“Tidak, tidaaak!!!”
“Jangan dekati aku!!!” Rissa membelalak ketakutan dan berusaha melepaskan diri dari dekapan Mr. Johann, tapi lelaki itu sangat kuat. Lebih kuat dari perkiraannya. Tentu saja itu mungkin karena dia vampir yang sudah sangat tua ...
“Kumohon, lepaskan aku! Kumohon!”
Dia mulai memohon-mohon dengan kalut. Air matanya mulai membayang di matanya. Belum pernah dia setakut ini seumur hidupnya ...
Tapi Mr. Johann malah mengeratkan dekapannya dan mendekatkan wajahnya pada Rissa. Rissa langsung panik dan dia buru-buru membuang muka. Betapa menjijikkannya pria ini! pikirnya dengan penuh kengerian.
Tapi tiba-tiba Mr. Johann melepaskannya dan dia lalu tertawa terbahak-bahak.
“Astaga!”
“Menyenangkan sekali bermain bersamamu, Manisku! Aku senang sekali melihat bagaimana kau berusaha melarikan diri dariku!”
“Kau begitu mudah digoda! Dan itu semakin membuatku semakin senang dan ingin memilikimu, Manisku!”
“Lepaskan aku! Aku mohon!!” pinta Rissa berulang kali sebelum kedua pelayan datang membawanya pergi. Dia berusaha memohon, siapa tahu lelaki itu akan luluh dan merasa kasihan padanya walaupun hanya sedikit ...Mr. Johann menyeringai.“Kau pikir dengan memohon akan mengubah keputusanku? Tidak! Tahukah kau kenapa aku memilihmu?” tanyanya dengan licik.Rissa menelan ludah. Dia tidak mau menjawab apa pun.“Karena kau adalah tipe yang kusukai, Cantik. Kecantikan yang tidak membosankan itu, keanggunan yang tersembunyi di balik wajah yang manis dan lugu. Aku menyukainya! Kau sangat menarik hatiku!”Meskipun lelaki itu memujinya setinggi langit, Rissa tak peduli. Dia ingin pergi dari tempat aneh ini! Tempat yang disebut lelaki ini kastil ...“Kau milikku sekarang! Mr. Jona telah setuju untuk memberikanmu padaku!” seru lalki itu lagi. Dia lalu menatap Rissa dan tertawa terbahak-bahak.
“Merepotkan sekali gadis itu. Aku bahkan tidak bisa beristirahat sejenak. Huh! Kenapa aku harus terus menjaganya?”“Sialan memang. Si tua bangka itu tidak mau repot-repot menjaga calon istrinya sendiri. Harusnya kan dia yang menjaga gadis itu, hah!”“Kalau dia mau menikahi gadis itu bukankah dia harus melembekkan sedikit perlakuannya? Kalau begini caranya siapa pun juga tidak bakal mau menjadi istrinya!”Rissa mendengarkan gerutuan si penjaga kamarnya dalam diam. Dalam hati dia merasa senang si penjaga tidak melakukan hal-hal yang aneh padanya. Itu karena Amelia sudah mengancamnya.“Kalau kau lukai sedikit saja gadis itu, aku akan melaporkanmu pada Mr. Johann!” gertak Amelia.“Dan dia mungkin akan memberimu hukuman keluar di siang hari dan bertemu matahari, mau kau?”Amelia memang masih seorang gadis dalam tubuh vampirnya, tapi siapa sangka dia sangat galak dan bisa menggertak Hugo
“Fiuhhhh, untung kita bisa kabur. Kita beruntung, Miss,” kata Melvin sambil menghembuskan napas lega. Dia tak lagi memandang ke arah belakang mana kala dia yakin Mr. Johann tidak mengikuti mereka. Sepertinya serangan itu telak melumpuhkan Mr. Johann sehingga dia butuh waktu untuk memulihkan diri.Rissa memandang Melvin dengan kelegaan luar biasa sekaligus penasaran.“Anda ... Anda menyelamatkan saya, Tuan Melvin,” katanya pelan.Melvin memandangnya sekilas dan tersenyum kecil.“Ya,” katanya pendek.Jantung Rissa seolah akan copot melihat senyum itu. Itu senyum yang berbeda dari yang biasa dipasang oleh Melvin di wajahnya. Senyuum itu terlihat ... tulus.“Kenapa?” tanya Rissa dengan bingung.“Dan dari mana Anda tahu saya dibawa menuju kastil itu?” tanyanya bertubi-tubi.Melvin kembali tersenyum lagi.“Jika Anda tahu jawabannya pasti Anda akan mencemooh saya
CEPAT ANGKAT TELEPONNYA ATAU AYAH YANG DATANG KE TEMPATMU! JANGAN KIRA AYAH TIDAK TAHU KAU ADA DI MANA SEKARANG!!!Melvin menggertakan giginya. Ayahnya bisa menjadi sangat penuntut dan menyebalkan. Dia lalu mengetik pesan balasan pada ayahnya dengan geram.Melvin: Ayah, ayah membahayakan Miss Rissa.Melvin: Apa yang ayah tawarkan sebagai gantinya? Tentu tidak berkaitan dengan perusahaan kan?Mr. Jona: Kau tidak perlu tahu untuk apa ayah menyerahkan Miss Rissa! Sekarang kembalikan Rissa pada Mr. Johann!Melvin: Tidak, ayah.Melvin: Aku tidak mau melakukannya.Melvin: Selamat tinggal, ayah.Melvin menghela napas lalu mematikan teleponnya. Dia duga ayahnya akan meneleponnya sekali lagi. Jadi dia mematikan telepinnya agar ayahnya tidak bisa mengganggunya lagi.Ibunya sama sekali belum menghubunginya. Dia duga ibunya pasti tidak tahu niat ayahnya. Ibunya juga sepertinya ti
