa tinggal di sini saat ini. Ini untuk menjaga jarak dengan Bima agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dara tidak ingin kehormatannya tergadai karena kenikmatan sesaat. Dia ingin keperawanannya hanya untuk lelaki yang sah menjadi suaminya kelak.“Belum,” jawab Dara.“Padahal sudah berjanji mau jadi ibuku, kenapa tidak tinggal di rumah ini bersama kita?” tanya Brian sambil menitikkan air mata. Mungkin dia kecewa karena Dara belum bisa tinggal bersamanya saat ini.“Tunggu Ibu dan Ayahmu resmi menikah maka Ibu akan tinggal bersamamu,” jawab Dara.Brian merengek ke Bima untuk segera menikahi Dara agar bisa tinggal bersama dengan mereka. Bima hanya tersenyum, dia bingung harus menjawab apa kepada Brian, pernikahan itu tidak semudah bibir mengucap. Perlu persiapan dan persetujuan dari kedua belah pihak.“Begini, sekarang Brian tidur dulu ya, Ibu akan membacakan cerita untuk Brian,” bujuk Dara.“Tidak mau,” jawab Brian yang sudah terlanjur me
Dara menatap tajam mata Bima, lalu dia melingkarkan tangan ke leher Bima dan menyunggingkan senyuman.“Maksudku adalah, apapun yang kita lakukan akan mendapatkan penilaian dari orang lain,” ucap Dara.“Jangan takut dengan penilaian orang lain,” balas Bima.“Aku tidak takut, tapi aku ingin membangun citra yang baik untuk menjadi ibunya Brian,” ucap Dara.Bima mencecep bibir Dara lembut. Suasana saat ini sangat pas untuk melakukan itu. Ada kesempatan kenapa tidak digunakan dengan baik, Bima memang tidak ingin melepaskan kesempatan yang ada untuk bermesraan dengan Dara.“Dasar orang mesum,” ucap Dara seraya mendorong tubuh Bima.“Ah kamu yang menciptakan kesempatan itu kok,” balas Bima tak mau disalahkan.“Dasar lelaki dimana-mana sama saja,” keluh Dara.“Jangan samakan aku dengan lelaki manapun karena tidak akan sama,” ucap Bima.Dara melengos pergi dari hadapan Bima, dia kesal dengan Bima yang berhasil mencuri kesempatan untuk mencecap bibirnya. Padalah Dara hanya ingin menjelaskan ap
Dara membatu sejenak, dia tidak habis pikir kalau sampai masuk ke kamar Bima. Bukannya dia menolak, tapi apakah pantas seorang gadis masuk ke kamar seorang pria dan menyiapkan barang-barangnya.“Dara,” panggil Bima sebanyak dua kali.“Eh, apa tadi aku tidak terlalu fokus mendengarkanmu,” ucap Dara.“Dara, sebenarnya kamu sedang memikirkan apa” tanya Bima.“Maaf, justru aku terlalu fokus memilih barang yang penting untuk dibawa Brian,” kilah Dara menyembunyikan kegugupannya.Bima meyunggingkan senyuman. Jadi itu yang dilakukan Dara saat ini sehingga tidak fokus mendengarkannya.“Kalau begitu lanjutkan saja,” ucap Bima.“Lalu keperluanmu?” tanya Dara.“Nanti aku akan pulang lebih awal,” jawab Bima.Bima mematikkan teleponnya, mendadak jantungnya berdebar sangat kuat. Dia sangat gugup karena sebentar lagi akan bertemu dengan orang tua Dara. Dia menjadi takut kalau kehadirannya dengan status duda beranak satu akan ditentang oleh orang tua Dara.***“Bos, apa yang kamu lakukan?” tanya Romi