KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 38Riska yang datang justru tertawa."Rasain tuh! Senjata makan tuan!" Riska dan kedua ART kemudian memegang kedua tangan Siska."Bawa keluar! Serahkan sama satpam! Pastikan dia tidak kembali lagi kesini!" Mereka kemudian menyeret Siska keluar. Satpam membuka pintu gerbang, menyeret Siska yang terus memberontak kemudian menutup kembali gerbangnya."Itu kenapa Siska bisa kaya gitu ya?" tanyaku."Ada yang tidak beres dengannya," jawab suamiku."Memang! Dia tadinya mau jahat sama suami kamu Va, untung saja tadi aku lihat." "Jahat gimana?" Aku mengajak Riska untuk duduk disamping kolam renang agar obrolan lebih santai."Jadi, waktu tadi Bibi nyiapin minuman, Siska datang terus minta cangkir khusus sama Bibi. Begitu Bibi pergi Siska menabur sesuatu ke minumn suamimu. Nah, begitu Siska pergi aku buang minuman yang ada di cangkir Siska terus aku ganti sama minuman suamimu. Jadilah seperti tadi … " Syukurlah Riska menyelamatkan suamiku dari jahatnya Siska."Tumben,
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 39"Maksudnya gimana Mbak?" "Ya kamu sana ikut mobil Bapakmu, biar aku yang naik mobil ini!" "Sama suamiku, gitu?""Iya! Udah ya, bye!" Mbak Susi langsung masuk dan menutup pintu mobil. Sekarang tinggal aku berdiri mematung di samping mobil. "Itu maksudnya Susi apa ,Va?" Ibu yang melihat langsung turun dari mobil dan menghampiriku, diikuti oleh Bude Ratmi."Nggak tau, Bu," jawabku. Selang beberapa waktu suamiku juga Pak Agus turun dari mobil menyisakan Mbak Susi sendirian di dalam. "Kok pada turun semua sih?" Mbak Susi keluar dengan menghentakan kakinya."Susi, Seva nggak ikut pulang, mereka mau balik ke rumah mereka sendiri jadi tujuan mereka nggak sama dengan kita" Ibu masih berkata pelan dengan Mbak Susi. "Pokoknya Susi ikut mereka! Titik!" Mbak Susi masih saja ngeyel mau ikut dengan kami."Masuk mobil itu! Cepat!" Bude Ratmi menyuruh Mbak Susi untuk masuk mobil Bapak."Nggak!" Bantah Mbak Susi. "O, emang kamu bocah susah banget diatur!" Bude Ratmi k
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 40"Ayolah, nggak usah munafik!" Pak Bagas justru memegang tanganku. "Dinda … ada apa ini?""Kanda …"Segera aku menepis tangan Pak Bagas dan berjalan ke arah suamiku."Ayo pulang!" Suamiku menggandeng tanganku dan berjalan dengan cepat. "Gus, urus dia!" perintah suamiku pada Pak Agus, entah mau diapakan Pak Bagas nantinya.Hanya ada keheningan di dalam mobil. Aku tak berani untuk memulai obrolan terlebih dahulu. Apa suamiku marah? Apa suamiku salah paham?"Kanda … apa Kanda marah?" tanyaku saat sudah sampai di rumah."Tentu saja marah! Kenapa Dinda mau-maunya dipegang tangannya sama dia?! Apa Dinda punya hubungan dengan laki-laki itu?" Ya Tuhan, suamiku sudah salah paham. Ini pertama kali suamiku berkata dengan nada tinggi padaku. Aku nggak salah Kanda … Bulir bening jatuh di pipi, rasanya sesak, sedih. "Dinda … Sayang, hei, Kanda cuma bercanda. Jangan menangis." Suamiku kini duduk di sampingku dan meraih kepalaku."Aku nggak salah," ucapku di sela isak
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 41"Ogah! Aku nggak mau potong rambut!" Tolakku pada Riska. Lagian aneh-aneh aja tuh anak."Kalau gitu, suamimu suruh make over lagi!" Nah kan malah jadi bawa-bawa suamiku juga. Ada benarnya juga ucapan Riska, rambut Kanda perlu dirapikan lagi sama rambut nakal di wajahnya juga sudah mulai tumbuh liar. Suka geli aku tuh kalau lagi itu."Bentar aku telepon suamiku dulu." Segera aku menghubungi nomor suamiku dan mengutarakan maksudku. Untung saja suamiku setuju."Ok Ris, kita ke salon sekarang, suamiku langsung kesana." Riska langsung tersenyum dan bersiap untuk berangkat.***"Bu, Seva pergi dulu ya," pamitku pada Ibu."Nanti kesini lagi 'kan?" tanya Ibu."Nggak Bu, nanti habis dari salon sekalian pulang." "Aku ikut!" Eh kok ada suara Mbak Susi, dari tadi memangnya dia dimana."Loh Mbak, kapan datang? Kok Seva baru lihat?" Tanyaku basa-basi."Baru aja ini Va, lagi ngrengek minta duit beli kuota padahal baru tiga hari yang lalu minta eh sekarang minta lagi."