GLEKKKMr. Jona kembali menelan ludah. Tangannya yang masih memegang ponsel bergetar. Dia tak mampu menjawab.Suara Mr. Johann kembali memenuhi telinganya ketika dia kembali berbicara.“Aku tunggu kau di kantor rumahku. Sekarang. Awas jika kau tidak datang, kau akan tahu apa konsekuensinya,” katanya dengan nada dingin. Sangat dingin. Seperti es yang menggores permukaan kulit. Tajam dan menyakitkan.Kerongkongan Mr. Jona terasa kering.“Ba ... baik Master. Tu ... tunggu saya di sana,” katanya segera.Dengan tangan bergetar hebat dia menurunkan ponselnya. Mr. Johann tak pernah main-main. Dulu sekali dia pernah mendengar soal anak buahnya yang mangkir dari panggilannya.“Sayang, dia anak favoritku. Tapi dia tidak boleh tidak diberi hukuman atas kelancangannya. Maka suatu siang kuajak dia bertemu. Kami berdiri di balkon, berbincang-bincang santai, ha! Dia tak tahu apa rencana yang kusembunyikan di ot
“Kau dengar? Jika dalam tiga hari Mr. Johann tidak mendapatkan Miss Rissa, dia akan memburu dan membunuhmu! Dan dia tidak hanya mengeluarkan ancaman kosong!” kata ayahnya lagi.Mr. Jona mulai terdengar habis kesabaran. Dia tak henti-hentinya berjalan bolak-balik di ujung telepon sambil menggigit bibirnya.Melvin terperangah. Dia tidak salah dengar kan? Ayahnya tadi benar-benar bilang Mr. Johann akan memburu dan membunuhnya? Dia tak mengira akan jadi seperti ini ...Tapi harusnya dia sudah tahu dan menduganya. Harusnya dia tahu orang macam apa Mr. Johann itu. Dia bukan orang yang bisa dianggap enteng. Dia tidak boleh bermain-main dengan orang seperti itu ...Rissa sepertinya menangkap ada yang tidak beres dari ekspresi Melvin maka dia akhirnya berkata.“Kenapa? Ada apa Pak?” tanyanya dengan cemas.Melvin menelan ludah. Haruskah dia memberi tahu Rissa? Tapi tentu saja dia tak boleh memberi tahu gadis i
Rissa terperangah. Apa? Apa yang barusan Pak Melvin katakan? Dia ... mencintaiku? Astaga!Melvin segera sadar apa yang barusan dikatakannya lalu dia membuang muka. Dia tak menoleh lagi pada Rissa.“Astaga, apa yang aku bilang barusan? Maafkan aku, Miss Rissa!”Dia segera tancap gas dan menjalankan mobil. Mobil segera menderu dalam kecepatan sedang. Melvin menutup matanya sejenak, seolah berusaha melupakan apa yang barusan dikatakannya pada Rissa. Tapi melihat usahanya, sepertinya itu sia-sia.Rissa menatap Melvin, yang berusaha keras untuk menjaga pandangan tetap di depan.“Pak Melvin ...” kata Rissa pelan. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan padanya untuk membalas perkataannya barusan? Tolong aku tidak tahu harus bagaimana!Melvin tak memandangnya. Sepertinya dia menyesal atas apa yang sudah diucapkannya. Suasana segera terasa canggung. Rissa salah tingkah dan dia terus bergerak d
“Oh astaga, aku bisa gila rasanya.”Rissa tak bisa tidur. Berkali-kali dia membalikkan badannya dan mencoba untuk memejamkan mata, tapi otaknya seolah tak mau menurut. Dalam keheningan kamarnya, benaknya berputar-putar pada dua hal.Benaknya selalu dipenuhi oleh kata-kata Melvin dan senyum pria itu. Ternyata pria itu bisa menjadi romantis dan manis juga ...“Saya hanya mengutarakan apa yang saya rasakan saja. Saya tak membutuhkan jawaban. Saya berjanji akan selalu ada untuk Anda dan berusaha melindungi Anda. Anda bisa mempercayai saya untuk hal itu.”“Aargh! Kenapa aku tidak bisa lupa kata-kata itu?”Rissa akhirnya terduduk dan mengacak-acak rambutnya.“Aku selalu teringat kata-kata itu,” keluhnya frustasi. Dia merasa tak akan bisa tidur hari ini. Dia tahu dalam hatinya dia terkesima dengan apa yang dikatakan oleh pria itu. Betapa tulus kedengarannya kata-ka