"Sayang. Kamu kenapa?" tanya Rossy lembut melihat cara berjalan Ressi yang sedikit pincang.
"Keseleo Ma," jawab Ressi tersenyum manis sambil mengambil peralatan makan dan menatanya di atas meja."Yakin?" tanya Rossy lagi.Ressi mengangguk pelan tetap mempertahankan senyum manisnya. "Kita nunggu Papa pulang?""Iya Remond!" Rossy gemas karena tidak mendapat jawaban yang dia inginkan."Kok Remond sih Ma," rajuk Ressi menggoyangkan lengan mertuanya."Iya udah sana ke mana dulu gitu," usir Rossy menggoda."Mama Ressi laper loh ini. Masakan Mama bikin Ressi ngiler." Ressi masih berusaha merayu mertuanya agar mengizinkannya makan."Ya sudah kamu makan dulu. Lagian kalau nungguin papa, bisa mati kelaparan kita." Rossy duduk mulai mengisi piringnya dengan makanan."Mama kok nakal sih, nggak mau nungguin papa pulang buat makan!" omel Ressi namun dia juga duduk dan mulai makan dengan semangat masakan Rossy memangMemandang kamar Valeri yang cukup luas. Ressi mulai melepaskan wallpaper yang sebenarnya masih bagus, tapi dia ingin membuat suasana kamar gadis itu menjadi glow in the dark dengan banyak benda-benda yang bisa menyala di dalam gelap.Tidak pernah Ressi meminta bantuan saat merenovasi kamar Valeri. Semuanya dia lakukan sendiri mungkin butuh waktu yang sedikit lama.Dia memiliki keahlian dalam bidang renovasi hanya saja tidak terlalu dikeringkan sebab dia kadung jatuh cinta dengan bayi manis dalam pelukannya. Jadi dia mendedikasikan seluruh waktu dan tenaganya untuk merawat bayi tersebut yang kini tumbuh dengan cantik dan sehat.Tiap sudut kamar Valeri ditetesi oleh peluh dan airmata Ressi seperti biasa. Saat merenovasi kamar Valeri lah Ressi bisa menumpahkan seluruh perasaannya. Tidak membutuhkan cat, Ressi selalu membeli wallpaper dengan gambar yang menurutnya menarik. Satu hal yang sangat Ressi sukai darinya dan Valeri, selera mereka akan sesuat
Ressi tetap berdiam di kamar Valeri hingga pekerjaannya tinggal finishing saja.Setelah membersihkan sisa-sisa bahan yang dia pakai Ressi mematikan lampu. Semua ornamen yang dia pasang langsung menyala dengan begitu indah, sekaligus menyalakan perasaan melow dalam dirinya yang sering sekali tenggelam dalam kegelapan tanpa cahaya sedikitpun. Dia tidak ingin Valeri mengalami hal itu, jadi dia memasang semua ornamen dalam kamar putrinya yang tetap bisa menerangi meskipun dalam gelap.Jika cahaya terang. Mungkin ornamen-ornamen itu hanya terlihat memperindah ruangan tanpa kegelapan tidak akan ada yang tahu keindahan sesungguhnya dari beda-benda kecil tersebut.Setelah puas dengan hasil pekerjaannya Ressi keluar dari dalam kamar Valeri menuju kamarnya sendiri untuk membersihkan diri sambil berharap tidak akan ada kejutan Arcala yang telanjang di dalam kamar mandi. Itu sangat mengerikan sekaligus mendebarkan jiwa jalang Ressi yang tidak pernah merasakan sentuhan
Tidak bisa memeluk orangnya, apa tidak boleh dia memeluk pakaiannya meski dia akan nampak sangat menyedihkan.Tak apa dari awal dia memang menyedihkan karena berharap bisa masuk ke dalam hati pria yang di dalamnya sudah terisi oleh wanita lain. Memilih kemeja biru dongker Ressi mengenakannya perlahan takut merusak pakaian tersebut. Gesekan kain pada puncak payudaranya membuat Ressi mengerang perlahan membayangkan jika suaminya yang melakukan hal tersebut.Tersengal oleh hasrat yang tidak mampu dia bendung Ressi juga tersengal oleh isakannya sendiri."Tidakkah kamu melihat betapa aku menggilaimu Raga? Tidakkah kamu merasakan betapa cemburunya aku ketika wanita hina itu bisa memiliki hati dan tubuhmu sedangkan aku ... aku ... aku hanya memiliki pengakuan. Itupun bukan pengakuanmu melainkan pengakuan hukum dan agama," tangis Ressi, tersimpuh di lantai walk in closet dengan memeluk dirinya sendiri.Sedangkan di tempat lain Arcala tengah berc
