Sebetulnya ancaman Kejora tidak berarti apa-apa bagi Arjuna, ia tau itu hanya main-main, Kejoranya tidak akan berani pulang bersama Marvin.Tempo hari ia pernah mendengar Kejora menolak Marvin mentah-mentah ketika memaksa mengantarnya pulang dan mengatakan akan dijemput sang kekasih padahal waktu itu hubungan mereka tidak sebaik ini.Lantas sikap yang ditunjukan Arjuna tadi di depan Elma hanyalah akal bulus belaka agar wanita itu semakin cemburu.Dan benar saja, Leon mengirim pesan jika Elma sangat geram setelah Arjuna pergi meninggalkannya.Ada kepuasan di dalam hati Arjuna mengetahui Elma yang geram pasti 8tu dikarenakan oleh rasa cemburunya, sekali-sekali Elma harus merasakan apa yang ia rasakan.Cemburu karena Elma selalu mementingkan orang lain dan tidak pernah menganggap Arjuna dan sering mengabaikannya.Untuk saat ini Arjuna akan membiarkan angin membawa kemana hatinya berlayar, walau sepertinya ia sendiri tau jika mungkin ia akan berlabuh pada gadis cantik berbulu mata lentik
Kalila bergegas menyelesaikan pekerjaan sebelum King datang ke kantor lalu membuat apa yang dikatakan pria itu menjadi nyata.Kalila khawatir tidak bisa menolak karena pria itu sungguh berbahaya.Seringkali menghancur leburkan pertahannya dengan segala kemampuan yang mampu membuat Kalila kagum selain memiliki ketampanan yang sangat kurangajar.King sangat cerdas dan hebat dalam bisnis, pria itu juga mahir menggunakan software.Kriteria pria yang ingin Kalila nikahi tapi ia takut terluka mengingat rekam jejak King bersama para gadis.Kalila mematikan laptopnya, merapihkan dokumen namun memilahnya terlebih dahulu untuk ia bawa ke rumah.Jika sudah di rumah King tidak akan berani berbuat macam-macam karena ada Kejora.Setelah memasukan berkas ke tempatnya, Kalila menyambar tas lalu meraih longcoat yang tergantung di sudut ruangan.Mendadak Kalila menghentikan langkah saat pintu ruangannya terbuka menampilkan sosok King dengan seringai di bibirnya.Kalila mundur selangkah, matanya membula
“Mau kemana?” Kalila bertanya saat melihat sang adik turun dari lantai dua.Pertanyaan menyebalkan bagi Kejora karena dari kemarin sampai pagi dan siang hari, sudah memberitau Kalila jika malam ini ia akan menghadiri pesta ulang tahun Marvin teman kuliahnya.Kalila mengenal Marvin, pemuda itu pernah mengujungi Kejora sewaktu di rawat di rumah sakit.Menurut Kalila, sebagai teman kuliah Kejora—Marvin adalah teman yang baik karena mau menjenguk Kejora dan Kejora juga pernah mengatakan jika Marvin mengirim banyak catatan selama ia dirawat.“Kejora ‘kan udah bilang, Kak ... pake ditanya terus, sih!” Bibir Kejora mengerucut, memprotes sang Kakak.Kak Lila mengulum senyum kemudian melahap camilan yang toplesnya sedang ia pangku.Kalila menilai penampilan Kejora dari atas sampai bawah, pakaian sang adik cukup tertutup untuk dipakai ke Nightclub.Mini dress bodycon berwarna hitam dengan lengan panjang berbahan organzanza model balon, terkesan seksi namun tertutup.Heels sepuluh senti yang mem
“Terimakasih ya Tuhan, Kejora seneng banget hari ini ... bisa ngedate samam Bang Juna, bisa mamerin Bang Juna depan temen-temen kampus, trus dapet kiss dari Bang Juna juga ... luar biasa banget malem ini, pokoknya Kejora janji mau rajin belajar, lulus cepet trus nikah sama Bang Juna ... udah kebelet nikah Kejo—“ Kejora yang baru masuk ke dalam rumah menghentikan celotehnya ketika mendengar suara televisi dari ruang keluarga.Terkejut saat mendapati Kalila menatap kosong ke arah televisi tanpa bergerak sedikitpun.Kejora menelan saliva, matanya membulat menatap tanpa jeda menelisik ke arah sang Kakak yang teronggok di sofa yang sama ketika beberapa jam lalu ia meninggalkannya.Kejora melirik jam di pergelangan tangannya, terhitung sudah lima jam berlalu dari saat dirinya meninggalkan sang Kakak dan sekarang hari sudah berganti tapi Kakak tersayangnya itu masih berada di depan televisi.Kecurigaan Kejora bertambah saat sang Kakak tidak berkedip selama beberapa menit lamanya, dadanya ju
