“Bukan, itu mobil kamu. Paman berikan untuk kamu. Katanya itu mobil kesukaan kamu, jadi Paman belikan untuk kamu supaya kamu kalau ke kampus tidak naik ojek lagi.”‘Hah, ternyata Paman Daniel yang kasih mobil itu. Malas banget, ingin aku tolak tapi aku juga butuh. Tapi tidak apa-apa deh, dia ‘kan sudah ambil semua harta Papa. Jadi itu termasuk harta papaku juga. Enak saja kalau tidak di terima.’ Gumamnya lagi bersemangat.“Wah, ternyata itu dari Paman untuk aku? Aku kira punya papa. Tapi dari mana pula Papa bisa beli. Harta saja habis di ambil orang.” Sindir Elissa dengan melirikkan mata dan mengangkat satu alisnya. Papa Daniel tertegun diam sejenak, lalu bicara lagi seolah tidak tahu apa-apa.“Iya, itu untuk kamu. Tolong kamu terima ya, kamu suka bukan? Hem, kamu yang sabar saja ya. Semua pasti akan indah pada waktunya.”“Iya, Paman. Aku suka, terima kasih banyak ya! Aku janji, suatu saat kalau aku sudah sukses aku pasti akan ganti semua jasa Paman selama ini.”“Tidak perlu kamu piki
Tok! Tok! Tok!“Elissa, apa maksud kamu lempar sendal di kepala papa? Lihat itu kepala papa luka. Kamu harus tanggung jawab. Siapa yang suruh kamu lempar, dan lari dari tanggung jawab seperti ini. Elissa! Buka pintu.” Mama saat itu langsung marah-marah dan mengetuk pintu. Namun belum di bukakan pintu oleh Elissa. Yang tadinya mengetuk akan tetapi tidak juga di bukakan, lalu mama menggebrak pintu dengan kuat.Brak! Brak! Brak!“Elissa, buka!” Suara Mama semakin melengking kuat. Lalu mama menggebrak pintu lagi. Kebetulan Elissa membuka pintu dengan raut wajah memelas. Tanpa sengaja tangan mama malah menggebrak muka Elissa.Cekrek! Pintu terbuka, Brak! Wajah Elissa terkena hantaman keras.“Auuuu, sakit!”“Duh, maaf. Haha! Makanya di buka pintunya.” Mama mengusap keras wajah Elissa karena kasihan sudah sakit, tetapi mengusap dengan keras karena geram.“Impas sudah ‘kan? Sekarang aku harus tanggung jawab apa lagi.”“Loh, impas apa? Ini ‘kan masalah dengan Mama. Sana pergi minta maaf dengan
“Mau menyusul pangeran tadi, Ma. Ya kuliah lah, sudah ah. Nanti aku telat!” Elissa meneruskan jalannya. Mama geram dan melempar botol kosong kepada Elissa dengan tawanya.“Haha, dasar anak tidak tahu diri.” Mama menggelengkan kepalanya.Pletak! Botol itu mengenai kepalanya. Elissa pun mengelus kepalanya dan mengambil botol yang terjatuh, lalu hendak melemparkan pada Mama. Mama malah mengacungkan pisau kue yang dia pegang. Elissa membatalkan niatnya untuk melemparkan balik ke mama dengan senyum, lalu melemparkan botol itu ke tong sampah.“Hehe, maaf, Ma.”Elissa masuk ke dalam mobil, dia begitu menikmati hari itu karena untuk pertama kalinya setelah bangkrut dan membawa mobil baru.“Hem, hari ini aku bakalan pamer sama Audrey dan Leon. Haha, awas saja kalian. Kalian pikir aku tidak bisa miliki mobil mewah ini. Haha.”Elissa mulai berpikir nakal dan ingin balas kesombongan Audrey. Dengan penuh rasa semangat, hari itu dia pergi dengan mobil kesayangannya ke kampus. Lalu Elissa mengambil
“Selamat siang semua. Perkenalkan, aku dosen baru kalian di sini, namaku Andre. Semoga kalian semua bisa di ajak kerja sama ya?”“Suit, suiiitt!” Siulan dari salah satu mahasiswa ketika kedatangan seorang dosen tampan yang baru akan mengajar di ruangan mereka. Namun saat itu Elissa tidak terlalu begitu peduli dengan siapa dosen yang baru datang. Elissa masih asyik menggambar wajah seorang pria di bukunya.“Pak, jangankan kerja sama. Kerja untuk Bapak aku juga siap! Tapi dengan satu syarat, menikah dulu. Hehe.”“Huuuuu!”Sorak Sorai mengejek ucapan salah satu mahasiswa yang menggoda dosen itu.“Sttttt, sudah sudah.”Bapak Andre, dosen baru yang masih muda dan tampan adalah tak lain pria yang bertemu dengan Elissa di toko kue milik mamanya tadi pagi. Namun saat itu Elissa belum menyadari kalau dia bertemu dengan pangeran yang dia sebut di depan mamanya tadi. Akan tetapi, Andre lebih dulu menyadari adanya Elissa di ruangan itu yang masih fokus dengan setiap garis buku di depannya itu.“L
