Keyla membuka pintu kamarnya, kemudian membanting dengan keras dan itu sangat mengejutkan Andriek yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Ke..key..." Andriek berkata sangat gugup.
"Ini semua gara-gara elo ndriek!! Kalau saja mama sama papa gue gak kenal papa loe gak mungkin gue nikah sama loe!" Hardiknya kemudian.
"Maafin aku Key? Tapi..."
"Tapi apa? Hah .... sueee gue nyesel harus ngeliat loe!" Geramnya.
Keyla hanya bisa mengepal tangannya penuh keegoisan.
"Maafin aku, Key tapi jodoh itu dari Tuhan, Tuhanlah yang berhak mengaturnya, dan kamulah tulang rusukku itu."
"Apa loe bilang tulang rusuk? Hari gini masih aja sok romantis. Loe tu harusnya ngaca udahlah buta gak tau diri lagi!"
Keyla tersenyum sinis."Sok..sok an!" Sambungnya lagi.
Mendengar hal itu Andriek hanya bisa terdiam dan bersabar karena dia sudah paham kalau Keyla itu sungguh kasar.
Keyla mendekat...
"Minggir!" Hardiknya kasar. "Eh, inget ya jangan pernah tidur di ranjang gue!"
Mendengar larangan itu Andriek langsung meraih tongkatnya dan berdiri.
"Terus aku harus tidur di mana Key?"
"Yaa terserah elo lah yang terpentingkan jangan di ranjang gue! Awas... awass... gue capek gue mau tidur!"
Keyla mendorongnya kesamping membuat tubuh Andriek jatuh ke lantai. "Syukuriin!" Keyla tersenyum sambil merebahkan badannya ke Spring Bed empuknya.
Andriek mengelus dadanya pelan, dia tahu dunia ini belum cukup adil untuk bisa membuatnya melihat seseorang menghargai perasaan orang lain, dengan tenaga yang lemah Andriek mencoba memapah tubuhnya berdiri.
Dia yakin di luar sana masih banyak orang yang lebih sakit daripada dia hari ini. Andriek sudah berdiri dia berjalan sambil menggerakan tongkatnya, meraba-raba lantai.
Perasaannya bingung...
Tapi dia bukanlah pengecut yang begitu saja menyerah," Bagaimana mungkin aku bisa baik-baik saja di kamar ini,sedangkan aku saja tak mengetahui? Dalam hatinya membatin .
Tapi Keyla sama sekali tak perduli. Akhirnya Andriek hanya bisa duduk bersandar di dinding, dia cukup lelah sekali. Jam menunjukan pukul 22.00 wib. Matanya terasa begitu mengantuk dan berat diapun tertidur.
"Sial belum aja satu jam udah gampang banget tidur!" Keyla memperhatikannya sambil mengumpat. Namun tiba-tiba ponselnya berdering.
Riko memanggil.
"Halo, Beb..."
"Haloo, lo kemana aja sih, Beb, kok baru angkat telpon? Gue khawatir tau gak sih lo."
"Iya...iya sorry."
"Tapi lo gak lagi MP, kan?"
"Yea gak mungkinlah, Beb, lagian gak selevellah gue sama si dia! Ngaco... ah."
Di sebrang sana si Riko tertawa geli.
"Iya, gue percaya."
"Makasihh gue gak duain cinta lo, Beb."
"Okee deh, Beb, udah dulu yaa telponnya gue mau lanjut nge-game nih. Good night sweety. Dont forget mimpiin gue ya,"
"Okeeeh asyiiiaaappp bebeb, muuuaach..."
Tut.... tut.... tut
Telponpun terputus. Keyla langsung menyimpan handphonenya dan akan tidur.
Pukul 06.00 wib
Matahari mulai bersinar di ufuk timur sinarnya begitu menghangatkan. Duniapun seolah memberikan senyumnya menyapa dengan keindahan yang tak terlukis. Apakah hidup akan selamanya abadi? Sama sekali tidak.
"Bangun!"
Byuuuurrr...
Air menusuk di pori-pori wajah tampan Andriek.Keyla menyiramnya.
"Bangun udah siang! Mandi sonoh, habis itu keluar mama dan papa udah nungguin loe sarapan!" ucapnya lagi.
"Oohh..." Ungkapnya pelan,sambil mengelap air yang membasahi wajahnya.
"Tentu saja." Keyla pergi meninggalkannya.
Dengan insting yang dia punya,andriek bergeser dari duduknya mencari tas pakaiannya. Ya dia bisa merasakan walaupun matanya tak melihat.
Di Meja Makan
"Key Andriek udah kamu panggil?" Mama memandangnya yang tiba-tiba mengambil posisi untuk duduk.
"Udah, Ma, bentar lagi juga keluar!"
"Ya, udah kalau begitu."
