Jantung Serena seolah berhenti berdetak ketika ia mendengar suara familiar yang menjawab teleponnya. Ia begitu shok. Ia tak ingin percaya, tapi itulah yang ia dengar."Kenapa diam saja?" tanya Helena di seberang sana yang mengembalikan Serena ke kesadarannya, sesaat setelah ia membeku.Serena tak menyangka akan mendengar suara Helena ketika menelepon Julien. Ia sangat terkejut saudarinya yang menjawab telepon pria itu."Mengapa kau?" Serena tak bisa berkata-kata banyak karena tenggorokannya tercekat."Sudah jelas, bukan? Ya, aku sedang bersama Julien. Yah, katakan saja ia sedang sibuk hingga tak bisa mengangkat telepon saat ini. Mengapa kau meneleponnya sepagi ini, Seren?""Apa katamu?" Mendengar jawaban Helena, Serena seketika mendidih. "Mengapa katamu? Aku saat ini sedang menelepon suamiku sendiri. Apakah harus ada alasan untuk itu? Harusnya aku yang bertanya, apa yang sedang kau lakukan di sana sepagi ini, Helen?"Ada tawa kecil yang terdengar sebelum Helena kembali berkata, "Kau p
Serena berjalan dengan mencengkeram erat lengan Gio yang mengamitnya. Gio sendiri menggenggam jemari Serena seolah ingin menguatkannya.Di depannya, Julien yang memasang wajah tenang sedang menatap mereka lekat-lekat seolah ingin menelannya bulat-bulat. Ia yang sebelumnya sedang berbincang dengan beberapa kolega, menegang setelah pasangan Gio dan Serena menghampirinya."Selamat malam, Tuan-Tuan," sapa Gio dengan senyum ramahnya ketika ia telah mendekat."Oh, Tuan Moreno junior! Anda telah datang," sambut pria tua di sebelah Julien yang sebelumnya berbincang dengannya. Ia terlihat begitu gembira dengan kedatangan Gio."Pesta yang sangat meriah, Tuan Kendrick," ucap Gio sambil menerima jabatan tangan sang tuan rumah."Hoho, aku telah menunggumu. Aku sengaja belum memulai acara utama pesta ini karenamu. Terima kasih kau mau menghadiri acara ini.""Sungguh kehormatan bagiku, Tuan. Aku juga ingin menyampaikan bahwa ayahku tak dapat menghadiri pestamu, Tuan. Dan untuk itu, aku ikut mewakili
"Braak!"Julien menghempaskan berkas-berkas dan alat tulis di atas meja ruang kerjanya ketika ia kembali dari pesta.Ia melepas dasi kupu-kupunya dan mengumpat kesal sebelum menjatuhkan dirinya di atas sofa empuk di ruangan tersebut. Ia yang menahan kekesalan dan juga kekhawatirannya sejak di pesta tadi akhirnya meledak setelah kembali ke kediamannya sendiri.Julien merasa frustasi dan tak dapat melakukan apa-apa ketika Serena pingsan di depan matanya. Ia bahkan harus merelakan pria berengsek itu menggendong istrinya."Bercerai? Beraninya kau meminta perceraian setelah mengkhianatiku, Serena," geram Julien.Ia kemudian bangkit dari duduknya dan menuju ke meja kerjanya. Dengan perasaan kesal, ia kemudian membuka laci mejanya dan meraih beberapa buah foto di dalamnya. Ia kembali mengumpat dan berteriak kesal sambil melemparkan foto-foto tersebut hingga berserakan di atas lantai.Dengan dada yang naik turun, Julien menatap lagi foto-foto itu. Matanya berkaca-kaca dan tenggorokannya seras
Setelah memutuskan mengikuti Gio ke Italia demi kesehatan kandungan dan mentalnya, Serena akhirnya bisa mendapatkan ketenangan. Ia bekerja dengan giat sebagai editor penanggung jawab utama di perusahaan penerbitan pria itu yang bernama Trinity Publishing.Gio juga membantunya dengan mempersiapkan tempat tinggal yang nyaman yang tak jauh dari perusahaan. Selain itu, pria itu juga menyiapkan pengacara untuk mengurus surat perceraian dengan Julien. Dan sejak surat perceraian dilayangkan, tepat ketika Serena melahirkan bayinya yang ternyata kembar, bertepatan dengan hari itu juga proses surat perceraiannya dengan Julien selesai. Mereka resmi bercerai.Walau begitu sedih, tapi Serena tak bisa berpaling dari tujuannya. Ia yang telah mencurahkan hidupnya untuk kedua putra-putrinya, kini semakin terpacu untuk membahagiakan mereka tanpa menoleh lagi ke masa lalu semenjak kedua bayinya lahir. Dan semua kemudahan yang ia lalui tak lepas dari bantuan Gio.Kemudian, tak terasa lima tahun telah ber
