Share

AKTING TIDAK AKTING

“Udah, dong, Dek. Jangan nangis mulu! Malu sama umur,” ledek Dian setelah memasangkan plester luka untuk mengunci perban yang membalut betis Afi.

Setelah terperosok di antara papan yang patah, kaki kanan Afi mendapatkan banyak luka dan memar. Mulai dari mata kaki, betis depan dan belakang, lutut dan pertengahan paha. Luka yang paling parah terdapat di betis depan. Luka itu cukup banyak mengeluarkan darah. Bahkan ada serpihan kayu yang sempat menancap.

Dengan semua luka yang didapat tentu saja membuat Afi tersiksa. Dia menangis sepanjang Dian mengobati lukanya. Bahkan ingusnya sampai meler, tidak terkira banyaknya.

“Sakit, Bang.” Afi membela diri. Dia tidak akan menangis separah ini kalau lukanya tidak seberapa.

“Iya. Abang tau. Tapi, nangismu itu, loh. Kayak anak kecil. Jaga image dikitlah. Udah tua juga.”

“Sakit kayak gini mana bisa peduliin image dan usia, Bang. Ini kakiku udah kayak mau copot aja rasanya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status