"A ... aku ...." Belum sempat Kasih menjelaskan jika yang mengirim pesan kepadanya adalah ibunya. Dengan paksa Faith, malah merebut ponsel gadis itu lalu memeriksanya sendiri."Mas Faith!" tegur Kasih.Dia tak menyangka pria itu merebut paksa ponselnya.Faith lalu memeriksa dengan seksama isi ponsel gadis itu. Dia merasa lega, saat mengetahui jika Kasih sedang berkirim pesan dengan ibunya."Cih! Bikin curiga saja!" ucapnya dalam hati. Lalu Faith pun mengembalikan ponsel Kasih kepadanya."Bunda yang berkirim pesan denganku, Mas. Bunda menyuruhku untuk berbelanja ke swalayan untuk acara nanti sore." tuturnya kepada pria itu."Bilang dong, jika Bunda Sani yang mengirim pesan kepada mu! Bikin bt saja." kesalnya sendiri."Ma ... maaf, Mas." serunya lagi."Jadi kita sekarang ke swalayan?""Iya Mas, boleh." Lalu keduanya pun memasuki sebuah supermarket yang ada di mall itu. Sementara di dalam restoran, Gilang sedang menelepon seseorang dan memastikan jika semua yang telah dirinya rencanakan
"Oh karena neneknya mantan pasienmu. Jadi kamu dengan cuma-cuma memberikan nomor ponselmu kepadanya?""Martin bilang kalau Oma Nina, kangen ke aku, Mas. Oma sekarang tinggal di Surabaya." serunya lagi."Alah! Banyak alasan, Lo!" Faith tetap tak mau kalah, terus saja menyudutkan Kasih.Kasih mencoba menghela napasnya panjang. Dia pun berkata lagi, "Mas Faith ... aku kan sudah berkata jujur kepada mu, Mas. Jadi apa lagi?" Kasih hampir kehilangan akal sehatnya menghadapi Faith yang terus saja marah kepadanya."Dasar gampangan!" Kata-kata menusuk itu, keluar begitu saja dari bibir pemuda itu.Kasih seketika menatap Faith dengan tatapan terluka. "Ka ... kamu jangan ngomong sembarangan begitu, Mas. Siapa yang gampangan? Tega banget kamu ngomong seperti itu kepadaku!" Tak terasa, air mata Kasih kembali menetes. Dia benar-benar tak habis pikir dengan semua ucapan Faith kepadanya.Ada rasa penyesalan di hati pria itu saat melihat Kasih menangis. Dia menjadi tidak tega melihatnya. Namun amara
Ternyata di dalam rumah telah banyak orang yang datang. Sayup-sayup keduanya mulai mendengar suara Oma Meri dan juga suara seorang pria yang paling Faith benci saat ini."Oma Meri?" tutur Faith."Kak Gilang ....!" ucap Kasih.Mendengar sang calon istri menyebut nama orang yang dirinya benci, Faith segera menatap tak suka ke arah pemuda itu."Hai, Bro! Ternyata kita bertemu lagi, ya? Apakah ini berarti kita memang jodoh?" canda Gilang sambil tersenyum penuh kemenangan."Cih! Jangan gila, Lo!" serunya, lalu duduk dengan sembarangan di sofa ruang keluarga itu.Sementara Kasih segera memapah Oma Meri untuk kembali duduk dengan sempurna."Oma ... kok Oma buru-buru banget ke luar dari rumah sakit?" Kasih sedikit khawatir dengan kondisi kesehatan Sang Oma. Pasti Beliau memaksa dokter Roland agar bisa ke luar dari rumah sakit dengan segera.Naluri merawat dari dalam diri Kasih sebagai seorang dokter mulai muncul. Dia segera membuka tasnya, lalu mengeluarkan stetoskop dan mulai memeriksa Oma M
Acara keluarga besar Hoewar pun dimulai, semua orang bersuka cita mendengar kabar jika Faith akan segera melepas masa lajangnya.Tuan Heru pun mulai memperkenalkan Kasih sebagai calon menantu Keluarga Hoewar. Seluruh keluarga besar itu sangatlah setuju. Apalagi Oma Meri sangat senang bukan kepalang. Bahkan saat ini, Kasih berada duduk di sampingnya.Namun ada satu keluarga yang kurang setuju dengan perjodohan itu. Mereka adalah keluarga uncle Jefri."Heru, apakah tidak salah kamu memilih calon menantumu dari kalangan rendahan?""Jefri! Jaga bicaramu! Kamu jangan pernah merendahkan calon menantu kami!" Oma Meri langsung angkat bicara membela Kasih dan keluarganya."Mendengar keluarganya dihina, Pak Danu hanya bisa bersabar. Sementara Bunda Sani merasa sakit hati dengan perkataan Tuan Jefri. Dia menatap pria itu dengan perasaan kecewa.Ternyata dulu, Tuan Jefri pernah menaruh hati kepadanya. Sayangnya, Bunda Sani tidak berani untuk memperjuangkan cintanya kepada kekasihnya, karena meman
