Share

Bab 5. Terpilih

"Apa! Maksudmu, aku? Aku mendapat panggilan kerja?"

"Iya, kau berhasil Laras! Kali ini kau yang terpilih."

Kedua sahabat itu berlompatan kegirangan.

"Ayah ... Ayah ... Lihat kertas pemberitahuan ini. Aku masuk mendapatkan panggilan kerja."

"Benarkah?"

"Iya, Ayah nggak bakal percaya kan? Lihat lah, cuma aku yang mendapatkannya."

Lelaki berkacamata itu, melihat kertas pemberitahuan itu. Benar adanya nama anaknya Laras Kencana mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah perusahaan

Ayahnya segera memeluk anak semata wayangnya.

"Bersyukurlah, Nak. Kepada Tuhan. Karena sudah mengabulkan semua doa-doamu, Nak. Capailah cita-citamu."

"Oh, Ayah. Aku menyayangi mu, yah."

Ada hujan air mata siang ini. Juga dari Meta sahabatnya.

***

Hari ini, apa yang dijanjikan Ibunya, untuk mendatangnya dua calon isteri untuk Alden terpenuhi.

Dua wanita anggun sudah duduk di ruang tamu yang luas. Satu berbaju biru muda, berbahan satin. Model sabrina, nampak kulit mulusnya bersinar. Layak sebagi istri Tuan muda Alden. Untuk tinggi badannya pun bisa mengimbangi Alden yang tinggi hampir 171 cm. Wajah oval manis, terlihat sebagai wanita yang berpendidikan tinggi.

Yang satunya, bergaun hitam, dan memakai anting besar, berlengan panjang, sopan. Tak banyak memperlihatkan lekuk tubuhnya, ada sebuah kacamata bertengger di hidungnya, sangat pas dan terlihat cantik mempesona.

Joshua, berdehem, melihat dua calon pilihan dari Nyonya Imelda.

"Nyonya, untuk aku satupun mau, sisa pilihan dari Tuan Alden, ya," bisik Joshua  di telinga Imelda.

"Hush ... Kau ini. Tugas apa yang aku berikan padamu? Sudah kau kerjakan?"

"Maaf, belum Nyonya." Lalu, Joshua  meminta kedua wanita itu untuk di ambil fotonya. Dan akan diperlihatkan pada Alden nantinya.

"Dengar ya, bukan hanya penampilan kalian saja yang menarik, aku ingin tahu kepribadian kalian." Imelda duduk diantara mereka. Kebetulan kedua gadis cantik itu adalah anak dari koleganya.

Jushua pamit meninggalkan mereka, segera naik ke kamar atas, menuju kamar Tuan mudanya.

"Lihat, dua calon istrimu, Tuan." Joshua memperlihatkan hasil foto di ponselnya.

Alden memperhatikan mereka, dan tettawa.

"Aku kenal mereka, ha ha ha, ibu tahu saja wanita yang pintar untukku."

"Apa kau kenal mereka?"

"Jangan salah, mereka berdua punya perusahan besar."

"Oh ya ... Kandidat yang istimewa."

Alden tersenyum, tentu saja bisa ditebak, itu semua adalah anak pebisnis handal.

Mereka berdua mau jadi calon istri, orang yang sama dalam pebisnis juga, siapa juga yang tidak kenal dengan Alden.

"Lalu, Tuan, mau pilih yang mana?"

"Ah, mereka bukan seleraku! Tiap hari aku banyak melihat wanita cantik."

Apa, Tuan Alden akan memilih wanita yang tidak cantik? Aku punya stoknya?"

"Ais ... Kau ini, bukan begitu maksudnya. Aku ingin punya istri yang istimewa."

"Siapa? Apa sudah ada calonnya?"

Alden mengangguk kecil, dan tersenyum.

"Mengapa tak bilang pada Nyonya Imelda?"

Alden hanya diam saja. Tak menanggapi belbagai pertanyaan Joshua.

Alden masih sibuk dengan laptopnya, memantau semua kerjaan kantornya yang saat ini semua dihendel chiko.

Tak lama, ada ketukan pintu kamar, dan muncul wajah Rosa penuh binar.

"Tuan Alden diminta ke ruang tamu bawah, ada yang ingin bertemu." ucap Rosa sopan.

"Ahay ...."  jawab Alden dan segera berjalan keluar dari kamarnya, dan berbalik lagi, lalu berdiri di hadapan Rosa.

"Rosa, aku minta tolong padamu, bilang sama ibu aku sudah punya calon sendiri."

"Benarkah, Tuan? Baguslah, tapi Nyonya memintamu untuk turun sebentar."

"Tidak mau! Aku tak mau temui mereka, aku sedang tak berselera, menemui mereka."

