Aruna membuka matanya dengan perlahan saat merasakan ada seseorang yang mengusap kepalanya. Matanya memicing, berusaha memperjelas penglihatannya. Setelah nyawanya terkumpul, Aruna bisa melihat dengan jelas sosok Arkan di depannya sekarang."Sudah bangun?" Kata itulah yang pertama kali Aruna dengar saat dia terbangun dari tidur siangnya. Aruna mengerutkan kening sembari bangun dan duduk di atas ranjang."Sejak kapan Mas pulang?" Aruna bertanya seraya menatap sekitar, dan ternyata hari masih siang."Sejak tadi. Aku pulang untuk makan siang," jawab Arkan. "Ini sudah jam makan siang?" tanya Aruna dengan tatapan tak percaya. Arkan pun menganggukkan kepala. "Kamu tidur sangat nyenyak. Aku tak tega untuk membangunkanmu. Jadi aku bawakan makan siang untukmu," ucap Arkan seraya melihat ke arah meja di dekat sofa. Aruna juga melihat ke arah sana, dan terlihat ada nampan di sana."Maafkan aku, Mas. Aku tak menyangka akan tidur lama seperti ini," ucap Aruna. "Tak masalah." Arkan membalas. "B
Sembari menunggu kepulangan Arkan, Aruna memperhatikan foto-foto yang dipajang di dinding. Ada foto inti keluarga Arkan yang terdiri dari empat orang. Dan ternyata, foto dia dan Arkan saat hari pernikahan juga di pajang. Begitu juga foto Adnan dan Delia. Tak lama, Aruna mendengar suara mobil yang memasuki halaman rumah. Aruna pun berjalan keluar dan berdiri di teras. Dia tersenyum saat Arkan keluar dari dalam mobil dan menenteng sesuatu yang Aruna yakini adalah pizza pesanannya."Ini." Arkan menyerahkan kotak pizza yang dia bawa pada Aruna dan diterima oleh Aruna dengan senyum semringah."Papa dan Mama kemana?" Arkan bertanya saat merasakan rumah yang sepi. Biasanya saat dia pulang ayahnya selalu ada di teras rumah atau di ruang tamu sambil membaca berita dan minum teh."Mama tadi pamit pergi ke kondangan dengan Papa katanya," jawab Aruna."Sejak kapan?" tanya Arkan lagi."Mungkin jam dua siang kalau aku gak salah," jawab Aruna. Dia menutup pintu di belakang Arkan lalu mengajak suami
Aruna hari ini bangun lebih awal dari Arkan, dan tentu saja tak ada kata terlambat karena Arkan tak macam-macam pagi ini padanya. Setelah membangunkan suaminya dan memastikan suaminya tersebut masuk ke dalam kamar mandi, Aruna langsung turun ke dapur dan membantu ibu mertuanya menyiapkan sarapan."Kamu baik-baik saja, Run? Perutmu gak kram kah?" Hana bertanya saat Aruna berjalan mendekat dan langsung mengambil pisau untuk memotong buah."Baik, Ma. Semalam agak sakit dan langsung minum obat pereda nyeri. Sekarang sudah baik-baik saja," jawab Aruna. "Baguslah. Mama senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, nanti kamu gak akan pergi kemana-mana kan?" Hana bertanya seraya menuangkan sup dari dalam panci ke sebuah mangkuk berukuran besar."Mama tahu sendiri kalau aku tiap hari di rumah," jawab Aruna. Hana tertawa pelan mendengar itu."Kamu benar. Kalau begitu, nanti ikut Mama mau gak? Kita ke salon." "Boleh sih. Tapi, Mas Arkan belum tentu mengizinkan," jawab Aruna. Hana terdiam sesaat kala
Hana dan Aruna menghabiskan waktu berjam-jam di salon, hingga jam makan siang mereka pun terlewat. Selain melakukan perawatan rambut, mereka juga melakukan perawatan kuku juga agar terlihat cantik.Aruna sempat khawatir dengan biaya yang akan dikeluarkan, namun Hana dengan santai bicara pada Aruna untuk jangan memikirkan masalah uang."Sekarang kamu istrinya Arkan. Selain untukmu, memangnya dia kerja buat siapa lagi? Tugas kita sebagai istri adalah untuk menghabiskan uang suami. Toh, mereka juga kerja untuk kita."Aruna tak bisa menahan senyum saat Hana berkata seperti itu. Aruna tak terbiasa melakukan perawatan yang menghabiskan biaya sampai jutaan. Namun mengingat saldo dalam rekeningnya membuat Aruna berusaha santai juga. Uang bulanan yang Arkan berikan juga lebih dari cukup untuk dia pakai perawatan.Mereka keluar dari salon hampir menjelang sore, dan Aruna untungnya sudah memberitahu Arkan agar makan siang di luar saja dan gak perlu ke rumah karena dia dan Hana masih di salon."M
