"Sekarang katakanlah dengan tenang, apa yang sebenarnya telah terjadi?" Julien mengusap sisa air mata pada wajah lembab Serena setelah gadis itu telah benar-benar berhenti menangis. Ia menyibak sejumput rambut Serena yang tergerai ke belakang telinganya."Aku be ... bertemu dengan Calvin dan menceritakan semuanya tentang kita padanya," ucap Serena akhirnya."Calvin? Siapa ia?" balas Julien sambil mengerutkan alisnya.Lalu, dengan sedikit bergetar dan terbata, Serena akhirnya menceritakan perihal pertemuannya dengan Calvin dan alasannya melakukan itu kepada Julien. Ia bahkan bercerita tentang Calvin dan hubungannya dengan masa lalunya tanpa ia tutupi sedikit pun. Julien mengembuskan napasnya dan tampak berpikir sejenak setelah Serena menceritakan semuanya. Tak ada raut kesal atau pun marah pada wajahnya. Justru, ia terlihat lega setelah dengan sabar mendengar penuturan gadis itu."Terima kasih kau sudah bercerita padaku, Serena. Untuk seterusnya, mulai sekarang kau harus mengatakan d
Tiga hari kemudian, hari di mana pesta berlangsung, Serena masih termangu di tempat duduknya sambil menyentuh bibirnya setelah ia bersiap dengan gaun malam model mermaid dress berwarna biru tua miliknya untuk menghadiri pesta malam itu bersama Julien.Bibirnya yang masih terasa panas dan penuh dengan aroma Julien itu masih membuatnya berdebar bahkan ketika pria itu tak ada di dekatnya. Dan seperti rencana yang telah dikatakan Julien sebelumnya, selama tiga hari lalu pria itu membawanya menginap di hotel, berbelanja, pergi ke salon di pusat kota, bahkan berjalan-jalan untuk sengaja memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan publik.Dan selama tiga hari itu pula, Julien memperlakukannya bak seorang ratu. Ia memanjakannya dengan puluhan baju baru dan barang-barang belanjaan mewah lainnya. Ia juga bersikap begitu mesra layaknya seorang pria yang menggilai pasangannya. Tentu saja, sekarang sentuhan fisik maupun ciuman seolah sudah menjadi hal yang wajar yang pria itu lakukan padanya di saa
Mereka kemudian masuk ke dalam lift untuk menuju ke area pesta yang ada di lantai satu. "Maafkan aku kau harus melihat dan mendengar semua omong kosong Lucia tadi," ucap Julien pada Serena setelah mereka berada di dalam lift."Tak apa. Aku sudah tidak terkejut lagi dengan sikapnya," balas Serena."Jangan dengarkan apa pun yang ia katakan. Mungkin reputasiku memang telah dicap buruk, tapi aku tak akan pernah melakukan dan membiarkan sesuatu yang mungkin dapat menyakitimu. Dan jika ada yang ingin kau tanyakan tentangku, jangan ragu untuk mengatakannya. Apa pun itu. Karena aku tak ingin kau mendengar tentangku dari mulut orang lain."Ucapan Julien membuat Serena tenang. Ia hanya mengangguk dan tersenyum kecil. "Baiklah, aku mengerti," jawabnya."Ck, harusnya tadi kubuat ia meminta maaf padamu atas perbuatannya tempo lalu. Aku sudah sangat terlalu muak padanya hingga rasanya tak ingin berlama-lama melihatnya. Sekali lagi, maafkan aku karena telah membuatmu harus berurusan dengan wanita i
Sudah sekitar sepuluh menit Serena berdiri dan menatap ke arah jendela di ruang baca dengan raut muram ketika Julien perlahan masuk ke dalam ruangan tersebut dan memperhatikannya. Gadis yang mengenakan jubah tidur itu bahkan tidak menyadari kehadirannya karena ia begitu terpaku pada satu titik di luar jendela dan terhanyut dalam benaknya yang terlihat sedang berpikir keras.Ya, Serena memang sedang mengingat lagi apa yang diucapkan Calvin padanya ketika ia menghentikan mereka meninggalkan pesta tadi."Dua hari yang lalu aku menemui orang tuamu dan Helena," akui Calvin berterus terang.Saat itu, Serena yang hendak keluar ruangan, sketika membeku. Ia tak langsung membalas ucapan Calvin karena ia masih begitu shock. Ia harus mengumpulkan kekuatannya dahulu sebelum kemudian bisa menjawab dengan suara yang tak bergetar."Mengapa kau menemui mereka?" tanya Serena sambil membalikkan badannya yang sebelumnya telah siap keluar."Aku hanya ingin memastikan sesuatu saja," jawab Calvin beralasan.