“Astaga, segitu bencinya aku dengan dia sampai-sampai aku tidak memikirkan perasaan dia. Duh, mampus aku. Kalau sampai Arga batalkan perjodohan ini. Aku tidak bisa ambil hak papaku. Semoga saja Arga tidak berubah pikiran.” Elissa tampak menyesali ucapan yang tambah menyakiti hati Arga itu.***“Tuh, ‘kan benar. Baru saja pulang dari kampus. Papanya Arga sudah ada di rumah. Pasti Arga sudah katakan semua kepada papanya tentang di kampus tadi. Duh, masuk tidak ya?”Sepulang Elissa dari kampus, dan baru turun dari mobil, pandangan tertuju pada papa Arga yang tengah berbincang pada Mama Belinda dan papa Rajendra di ruang tamu. Tampaknya mereka tengah serius membicarakan sesuatu. Elissa saat itu bingung dan maju mundur saat hendak melangkah masuk. Akhirnya dia bersandar di mobil menunggu sampai papanya Arga pulang.“Lebih baik aku di sini saja. Daripada kena marah nanti di dalam.”Tidak lama kemudian, papa Daniel keluar. Dia hanya melemparkan senyuman, tanpa banyak bicara pada Elissa lalu
‘Sepertinya dia tetap keras kepala, mungkin aku lebih baik mengalah saja. Dengan begitu aku akan lebih mudah mencari bukti itu di rumah ini. Iya, iya, bodohnya aku. Niat dan tujuan aku ‘kan itu.’ Gumam Elissa.“Oke, baiklah. Aku setuju dengan Arga. Kita tinggal di sini saja.”“Tadi tidak setuju, sesingkat itu kamu langsung setuju. Dasar aneh!”“Loh, bukannya itu yang kamu inginkan? Aku sudah mengalah untuk kamu loh, Arga.”“Oke, oke!” Arga melipat kedua tangannya dan memutar bola matanya searah jarum jam 90 derajat.“Sudah, sudah, kalian ini tidak malu apa di dengar bertengkar terus. Sudah sana, ganti pakaian kalian. Papa ingin berikan sesuatu untuk kalian berdua. Buruan!”“Hah, apa nih. Jadi penasaran! Ganti baju dulu ah.” Ucap Elissa, lalu dia ingin masuk ke dalam kamar. Yang entah kamar siapa saat itu yang dia masuki tanpa bertanya. Padahal pakaian pun belum di bawa satu pun.“Aaaaa. Mbak Elissa,” pekik Toni.“Eh, maaf, Bang, eh mas. Aku salah kamar!” Elissa keluar lagi setelah sal
“Ayo lah, Arga. Masa baju aku mau taruh di luar. Tega banget sih kamu?”“Sstttt, berisik banget sih kamu. Aku mau tidur.” Ucapnya lalu menarik guling dan selimutnya. Elissa pun akhirnya memutuskan untuk keluar sebentar. Setelah keluar beberapa menit, dia kembali lagi masuk dengan menarik lemari kecil untuknya. Di bantu dengan Bibi Lusy yang ikut mendorong lemari yang terlihat kecil, namun sangat berat jika di angkat sendiri.Drrrrrzzzz! Drrrrrzzzz!Gesekan demi gesekan lemari terdengar jelas dan sangat mengganggu. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik. Arga yang baru saja nyenyak dalam tidurnya, terbangun karena suara benda tersebut. Amukan macan sepertinya akan terjadi saat itu juga.“Be-ri-sik woiiii!” Pekik Arga. Bibi Lusy menggigit pelan lidah separuhnya karena takut dengan amukan Tuan muda yang baru bangun dari tidur. Belum selesai membantu menata lemari Elissa, Bibi Lusy langsung kabur.“Kaburrr!” Jeritnya dan berlari menuju keluar. Sepertinya Bibi Lusy sudah paham deng
“Sudah siap?”“Siap, tinggal berangkat!” Balas Arga. Dengan menenteng tas besar.“Astaga, ini barang bawaan kamu?” Tanya Elissa ketika melihat Arga yang kini bergelar suaminya itu tengah membawa tas besar. Padahal hanya beberapa hari saja.“Ya, memangnya kenapa? Ada masalah?”“Banyak amat, mau pindahan atau liburan kamu. Haha!”“Ya, siapa tahu betah. Jadi bisa langsung liburan lama.”“Ah, sudahlah. Ayo kita berangkat, nanti ketinggalan pesawat.”Mereka bergegas menuju bandara saat itu juga. Sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan, mereka melakukan penerbangan saat itu juga.Beberapa jam kemudian, mereka sampai di Bali. Meski sudah beberapa kali ke Bali, namun kali ini lebih berbeda.“Hem, sudah beberapa kali ini ke Bali. Tapi kali ini sangat berbeda.” Ucap Arga lalu meluruskan pinggang. Setelah itu, Arga membawa tas miliknya sendiri.“Heh, maksud kamu apa? Beda bagaimana? Lah ini, kenapa tas aku tidak di bawa juga?”“Beda dong, karena aku pergi dengan seorang istri. Ogah amat aku