Rosa terdiam, melihat tTuannya benar-benar tak mau menemui dua gadis yang cantik.

"Kau tak mau, biar aku saja yang lihat mereka." Joshua segera turun ke bawah melewati Rosa, sambil memgedipkan sebelah matanya.

"Tunggu, Josh! kau!" Alden segera mengejar Joshua dan lari turun ke bawah. Saat melewati ruang tamu, ternyata Joshua dan Alden cuma lewat saja. Mereka malah tertawa ngakak, dan melajukan mobilnya pergi dari rumah. 

Rosa cuma menggelengkan kepalanya. Rosa paham atas kelakuan Tuan mudanya dan asistennya tersebut.

"Maaf, Nyonya, atas kelakuan Tuan Alden." 

"Huh, Alden ... "Imelda melirik pada dua wanita di dekatnya. Nampak mereka melongo saja atas kekonyolan Alden.

Dalam mobil yang melaju, Alden masih terdiam, wajahnya serius memandang ke depan. 

"Joshua, apa yang kau pikirkan tentang ibuku? Apa kau tak menaruh curiga?"

"Maksud Tuan?"

"Mengapa aku tak boleh menengok kakek di kamarnya?

"Sepertinya, sejak Tuan  besar anfal, ruangan sudah Nyonya steril Tuan. Dan ada empat perawat yang menjaganya."

"Oh, ya? Untuk apa?" 

"Entahlah , Tuan." Jushua melirik Tuan mudanya dari spion depan. Banyak yang belum Tuan ketahui. Tapi ini belum saatnya.Batin Joshua. Cukup ketahui saja Tuan, banyak mata-mata mengintai keselamtaan Anda.

***

Kembali pada dua wanita yang duduk di ruang tamu, bersama Nyonya Imelda.

"Kami sangat kecewa, sungguh bukan prilaku lelaki dewasa, pantas saja Alden belum juga menemukan jodohnya." jawab salah satu dari mereka sambil menggelengkan kepalanya.

"Ayo, kita pergi dari sini, aku bukan pengemis jodoh semacam Alden, kami butuh pria dewasa yang menghormati wanita, maaf, Nyonya." Kedua wanita itu pergi tanpa bersalaman dengan Imelda. Ada rasa tersindir dan malu pada diri Imelda, tapi dirinya hanya diam saja, memaklumi perilaku Alden yang terkadang tak terkontrol.

"Ah, aku tunggu kedatangan wanita selanjutnya, Rosa ... Rosa!" panggil Imelda pada asistennya.

Dengan tergopoh, Rosa mendekati Imelda yang duduk sendirian di ruang tamu. Kejadian perginya dua wanita itu membuat lega Rosa, namun kini hatinya kembali resah karena ternyata nyonyanya tersebut, sedang menunggu kedatangan seoarng kandidat lagi.

"Oh Nyonya, nampaknya Tuan Alden sudah tak bersemangat lagi, bila yang Nyonya kenalkan adalah anak dari kolega kerjanya. Itu sepertinya bukan keinginan Tuan Alden, Nyonya."

"Sudahlah, diam saja kamu, Rosa. Aku tak mau Alden memilih wanita yang tak punya pundi uang. Kau paham maksudku bukan, jadi jangan ingatkan aku lagi, paham!"

Imelda segera bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya.

Rosa hanya bisa diam, tak banyak bicara, langsung kembali ke dapur utamanya.

***

"Joshua kita kembali pulang, aku , A-ku."

"Ada apa , Tuan?" 

""Kita pulang."

Joshua tanpa banyak kata lagi, langsung putar kembali mobilnya dan melaju balik ke rumah, yang tadinya hendak berangkat ke kantor.

"Apa perut anda mulas kembali , Tuan?" selidik Joshua.

"Tidak, aku ada terlupa sesuatu dalam kamarku. Bukankah tadi kita tak sempat menguncinya."

UPS, betul, Joshua baru teringat, segera Joshua menginjak gas dan secepatnya sampai di rumah.

Setelah sampai di rumah tanpa permisi, Alden langsung naik ke atas dan berlari menuju kamarnya. Joshua berjalan pelan di belakangnya. Tak disadarinya, ada wanita cantik duduk sendirian di ruang tamu, bukan wanita yang tadi. Ini beda lagi.

"Apa kabar?" sapa Joshua sopan.

Wanita itu hanya mengangguk sopan. Tak lama Aldenpun turun kembali, "Josh ... rupanya kamar kita sudah ada yang mengunci ..." kata-kata Alden berhenti tatkala melihat ada seseorang di sana.

"Kintan?  Ada apa? Mengapa kau ada di sini? "tanya Alden bingung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status