"Key, hari ini papah sama mamah akan bantuin kalian pindah ke apertemen kalian yang baru," Papa menatapnya.
"Makasih, Pah," Sesaat kemudian wajahnya berubah.
"Apa kamu baik-baik saja sayang?"
"Tentu, Pah, Key, baik-baik aja!" Dia tersenyum kecil. Hari itu pun berlalu.
Cinta itu suatu keinginan Keinginan memiliki Keinginan untuk hidup bersama Dalam satu arah dan tujuan Ketika kaki kiri telah lelah melangkah Setidaknya masih ada kaki kanan untuk berjalan Terkadang hidup itu seperti menggenggam embun yang basahnya terasa namun bentuknya tak terwujud. "Andriek kamu gak perlu bantuin, cukup papah aja." Mama Nia berkata, ketika di lihatnya Andriek membawa sebuah kotak besar. Dia terlihat sangat mengkhawatir kan menantu nya, karena dia pikir, bahwa mata Andriek buta. "Gak apa-apa kok mah." "Kamu yakin?" Andriek hanya mengangguk dan tersenyum. "Sok!" Keyla langsung nyeletuk. "Key." Mama pun memperhatikannya. "Sopan banget kamu nyambung kayak gitu!" "Kenapa sih mamah selalu aja ngebelain dia, dia itu cuma menantu mam." "Terus..
Di Kamar Apartemen "Andrieeek yang sok-sok an baik, Pliss yaa..jangan tinggal sekamar dengan gue tuh barang-barang loe!" Keyla melempar barang-barangnya.Andriek cuma menghela nafas kecil.Dan kemudian meraba-raba setiap barangnya, keyla cuma menertawainya. "Kasian banget sial ya nikah sama gue." Gerutunya. "Makasih udah perlakuin aku kayak gini." "What, elo bermaksud ngancem gue? Nyadar diri dong loe tu siapa? Artis terkenal? Atau direktur? Dia tersenyum."lucu ! Lanjutnya lagi. "Gak juga tapi roda itu selalu berputar, gak mungkin ban itu, jalannya datar-datar aja. Mungkin hari ini kamu bisa merendahkan orang lain tapi besok, kamu gak akan tau nasib orang itu." "Elo ngecoba nasehatin gue?" "Gak juga tapi bersikaplah sopan!" "Udah udah, ah mual gue ngedengernya. Cepetan beresin semua barang lo!" Andriek tak lagi menjawab, dia langsung merapikan barangnya dan berjalan turun. "Hati-hati
Dirumah kediaman kedua orangtua Keyla. Mama berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali menggerakan tangannya gelisah. "Mah ada apa?" Papa menatapnya dengan raut yang penuh tanda tanya. "Gak ada apa-apa, Pah.""Selagi kejujuran itu baik kenapa harus berbohong?" Mama langsung terpaku dan ikut menatap kearah pria berumur 30 tahunan itu. "Pah, mamah masih mikirin mereka berdua.""Mereka udah sama-sama berumur 20 tahun dan setidaknya mereka bisa bertindak lebih dewasakan." "Tapii, Pah, Mamah masih gak percaya sama keyla dan itu pastinya sangat berat buat Andriek. Keyla itu benar-benar gak perduli sama dia." Suara mama agak meninggi. "Papah, yakin sama Andriek!" "Iya, cuma.""Apa?" "Gak apa-apa, Pah ini hanya kekhawatiran sedikit." "Apakah mamah akan mengunjungi mereka lagi?""Gak, Pah." "Ya udah kalau gitu gak usah terlalu di pikirin." Mama
Tiba-tiba lelaki itu menghantamkan tinjuan ke wajah Andriek, sehingga membuat Andriek jatuh tersungkur.Hidung mancungnya mengeluarkan darah, Andriek mengaduh kesakitan.Mereka tak perduli semakin brutal.Kali ini memaksa serta membentak. "Man duit lo! Cepet dih lama banget sih." Andriek tampak gemetaran dan segera merogoh kantong celananya.Dia bermaksud memberikan semua uangnya.Lelaki yang berpenampilan preman itu tertawa. "Bagus." Sambil mengelus rambut Andriek. "Ini."Andriek memberikan beberapa lembar uang kepadanya.Lelaki itu menerimanya, akan tetapi itu belum cukup membuatnya senang.Lelaki itu menendangnya hingga Andriek terkulai lemah tak berdaya. Matanya berkunang-kunang. Dia teringat. Sayang kamu kenapa? Kamu terluka ayoo kemari ibu akan mengobatimu. Tapi.... Kata-kata itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ketika ibunya masih hidup. Dunia seakan membuatnya terus menderita, semangat juangnya pun hampir
