Share

Bab 9

"Aku nggak bakal sudi liat muka si Tyo lagi," geram Erna, merebahkan kepalanya ke bangku milik Karin. 

Setelah kejadian semalam, dia enggan berada terlalu lama di kelasnya sendiri dan memilih pergi ke kelas Karin jika sedang tak ada guru. Melihat wajah Tyo yang apesnya satu kelas dengannya membuat Erna muak, mengingat kejadian semalam yang mempermalukannya. Erna merasa menjadi orang bodoh yang sempat senang ketika Tyo mengajaknya kencan semalam.

"Kenapa dia nggak nyari calon penganti di Alfansa?"

"Rin, bisa nggak kita nggak usah bahas Tyo lagi?" pinta Erna dengan muka kesal.

Karin mengangguk dan meminta maaf.

"Karin Nevada?" panggil seseorang dari arah pintu kelas Karin. Spontan dia dan Erna menoleh, begitu pula teman-teman sekelasnya yang lain.

Tampak seorang lelaki dengan muka bengal berjalan masuk menghampiri Karin, diikuti seorang perempuan berambut sebahu yang sangat cantik. Wajahnya dingin sedingin porselen, bahkan matanya yang sendu tampak ingin menghunus siapapun yang tanpa ijin menatapnya.

"Ketemu lagi," celetuk lelaki itu saat melihat Erna.

Erna menegakkan duduknya, "Kamu kan yang semalam? Namamu ... Hendery?"

Hendery tertawa, "Tepat sekali. Ingatanmu bener-bener tajam ya,"

"Siapa?" tanya Karin pada Erna. Meskipun dia mengenali wajah Hendery, tapi Erna tidak benar-benar tahu siapa Hendery dan perempuan di sampingnya.

"Aku ke sini cuman nganter Stef," ucap Hendery. "Stef, ini dia calon pengantin Katon,"

Ternyata hari itu datang juga. Hari dimana Stefani pergi menemui Karin karena ingin melihat sendiri calon pengantin Katon. Saat melihat wajah Stefani yang begitu dingin membuat Karin sedikit menciut. Wajahnya sama saja dengan warga Alfansa, tapi aura Stefani berbeda. Aura Stefani begitu kuat sama seperti aura Katon.

"Kamu Karin Nevada?" sapa Stefani. Di luar dugaan meskipun wajahnya dingin namun suara Stefani lembut dan nyaman didengar.

Karin mengangguk, "Ada perlu apa?"

"Dimana Katon?" tanya Stefani tanpa basa-basi.

"Aku nggak tahu,"

Stefani menautkan kedua alisnya dan kembali mencondongkan tubuhnya pada Hendery, "Dia nggak tahu," ucapnya pelan.

"Nggak mungkin," ucap Hendery tidak percaya. "Pasti Katon meninggalkan pesan padamu," 

Karin diam beberapa saat, "Dia hanya bilang akan pergi sebentar karena suatu urusan,"

"Urusan?"

"Stef, dia nggak tahu," ucap Hendery. "Katon nggak ngasih tahu apapun. Dia nggak bohong," jelas Hendery pada Stefani.

Kemudian setelah mereka berdua puas menginterogasi Karin, Stefani mengajak Hendery pergi meninggalkan kelas Karin.

"Tyo dari dulu emang brengsek. Tapi kau tetap yang paling bodoh, kenapa mau sama cowok kayak dia," seloroh Hendery santai pada Erna, kemudian seperti biasa melambaikan tangan dan pergi.

Erna lagi-lagi geram bukan main dengan sikap Hendery. Dia tak lupa mengumpat keras lelaki itu namun Hendery hanya tertawa dan tetap melambaikan tangan. Karin yang di sampingnya hanya bisa mengusap bahu Erna, memintanya untuk bersabar.

"Siapa Hendery?" tanya Karin.