"Makanya Lo jangan sok jagoan! Gue akui Lo tak terkalahkan dalam segi bisnis dan perusahaan. Tapi dalam hal urusan perempuan ternyata Lo nol besar!" Kata-kata pedas itu meluncur begitu saja dari mulut Gilang. Dia tidak peduli jika Faith akan semakin marah kepadanya.Faith hanya terdiam, dia benar-benar tidak dapat berkata-kata. Namun sangat terlihat, dirinya sedang menahan emosinya saat ini."Jika memang Lo tidak berniat dengan perjodohan ini. Jangan lanjutkan! Gue juga bisa membahagiakan Kasih." Mendengar perkataan Gilang itu, Faith semakin menatap pria itu dengan tajam."Cih! Ternyata karena itu, rupanya!" sindir Faith, sambil tersenyum sinis ke arah Gilang."Lo jangan sok menggurui gue! Jika ternyata Lo tak jauh beda dengan gue! Dasar pengecut!" serang Faith penuh amarah."Satu hal lagi yang Lo harus tahu! Kasih Alayah hanyalah milik gue seorang! Gue tidak pernah mau berbagi kepada siapun di dunia ini! Jadi Lo jangan pernah bermimpi!" ketusnya lalu meninggalkan Gilang yang berada d
Pasti Oma masuk rumah sakit gara-ara aku!" lirih Kasih sedih."Kasih ... kamu jangan mikir kayak gitu, dong. Oma sakit karena memang kondisinya sebelumnya, belum terlalu pulih. Tapi malah ngotot ke luar dari rumah sakit. Jadi kamu jangan berpikiran macam-macam." hibur Lovlyta kepada temannya."Tapi ... Ta." Kasih masih saja ingin membantah. Namun Lovlyta sebisa mungkin menenangkan sahabatnya."Oh ya, aku barusan ditelepon Mommy. Beliau mengabarkan jika Kak Faith sedang OTW jemput kita." ucap Lovlyta hati-hati. Dia takut Kasih menolak untuk datang ke rumah sakit. Padahal Oma Meri ingin sekali jika sang dokter datang untuk menjenguknya."Ke ... kenapa begitu, Ta? Ngapain Mas Faith menjemput kita?" Mulai kelihatan aura keberatan, yang ditampilkan Kasih saat ini kepada sahabatnya.Mau tidak mau, Lovlyta pun harus berkata dengan jujur,"Begini, Kas. Kondisi Oma tadi sedikit drop. Beliau sampai pingsan. Ternyata tekanan darah Oma naik. Makanya dokter Roland menyarankan agar Oma kembali dir
"Kita harus bicara! Kamu ngerti nggak sih, omonganku? Tolong kamu jangan keras kepala begitu, Kasih Alayah!" hardiknya penuh emosi, karena Kasih yang terus saja membantah, akhirnya Faith tidak dapat menahan emosinya. Lagi-lagi dirinya membentak Kasih dengan kasarnya. Sejenak gadis itu berdiam diri, tidak menyangka jika Faith sekasar itu kepadanya.Air matanya mulai mengalir ke luar dari ke dua sudut matanya. Tangisannya mulai terdengar di indera pendengaran Faith. Lalu dia pun berkata,"Aku tahu kok. Aku hanyalah anak dari seorang seorang pembantu di rumahmu, sangat wajar jika kamu membentakku seperti itu! Aku memang tidak ada harganya sama sekali di matamu makanya kamu terus saja marah-marah kepadaku!" Kasih mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di dalam hatinya selama ini.Faith memandang wajah Kasih, lalu merengkuhnya dengan cepat dengan kedua tangannya, dia mulai menghapus air mata Kasih yang terus saja mengalir. Gadis itu sejenak terkejut karena Faith yang tiba-tiba menangkup
Keduanya pun melangkah menuju ke ruang rawatan Oma Meri. Namun ditengah perjalanan mereka, Kasih mulai merasakan bibirnya seperti mati rasa, dan mulai bengkak."Duh, bibirku kenapa sih? Semoga orang-orang yang ada di ruangan itu, tidak menyadarinya." Doa Kasih dalam hatinya.Kasih pun melirik ke arah Faith yang terlihat sangat ceria dan santai saat ini. "Mas Faith kok terlihat biasa saja setelah kami ciuman, sih?" gerutunya dalam hati."Apakah dia telah terbiasa melakukan itu dengan cewek-cewek bule di Amrik, sana?" kesalnya sendiri.Lalu mereka pun sampai di depan ruangan Oma Meri dirawat. Sebelum masuk ke dalam ruangan itu. Faith mulai angkat bicara,"Kita akan segera masuk. Tadi sebelum aku berangkat menjemputmu. Oma terus saja memanggil nama mu. Jadi aku harap berempatilah sedikit! Oma sedang sakit dan butuh perhatian dari kita. Terutama darimu! Tolong kamu jangan egois! Sudah cukup kamu mengacaukan acara tadi sore!" bentaknya sambil menatap tajam ke arah gadis itu.Mendengar pe