"Jelas itu cowok buta dan ternyata si cewek kayaknya tulus aja deh nerima apa adanya, yakan?" "Iyaa tuh... keliatan mesra lagi." Ratna terkikik di buatnya. "Iih.... Kalian bertiga ngomongin apa sih? Lagian... Ogah gue emang yang lebih sempurna gak ada apa! Gak level, jijik!" Keyla baru menjawab, ketiga sobatnya hanya tertawa mereka udah tau banget Keyla itu cewek seperti apa. Keyla melanjutkan langkahnya, ekspresi wajahnya sedikit kesal. Keyla menatap dengan sinis ketika langkahnya hampir dekat dengan Andriek, Keyla pura-pura tak mengenalnya. Tentu saja, hal itu akan sangat merendahkan pamornya sebagai Keyla cewek primadona di kelasnya. Tak mungkin Keyla mengakui Andriek sebagai suaminya. Seorang pria buta yang telah menikahinya beberapa hari yang lalu. Keyla mempercepat langkahnya tak sampai 10 menit Keyla dan sobatnya sudah sampai di cafee victoria, milik Riyan. Karena ternyata kampus Keyla tak begitu jauh dari posisi cafee itu berada. Seperti biasa
Gadis imut ini bernama Riana Fairuz. Lampu belajar berdiri sangat antusias menemani gadis berpipi merah, dia adalah Riana Adik tersayang Andriek...Sudah hampir 1 jam, dia duduk di bangku sambil mencatat buku hariannya. Matanya terlihat sembab. Dia sedang menangis waktu itu, Dia telah kehilangan ibu dan kini kakaknya pergi karena pernikahannya dengan keyla si cewek sombong. "Riana." Panggil Ayahnya tiba-tiba, dia segera menyeka air matanya. "Apakah kamu sudah tidur? Ayah buka ya pintunya?" Susah payah dia menyahut. "I... iiya Yah buka aja, Riana belum tidur kok." Jawabnya parau. Tak lama kemudian Ayahnya masuk, dia pandangi puteri semata wayangnya. "Riana, Kamu kenapa?" Tanyanya pelan. "Kamu kok nangis." Lelaki tegap dengan wajah tirus terus menatapnya. Riana tersenyum kecil, menyembunyikan kesedihan yang sangat ia rasakan. "Ayah... Riana baik-baik aja kok, siapa bilang Riana nangis tuh kan Riana senyum." Dia terus mencoba tersenyum.
"Ndriek. Lo." Ujarnya khawatir karena melihat wajah pucat Andriek yang sama sekali tak bergerak. Dia sentuh kening dan leher Andriek panas mungkin bisa di bilang panas itu mencapai 40°C jika di ukur dengan Termometer. "Ndriek... lo bisa denger guekan?" Dia menggoyang-goyangkan tubuh Andriek. Entah mengapa tiba-tiba perasaan khawatir itu semakin lama semakin besar. Dia sangat takut dan bingung apa yang harus dia lakukan, dia gugup. Di pandanginya lagi wajah tampan Andriek wajah itu pucat, bibir yang sebelumnya merah juga pucat. Sepertinya Andriek merasakan sakit yang begitu sakit. Ada sesal di hati Keyla, kenapa waktu itu dia sangat tak perduli spontan Keyla langsung mendekati tubuh Andriek yang terbaring kaku dan mendekapnya. Dekapan itu terasa menghangatkan tubuh Andriek yang dingin akibat dari suhu badannya yang terlalu panas tinggi. Tiba-tiba lelaki di sampingnya itu bergerak, tanpa Keyla sadari tangan Andriek balas mendekapnya. Mendekap dengan erat tentu saja itu
"Jika itu alasan kamu kesini, sekarang udah gak ada masalahkan? Kamu bisa keluar dari kamarku, silahkan." Keyla langsung menatapnya tak percaya. "Apa-apa ini! Lo ngusir gue? Huh sampai mati juga gue gak akan sudi tinggal di kamar lo!" Jawabnya kesal, keyla berdiri dari duduknya serta pergi dari hadapan Andriek. Lelaki itu hanya tersenyum. "Ouh apa yang udah aku lakuin? Ini bodooh." Desahnya kesal sambil memegangi bibirnya pelan. Dia sangat menyalahkan dirinya karena ciuman tadi. Setelah keluar dari kamar Andriek Keyla duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela nafas pendek. 'Apa maksud Andriek bilang kayak gitu? Dia itu bener-bener cowok yang gak tau diri banget. Key ada apa ini?' Batinnya lagi. Perasaannya sangat menyesal dan kesal sekali bagaimana mungkin dia bisa berciuman dengan seorang lelaki yang sangat dia benci. Kenapa dia bisa begitu pasrah dalam pelukan lelaki itu. Ting... Tung.... Tiba-tiba bel berbunyi. Keyla terkejut dari lamunannya d