"Dia cuman cowok brengsek yang suka banget liat orang malu," umpat Erna.

"Mereka berdua kenapa mencari Katon?" Pertanyaan Karin lebih seperti dia ucapkan ke dirinya sendiri.

* * *

Ponsel Katon bergetar ketika dia baru saja membersihkan pakaiannya dari sisa darah yang menempel akibat perkelahian cerberus melawan salah satu anjing penjaga milik gembong mafia yang ada di daerah dekat rumah Karin. Urusan Katon satu persatu sudah beres, dia membalaskan kekesalannya kepada orang-orang yang telah berjanji akan membantunya mencari Deswita. Namun hingga usia Karin 18 tahun dan sudah waktunya dia menemui Katon, Deswita tetap tidak ditemukan.

"Halo ... " sapa Katon dengan suara berat.

"Kau dimana?"

Katon tersenyum, "Kau merindukanku? Kita baru berpisah sekitar dua minggu,"

"Ada dua orang yang datang mencarimu,"

"Hendery dan Stef? Kenapa? Mereka mengganggumu?"

"Kapan kau kembali?"

"Kau merindukanku?" ulang Katon karena Karin tak menjawab pertanyaannya.

"Nggak ... hanya ..."

"Aku akan pulang kalau kau merindukanku,"

Tak ada balasan, karena Karin memang tak menyahut ucapan Katon. Cerberus mengisyaratkan untuk bergegas pergi karena ada warga Alfansa biasa yang curiga dan mengamati mereka berdua. Tanpa mengucapkan pamit Katon menutup sambungan dengan cepat.

"Katon?" Tanpa diduga Laksita berdiri di depan Katon, menatapnya dengan mata hampir menangis.

Wajah Laksita begitu kuyu dan cekungan di matanya menandakan bahwa dia mengalami malam yang panjang karena terus terjaga. Tubuhnya juga semakin kurus, dan dia saat ini sedang memegang dua keranjang buah di tangan kanan kiri.

"Dimana Karin? Kenapa kau disini?"

Katon memerintahkan cerberus untuk pergi dan sekarang tinggal mereka berdua. Laksita masih melekatkan pandangannya pada Katon, takut sewaktu-waktu lelaki itu akan menghilang sebelum sempat menjawab pertanyaannya.

"Aku ada sedikit urusan di sekitar sini," jawab Katon.

"Dimana Karin?"

"Dia di sana,"

"Kalian sudah menikah?" Laksita makin mendekatkan posisinya pada Katon.

Katon menggeleng, "Aku akan menikahinya sebulan lagi,"

Laksita tiba-tiba menangis, "Apakah aku tidak bisa menemuinya sebelum kalian menikah?"

"Kau sepertinya sudah tahu aturan mutlak kami. Waktumu dengan anakmu sudah habis, dan dia milikku sekarang,"

Laksita justru menangis makin kencang, "Aku hanya ingin memeluknya untuk terakhir kali, Katon. Ijinkan aku menemui anakku,"

"Dia bukan anakmu lagi, Laksita. Dia calon pengantinku,"

Laksita meraih lengan kiri Katon, mencengkeramnya erat. Matanya yang merah dan sembab terlihat begitu terluka, "Kenapa kau memilihnya? Kau tidak mungkin memilihnya tanpa alasan ... "

Katon tertawa ironis, "Ini semua karena Deswita,"

"Deswita?"

"Kau tak mengenalnya? Atau ... kau sengaja melupakannya?"

Laksita berhenti menangis dan berpikir keras untuk mengingat nama yang baru saja diucapkan Katon.

"Maksudmu Deswita ... mantan kekasih Albert?" Terbata-bata Laksita menebak siapa orang yang dimaksud Katon.

Katon hanya diam dan tersenyum samar kepada Laksita, yang mulai menangis meraung saat lelaki itu perlahan menghilang dan tak lagi bisa digenggam oleh tangan Laksita.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status