Sesampainya di restoran yang Tio maksud, ternyata Arkan lebih dulu sampai di sana dan sudah menunggu mereka di parkiran. Aruna keluar dari mobil mertuanya dan tersenyum ke arah Arkan yang sudah menunggu dirinya."Udah sampai dari tadi?" Aruna bertanya seraya berjalan mendekati Arkan."Lima menit yang lalu." Arkan menjawab. Dia langsung meraih tangan Aruna dan menggenggamnya dengan erat. Mereka pun mengikuti langkah orang tua Arkan yang masuk ke dalam restoran."Ngapain aja di salon?" Arkan bertanya pada Aruna."Perawatan rambut dan kuku," jawab Aruna. Dia lalu memperlihatkan kuku tangannya yang dipoles dengan indah. "Bagaimana? Bagus kan?" tanya Aruna dengan antusias."Bagus dan cocok untukmu." Arkan menjawab. Aruna tersenyum lebar mendengarnya. Walau Arkan melontarkan pujian kecil tersebut dengan wajah datar, Aruna tetap merasa senang."Kalau aku mau melakukan perawatan tubuh dan wajah juga boleh nggak? Biar makin cantik." Aruna bertanya dengan mata mengerjap manja, berusaha agar me
Pukul sembilan malam, mereka sampai di rumah Aruna. Aruna sempat bingung karena dia lupa membawa kunci rumahnya. Dan mengejutkan sekali karena ternyata Arkan yang memegang kunci rumah Aruna. Bahkan pria itu mengaku sudah membuat duplikat kuncinya tanpa sepengetahuan Aruna."Sejak kapan kunci rumah ini ada padamu, Mas?" Aruna bertanya penasaran. Mereka masuk ke dalam dan suasana rumah terlihat sangat bersih dan rapi. Aruna baru ingat kalau Arkan memperkerjakan seseorang untuk membersihkan rumahnya dua hari sekali."Sejak awal kita nikah. Aku yang mengontrol keamanan rumah ini," jawab Arkan dengan jujur. Aruna kaget mendengarnya, karena dia sendiri sampai lupa pada rumah tersebut.Aruna dan Arkan kemudian duduk di sofa ruang tamu yang sudah usang sembari menikmati jajanan yang Aruna beli tadi."Aku berniat mau merenovasi rumahmu ini. Bagaimana menurutmu?" Arkan bertanya pada Aruna yang duduk di sampingnya."Merenovasi?" tanya Aruna dengan alis bertaut."Ya. Mungkin akan lebih bagus kala
Melakukan renovasi rumah dan membeli perabotan baru untuk mengisi rumah Aruna ternyata menarik perhatian para tetangga. Mereka heran karena sudah tak melihat Aruna selama beberapa minggu, dan lebih heran lagi saat Aruna terlihat di rumahnya dan langsung melakukan renovasi.Aruna berusaha tetap ramah kepada para tetangga yang sudah dia kenal sejak kecil. Aruna tahu, sebagian dari mereka ada yang ikut bahagia melihat kehidupannya yang membaik sekarang. Dan sebagian ada yang julid juga, sampai menyebarkan fitnah tentang Aruna.Para tetangga di sana sudah tahu bagaimana kehidupan Aruna sejak masih kecil karena mereka sudah menjadi tetangga selama puluhan tahun. Bahkan mereka tahu tentang kisah ibu Aruna yang berhutang sana-sini karena kesalahan bersama suami barunya. Mereka juga tahu tentang tekanan yang Aruna dapatkan selama tinggal satu atap dengan ayah tirinya, namun tak ada yang berani membantu karena ayah tiri Aruna memang sosok yang jahat.Hari ini adalah hari keempat renovasi. Ruma
Malam ini adalah malam Minggu, dan seperti yang sudah di sepakati, setiap malam Minggu Arkan dan Aruna akan menginap di rumah Aruna. Proses renovasi sudah selesai, dan sekarang tampilan rumah Aruna terlihat lebih bagus dari sebelumnya.Rumah Aruna yang semula hampir kosong karena perabotannya dijual oleh ayah tirinya, kini sudah terisi lagi karena Arkan membeli semua perabotan baru untuk mengisi rumah Aruna. Dan rumah Aruna kini terasa lebih nyaman saat ditempati.Jam menunjukkan pukul tujuh malam lebih beberapa menit. Arkan dan Aruna baru saja selesai makan malam dan Aruna kini sedang mencuci peralatan makan yang digunakan barusan. Sementara Arkan langsung menuju ke arah ruang keluarga dan menyalakan televisi.Aruna tak membutuhkan waktu yang lama untuk mencuci piring kotor yang sedikit. Setelah selesai mencuci piring kotor, Aruna pun langsung masuk ke kamar utama yang selalu dia dan Arkan tempati saat menginap, termasuk malam ini.Aruna berdiri di depan cermin dan menatap pantulan d