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 42Drrt Drrrt DrrrtTumben nomor rumah menelpon. Ada apa ya?'Halo, Assalamualaikum''Waalaikumsalam, Nyonya … cepat pulang, Tuan jatuh di kamar mandi!' Apa?! Ya Tuhan, Kanda …"Ris … buruan pulang!" Aku berlari menuju parkiran mobil. Pikiranku kacau, kalau saja aku bisa meminta, aku ingin bisa dalam sekali hentakkan langsung pulang ke rumah."Ada apa?" tanya Riska saat sudah di dalam mobil."Suamiku jatuh di kamar mandi. Buruan jalan!" "I—ya iya!" Mobil Riska sudah melesat dari parkiran. Tuhan, lindungi suamiku, aku tak sanggup kehilangannya."Tambah lagi kecepatannya Ris!" "Va, sabar, ini udah ngebut." Air mata dari tadi sudah banjir di pipi, aku tak tau lagi harus seperti apa. Pikiran buruk sudah terlintas di benakku."Va, suamimu punya darah tinggi nggak?" tanya Riska."Nggak! Kenapa?""Kalau orang udah tua jatuh terus punya darah tinggi bisa fatal loh." Tambah panik lagi aku mendengar ucapan Riska. "Diam, Ris! Doain yang baik-baik kenapa?" Aku semak
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 43Kuletakkan kembali paperbag itu di atas meja."Ibu sama Bapak juga punya hadiah buatmu, Va," Kotak biru persegi lumayan besar diserahkannya padaku. "Apa ini Bu? Kenapa repot-repot?""Bukan apa-apa, nanti dibuka ya, semoga Seva suka. Selama ini Ibu dan Bapak tak pernah memberikanmu hadiah apapun. Mumpung sekarang ada rejeki Ibu sama Bapak kasih ini buat kamu." Perkataan Ibu membuatku terharu, usaha Ibu sudah berkembang pesat bahkan sudah ada beberapa karyawan yang membantu. Bukan hanya katering untuk kantor tapi juga untuk acara pernikahan ataupun acara lain di gedung biasanya pakai katering Ibu. "Seno juga punya kado buat Mbak Seva." Tak kalah dengan yang lainnya, Seno memberikanku kado dalam kotak berwarna merah."Adikku nggak mau kalah ini, makasih ya sayang" Aku hendak mencium kening Seno tapi malah Seno menolaknya."Malu Mbak, Seno udah gede." Ah iya lupa Seno sudah beranjak remaja sekarang, tingginya saja sudah sama denganku.Pukul sepuluh malam mere
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 44Hari ini aku bersiap untuk jemput Riska di kampus. Sekalian perkenalan nantinya aku juga akan mendaftar di kampus Riska. Ya, dulu memang aku dan Riska satu kampus, tapi semenjak aku di keluarkan dari kampus Riska juga ikut pindah. Entah apa alasannya. Rencananya aku akan masuk ke Universitas Persada, tempat kuliah Riska yang sekarang.[ Jadi jemput? Aku di depan fakultas teknik. ] Pesan dari Riska.[ Lagi di jalan bentar lagi nyampe ] send.Nah itu dia Riska, segera aku menepikan mobilku.Pintu mobil dibuka Riska kemudian Riska masuk. Riska langsung menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi mobil. "Hari yang melelahkan untuk jiwa yang sepi, Va," ucap Riska."Kaya judul film deh," sahutku."Bukan Va, itu pantun," sahut Riska. Aku terkekeh mendengar jawaban Riska."Kenapa?" tanyaku."Dosennya aduhai gantengnya tapi galaknya luar biasa, ngalahin emak-emak yang lagi baca!" "Nah itu ada kata-kata ganteng, bisa kan dijadiin pacar buat kamu, daripada jomblo terus" sa
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 45Tunggu!" Nisa menghentikan langkahku. "Aku mau pakai mobil itu, mana kuncinya?!" Tangan Mbak Nisa sudah menengadah meminta kunci. Aku yang sudah terburu-buru langsung saja menyerahkannya, toh bisa pakai kendaraan lain. "Ini Mbak, Seva permisi dulu. Assalamualaikum." Kulangkahkan kakiku menuju gerbang meminta satpam membukakan pintu."Nyonya, mau kemana? Nggak bawa mobil?" tanya satpam rumah."Mau ke rumah ibu, Pak," jawabku. "Motor itu punya siapa Pak?" Pandanganku tertuju pada motor yang terparkir di sebelah pos satpam."Motor saya, ada apa ya?" "Aku pinjam sebentar boleh nggak?""Boleh banget, sebentar saya ambil kuncinya dulu." Pak Satpam kemudian berbalik untuk mengambil kunci. "Ini Nyonya, kuncinya." Diserahkannya kunci motor itu padaku."Terimakasih ya Pak, nanti aku penuhin bensinnya." Segera aku meluncur ke rumah ibu, rasanya perasaanku was-was memikirkan Bapak."Assalamualaikum, Bu … Pak," ucapku saat sampai di rumah."Waalaikumsalam, sudah sa