Tidur masih dengan mengenakan pakaian suaminya Ressi terlelap bersama buaian yang dia angankan selama ini.Arcala yang memeluk dirinya menemaninya dalam malam-malam yang dingin dan sunyi sampai dia benar-benar terlelap.Di apartemen milik kekasihnya, Arcala tengah memapah Sissylia yang memaksa untuk rawat jalan saja di rumah. Dia tidak tahan dengan bau rumah sakit.Setelah menempelkan kartu akses pada alat pemindai keduanya masuk ke dalam. Unit Sissylia cukup berantakan meski tidak terlalu parah, hal seperti itu sangat bukan dirinya sekali. Maka dari itu Arcala sempat mengernyit heran meski tetap bungkam dan mengantar Sissylia ke dalam kamarnya agar bisa istirahat.Dia juga butuh istirahat setelah lelah berdebat perkara kekasihnya yang tidak ingin menginap di rumah sakit."Istirahatlah. Aku akan tidur di luar," ucap Arcala tegas setelah membantu kekasihnya berbaring di ranjang.Sissylia tidak mampu berkata-kata karena jika dia melakukannya mereka akan bertengka
Keesokan harinya Arcala bangun terlebih dahulu mandi di kamar mandi luar. Setelah selesai dia bersiap pulang namun dia sempatkan untuk menengok Sissy sejenak di dalam kamarnya.Ketika membuka pintu dilihatnya Sissylia masih terbaring memunggungi pintu nampak jika dia belum bangun. Tidak ingin mengganggu tidur kekasihnya Arcala memilih menutup pintu kembali dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar.Tepat saat pria itu menutup pintu Sissylia berbaring menatap langit-langit dengan pandangan nyalang. Bahkan saat hendak pergi pria itu tidak berpamitan padanya, sehebat itukah kesalahannya sampai Arcala tidak mau menatapnya lebih dahulu.Kali ini dalam diamnya air mata Sissylia mengalir membasahi kedua netranya kembali.Dalam perjalanan pulang yang sangat mulus. Arcala sampai di rumah hanya saja tidak nampak mobil orang tuanya di sana membuatnya bertanya-tanya apakah mereka sudah pulang?Masuk ke dalam rumah tanpa rasa bersalah. Dia
Berjalan perlahan namun bukan mengendap Arcala mendekati Ressi yang tengah mengaduk masakan di dalam panci.Meraih rambut Ressi. Arcala terkejut melihat Ressi yang berbalik dengan mengacungkan pisau dapur padanya. "Astaga Raga! Kenapa kamu diam-diam datang ke mari?" tanya Ressi terkejut lalu mengusap dadanya dengan pisau masih menempel di tangan."Ya ampun Re. Tidak bisakah kamu meletakkan pisau itu lebih dulu? Benda itu berbahaya kau tahu!" Sigap Arcala merebut pisau dalam genggaman Ressi.Ressi merengut sambil merebut kembali pisau di tangan Arcala lalu berbalik dan memotong-motong mentimun dengan sangat bar-bar hingga membuat pria itu meringis ngilu."Tumben pulang?" tanya Ressi tanpa minat."Ingin mengajak Valeri pergi." Arcala meneruskan niatnya mengikat rambut Ressi."Apa yang kamu lakukan?" lirih Ressi hampir mendesah saat kulit tangan Arcala bersentuhan dengan kulit lehernya."Mengikat rambutmu. Kenapa tidak meng
"Tante masak apa?" tanya Xenna bocah kecil itu pemakan segalanya dan di saat makan seperti ini dia harus memiliki banyak pilihan menu."Tante baru masak cumi asam manis sama scalop Xen, ini mau nambah tumis brokoli sama daging kesukaan Valeri. Xenna mau dimasakkan apa?" Ressi bergerak menuju kulkas untuk mengambil bahan yang dibutuhkan."Tidak Tante, itu saja sudah cukup." Xenna tersenyum menampakkan giginya yang baru tumbuh setelah gigi susunya lepas."Mommy?" panggil Valeri saat Ressi mulai memotong-motong brokoli."Yes Baby!" jawab Ressi."Tidak usah numis brokoli. Aku makan apa yang ada saja," ucap Valeri memaksakan senyum tipis.Pergerakan Ressi yang memotong brokoli terhenti dia merasa jika putrinya tengah menolak keberadaannya. Hatinya pilu bahkan untuk bergerak saja dia tidak mampu perasaan yang dia bangun dan perbaiki susah payah langsung runtuh dalam sekejap."Baby," panggil Arcala saat Valeri mengabaikan kehad
Selesai makan dan mengantar Avixenna pulang, Valeri kembali masuk ke dalam rumah.Dalam setiap perjalanan masuk dan naik ke atas berulang kali Valeri menghela nafas.Keadaan ini nampak sangat rumit dan tidak mudah untuk diuraikan oleh gadis kecil sepertinya. Bahkan dia tidak tahu jika mommy-nya tengah salah paham mencerna perkataannya.Terlalu banyak berpikir tanpa sadar dia sudah sampai di depan kamarnya, membuka kamar perlahan Valeri tidak langsing melihat sekitar namun dia berjalan menunduk meletakkan tasnya di lantai dan menuju ranjang untuk mendudukkan dirinya yang merasa sangat lelah. Memejamkan mata dan kembali menghela nafas barulah Valeri mendongak dan terkejut mendapati kamarnya yang berubah.Bangkit berdiri Valeri segera menutup tirai kamarnya sampai menjadi remang dan mematikan lampu. Saat itulah tangisan haru Valeri tidak dapat dibendung lagi meski gelap kamarnya begitu indah dengan benda-benda kecil yang menyala tersebar di penjuru r