“Bye ... Kak Lila.” Kejora melambai dari dalam mobil Arjuna. Kalila membalas lambaian tangan Kalila, tersenyum manis kepada sang adik tapi sorot matanya mengancam Arjuna.Meski Kalila mempercayai Arjuna tapi tetap saja Kalila harus menjadi Kakaknya Kejora yang disegani oleh Arjuna agar pria itu berpikir dua kali untuk menyakiti Kejora.Sang adik tampak dekat dengan Arjuna akhir-akhir ini, mungkin pria itu menepati janjinya yang mengatakan akan menjaga Kejora dan berkomitmen dengan perkataannya yang menyayangi Kejora.Siapa yang tidak menyayangi Kejora? Pria mana yang tidak mencintainya?Bahkan anak Sultan dan anak Presiden di Negaranya pun tergila-gila kepada Kejora.Tidak seperti Kakila, sekalinya dicintai pria sekelas King langsung ditinggalkan begitu saja.Kalila membuang napas untuk mengeluarkan energi negatif karena mengingat King yang pagi ini sudah membuat moodnya buruk.Melangkah menyebrangi teras menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumah dengan Rusty-driver wani
Kalila mengembuskan napas kasar berulang kali karena harus terjebak di kota ini setelah pertemuan dengan klien.Badai besar yang jarang terjadi ini tiba-tiba saja datang sampai melumpuhkan penerbangan hingga dua belas jam ke depan.Bagus, ia tidak bisa pulang ke Berlin malam ini.“Hotel sudah siap, Nona!” Eva memberitau dan mau tidak mau Kalila harus beranjak dari duduknya di ruang tunggu VIP Flughafen Munchen untuk kemudian bermalam di hotel yang sudah Eva pesan.“Kita makan malam dulu!” cetus Kalila yang kemudian mendapat anggukan Eva dan Axel.Hotel yang Eva pesan tidak jauh dari Bandara dan kebetulan hotel itu memiliki restoran yang menjadi tempat favorite para kelas atas di kota Munich untuk menikmati makan malam.Akan tetapi karena badai yang di mulai tadi sore membuat pengunjung restoran itu sedikit dan hanya beberapa tamu hotel yang menikmati makan malam di sana.Dengan sigap Axel membuka longcoat Kalila yang basah karena terkena air hujan saat turun dari mobil tadi lalu ia si
“Baby girl!!” teriakan Marvin menggema di ruang perpustakaan membuat semua orang beserta penjaga perpustakaan menatap tajam ke arah lelaki tampan itu termasuk Kejora yang dipanggil demikian oleh Marvin.“Marviiin ... jangan teriak-teriak nanti kamu diusir dari sini!” Kejora berbisik sambil mencondongkan tubuhnya yang hampir melewati setengah bagian meja agar Marvin yang duduk di sebrang mejanya dapat mendengar.Pria itu tersenyum manis lalu mencubit pipi Kejora gemas.Sang gadis pun mengaduh lalu mengusap pipinya yang memerah akibat ulah Marvin. Kejora melirik arloji yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Marvin, pria itu selalu memakainya kemana-mana.Menyentuhnya sebentar kemudian tersenyum. “Kamu selalu memakainya.” “Tentu ... ini pemberianmu.” Marvin lalu mengecup jam tangan itu.“Iiih ... kamu jorok!” Kejora menarik tangan Marvin, menjauhkannya dari bibir sang lelaki.Marvin tertawa pelan karenanya balas menarik tangan Kejora yang kemudian ia berikan kecupan di bagian
“Kamu yakin mau pulang?” Marvin menoleh, menunggu jawaban gadis cantik yang duduk di sebelahnya dengan wajah memberengut kesal.Kejora menganggukan kepala, tatapannya kosong ke arah depan.Helaan napas berat terembus dari mulut Marvin yang kemudian mengembalikan fokusnya pada kemudi lalu menginjak pedal gas cukup dalam.Jalanan yang luas dan lebar membuat Marvin dapat mengendarai supercarnya dengan kecepatan kencang.Ia bermaksud mengambil perhatian Kejora namun sang gadis tidak bergeming, mungkin mati pun saat ini ia tidak peduli dari pada merasakan sakit yang tak terperi pada hatinya setelah melihat Arjuna bersama wanita lain.Sabuk pengaman yang melintang di dada Kejora menghindarinya dari beberapa guncangan saat Marvin melakukan manuver.Kejora diam saja, tatapannya masih kosong layaknya psikopat ia tidak merasakan takut sewaktu Marvin nyaris menabrak mobil di depannya.Tanpa Kejora yang menunjukan arah jalan pulang, Marvin berhasil membawa kendaraannya sampai ke depan rumah Kejor