"Ini tidak mungkin. Aku tidak bisa!" Serena menghela napasnya dan menyibak rambut sebahunya dengan frustasi.Ia kini sedang berada di kantornya dengan Gio. Mereka sedang membicarakan lagi rencana kepulangan sementara Serena ke London."Aku tahu alasanmu. Tapi, kita tak bisa melakukan apa-apa untuk masalah ini selain kau kembali ke sana untuk sementara waktu, bukan? Richard adalah aktor kenamaan yang sedang naik daun. Ia secara khusus memilih penulis di perusahaan kita. Apa kita akan membiarkan klien sepenting itu hilang begitu saja? Kau tentu tahu berapa yang sudah dihasilkannya untuk perusahaan kita, kan?"Serena mendesah lagi dengan berat. Ia melepas kacamatanya dan menatap Gio dengan bimbang.Gio yang sebelumnya duduk di sofa di ruang kerjanya, kini berdiri dan mendekat ke arah Serena. "Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tapi, jangan biarkan itu mengganggumu, oke? Kalian sudah lama berpisah dan tak akan ada yang terjadi seandainya kalian bertemu sekali pun.""Ia sudah menandatangani s
Tepuk tangan dan riuh rendah para penonton yang menyesakkan studio membuat Serena sempat ragu ketika akan melintas ke arah panggung. Mengetahui itu, Gio meremas jemari Serena untuk menenangkannya."Tak perlu takut, ini hanya studio kecil. Ruangan ini hanya skala kecil untuk artis sebesar Richard. Tapi, jangan merasa tertekan, Darling. Ada aku di sampingmu," bisiknya.Serena menelan ludahnya dan mengangguk kecil sebagai tanda ia mengerti. Ia kemudian mengubah raut wajahnya menjadi profesional ketika berjalan ke arah panggung yang telah diatur untuk sesi wawancara singkat semacam jumpa pers.Setelah pembawa acara mempersilakan Serena dan Gio duduk, ia memperkenalkan Serena sebagai CEO perusahaan Trinity yang bekerja sama dengan Richard. Dan Gio yang berlaku sebagai presdir utama kemudian diberi kesempatan untuk berbicara."Terima kasih untuk dukungan kalian kepada penulis kami. Antusiasme yang begitu besar untuk mengetahui siapa sosok di balik Willow White sungguh membuat kami sempat me
"Serena, tunggu!" Gio mengejar Serena yang berjalan cepat ke arah ruang rias ketika mereka selesai melaksanakan acara tersebut.Ia sangat paham mengapa Serena bergegas keluar setelah acara mereka selesai. Wanita itu bahkan dengan lihai menyelinap di antara kerumunan para penonton yang didominasi oleh wanita yang sedang bersibuk ria meminta foto dengan Richard dan Julien.Walau tidak seterkenal Richard, sosok Julien pernah beberapa kali diberitakan oleh media-media setempat karena rumornya di masa lalu dan karena kedekatannya dengan beberapa model serta selebritis yang berasal dari kota yang sama. Dan itu, rupanya membuat para wanita penasaran dengannya selain wajah tampannya tentu saja.Kapan lagi mereka dapat bertemu langsung dengan pria menawan yang merupakan pengusaha sukses terkenal itu? Karenanya, saat pria itu sibuk kesempatan itu diambil Serena untuk melarikan diri darinya."Tolong jalan perlahan atau kau bisa cidera. Serena, Darling, please!"Gio akhirnya mampu meraih lengan S
Mau tak mau, kini Serena memang harus sering bertemu dengan Julien untuk proyek kerja sama yang perusahaan mereka sedang lakukan. Seperti pagi ini, ia sedang berhadapan dengan Julien karena ia telah 'dijemput paksa' oleh sopir suruhan Julien. Walau ia tahu kedepannya ia akan sering bertemu pria itu, tapi ia tak menyangka akan bertemu lagi secepat ini dengannya."Apakah perlu untuk sampai mengirim sopirmu ke kediamanku sepagi ini, Tuan Julien? Tidakkah itu cukup tidak sopan untuk kau lakukan?" ucap Serena sambil memasang wajah yang defensif.Ia jelas merasa kesal tapi berusaha sebisa mungkin menahan kekesalannya untuk tetap bersikap profesional di hadapan rekan bisnisnya. Jika bukan karena pekerjaan, ia mungkin tak akan menghiraukan sopir yang dikirim Julien untuk menjemputnya tadi.Ia yang sebelumnya sempat merasa heran karena Julien bisa mengetahui kediamannya akhirnya mengerti jika itu semua berkat pemberitahuan Gio kepadanya. Dan yang lebih membuatnya kesal, saat ia meminta penjela