"Oh, Baby-ku, kau sudah datang! Peluk aku!" Seruan yang penuh luapan kegembiraan terlontar dari bibir pucat seorang gadis yang masih bersandar di atas ranjang pasien miliknya saat Serena masuk. Ia merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Serena.Ya, ia akhirnya memutuskan untuk menemui Helena setelah keadaannya membaik akibat 'serangan' Julien padanya lusa lalu dan karena kabar dari kedua orang tuanya yang mengatakan bahwa Helena siap bertemu dengannya."Aku senang kau telah terbangun, Helen. Mengapa kau tak membiarkanku langsung menemuimu?" ucap Serena setelah ia memeluk saudarinya."Bagaimana keadaanmu? Apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Serena pada saudarinya yang sedang setengah berbaring itu."Oh, Baby, keadaanku buruk, semua terasa menyebalkan. Untuk itulah aku tak ingin kau menemuiku terlebih dahulu," balas Helena sambil bersikap manja."Ugh, jika bukan karena si berengsek itu, aku mungkin sudah melalui hari-hariku yang indah tanpa merasakan ini," keluh Helena
"Oh, benarkah? Wah, mengapa kebetulan sekali?" balas Helena untuk menutupi keterkejutannya. Kini ia beralih menatap Aiden."Oh, apa kau belum tahu tentang hal itu?" tanya Aiden yang kemudian menyadari situasinya."Belum. Serena mungkin tak ingin mengejutkanku dengan mengatakan bahwa ia telah menikah dengan seorang pria tua," balas Helena sambil tersenyum manis penuh arti. "Aku cukup mengerti karena seperti itulah ia. Ia juga pasti mempertimbangkan kondisiku yang baru pulih.""Aah, begitu? Benar, bukan hanya kau, aku pun terkejut awalnya saat Dad memberitahuku. Tapi, karena memang pria tua itu suka melakukan hal-hal yang tak kumengerti, akhirnya aku bisa menerimanya juga. Dan karena sekarang berarti kita adalah keluarga, maka jangan sungkan padaku, ya!" balas Aiden.Helena tertawa. "Oh, menyenangkan sekali ternyata dapat menjadi keluargamu, Aiden. Tentu saja aku tak akan sungkan!"Aiden balas tertawa renyah. "Baguslah. Baiklah, aku hanya memiliki sedikit waktu karena para pasien yang l
Serena kembali ke kediaman Julien menjelang makan siang setelah ia selesai dengan urusannya di perpustakaan kampus. Ia yang kemudian masuk ke dalam kamar, dikejutkan oleh keberadaan Julien yang ternyata sudah berada di sana."Sudah pulang, Sayang?" sapa Julien begitu Serena masuk.Pria itu segera melepaskan kacamata bacanya dan meletakkan berkas naskah yang sedang ia baca. Ia kemudian turun dari ranjang dan menghampiri istrinya dengan gembira.Ia langsung memeluk Serena yang masih mematung dan menciumnya dengan lembut hingga tanpa sadar jinjingan yang Serena bawa jatuh ke atas lantai karena ia terlena dengan sambutan Julien yang begitu manis."K ... kau ada di rumah?" ucap Serena gugup setelah Julien melepaskan ciumannya."Ya, karena aku ingin makan siang denganmu sebelum memakanmu, Sayang," godanya."A ... apa?" Wajah Serena yang merona membuat Julien tertawa puas."Oh, aku sungguh merindukanmu hingga rasanya tak ingin pergi ke luar karena tak ingin melewatkan kepulanganmu," ucap Jul
Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Perawatan Helena dan fisioterapinya yang telah berjalan selama itu, rupanya juga telah membuahkan hasil. Helena sudah mulai dapat berjalan lagi dan membiasakan tubuhnya untuk beraktivitas normal walau masih dalam gerak yang terbatas. Dan kini, ia telah siap untuk kembali ke rumah."Apa kau tak terlalu memaksakan dirimu, Sweety?" tanya Anie kepada Helena siang itu ketika Serena menjenguknya untuk membantu persiapan pulang saudarinya."Mengapa kau berpikir begitu, Mom?" tanya Helena."Karena, kau pulih dengan begitu cepat. Walau aku senang kau melakukannya dan itu bagus, tapi hanya dalam waktu tiga bulan ini saja kau sungguh sudah seperti normal lagi. Aku hanya khawatir jika kau terlalu memaksakan diri, maka akan berdampak buruk bagi tubuhmu ke depannya," jelas Anie."Buruk apanya? Lihat, bahkan sekarang berat tubuhku juga sudah berisi hingga sama seperti Seren, bukan? Aku sudah bukan lagi gadis tulang belulang seperti sebelumnya yang hanya bisa berb