Share

KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU
Penulis: Vyra Fame

Bab 1

KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU

BAB 1

"Ayyara Kartika aku talak kamu, aku talak kamu, aku talak kamu. Mulai hari ini kamu bukan lagi istriku dan aku haramkan dirimu bagiku." 

Sakit? Jelas, siapa sih seorang istri yang tidak sakit jika dicerai tepat di depan gundik suaminya?

Yah, istri yang malang itu adalah aku. Mas Fahri menceraikanku di depan gundiknya, Fiona Zea. 

"Mengapa kamu tega seperti ini padaku, Mas? Apa kesalahanku?" tanyaku dengan suara bergetar meski tidak sampai mengeluarkan air mata. Entah kenapa aku sudah sangat mengantisipasi akan hal ini. Sudah cukup banyak air mataku yang terbuang sia-sia karena menangisi mas Fahri yang tega mengkhianatiku dengan anak bosnya itu. 

Yah, Fiona Zea adalah anak dari bos tempat mas Fahri bekerja. Aku sangat tahu itu karena beberapa kali aku ikut mas Fahri dalam menghadiri acara besar yang diadakan perusahaan tempat mas Fahri bekerja. 

"Kamu tidak ada kesalahan, Ayra, tapi kamu memiliki kekurangan. Kekurangannya adalah kamu tak bisa merawat dirimu sehingga kamu tak bisa memanjakan mataku dan kamu bukanlah wanita karir seperti keinginanku. Aku lelah selama ini menjadi penanggung jawab hidupmu. Bagiku, kamu hanyalah beban dan sekarang aku merasa sangat lega karena sudah membuang beban itu." 

Aku terperangah mendengar kejujuran mas Fahri. Sebegitu pedasnya ucapan yang keluar dari bibir mas Fahri hingga rasanya hatiku seperti disayat-sayat. Sangat sakit. 

"Bukankah kamu dulu juga memiliki kekurangan, Mas? Kamu miskin dan aku mampu menerima kekuranganmu itu. Dan kini kamu sudah naik kamu membuangku hanya karena kekuranganku? Apakah itu adil buatku, Mas?"

"Ck! Sudahlah gak usah banyak cincong. Mas Fahri sudah menceraikanmu. Kamu bukan lagi istrinya. Nih duit! Ambillah! Anggap saja itu adalah upah karena kamu telah berjasa menemani Mas Fahri dalam menjalani hidup hingga akhirnya dia bertemu denganku!" Fiona Zea, gundik suamiku melemparkan sebuah amplop coklat tebal dan mengenai tubuhku. 

Aku pun mengulurkan tanganku ke bawah untuk mengambil amplop tebal itu yang jatuh tepat di depan kakiku. Aku membuka amplop tersebut dan mataku membelalak saat melihat banyaknya lembaran merah ada di dalam amplop tersebut. 

Aku bergeming dan hanya menatap pada kedua insan yang sedang jatuh cinta dengan tatapan datar. 

"Kenapa menatap kami seperti itu? Oh atau kau merasa kurang? Kamu lihat kan, Mas? Istrimu benar-benar matre. Uang yang aku lemparkan barusan itu berjumlah dua puluh juta lho. Tapi kayaknya masih kurang. Ck! Yaudahlah gak apa-apa. Ini aku tambahin lagi dua ratus juta dengan syarat jangan pernah kamu mengganggu Mas Fahri karena kami akan segera menikah. Ya kan, Mas?"  Mas Fahri dan Fiona saling bertatapan mesra yang menurutku itu sangatlah menjijikkan. 

"Oh iya, kamu tenang saja meskipun Mas Fahri sudah menceraikanmu tapi kami tidak mengusirmu sebab Mas Fahri lah yang akan pergi dari rumah kecil dan sempit ini. Aku akan memberikannya rumah yang jauh lebih besar dan lebih luas daripada rumah ini. Lagian aku gak sudi buat tinggal di rumah yang pengap dan kumuh seperti ini," ucap Fiona lagi dengan angkuhnya sembari menatap jijik ke sekeliling ruangan dalam rumahku yang susah payah aku mengumpulkan uang dari jatah bulanan dari mas Fahri dulu. 

"Kenapa kau tega melakukan ini terhadap sesama kaummu, Fio? Tidakkah kau takut karma itu berlaku padamu?" desisku bertanya pada Fiona sembari menatapnya tajam. 

"Ck! Karma itu hanya untuk orang miskin sepertimu. Tidak berlaku buatku, karena apa? Ya karena aku ini orang kaya. Hahahaha." Fiona tergelak dengan ucapannya sendiri yang juga diikuti oleh mas Fahri. Sungguh mereka adalah manusia yang bermulut busuk melebih bau busuknya bangkai. 

"Yaudah yuk, Mas, kita pergi dari sini. Kita sudah punya janji untuk melakukan fitting baju pengantin karena sebentar lagi hari pernikahan kita akan digelar secara besar-besaran."

"Yuk, Sayang." Keduanya pun meninggalkanku yang masih terpaku di ruang taku di rumahku ini. Mas Fahri yang memegang pinggang Fiona yang ramping dan Fiona yang berjalan sembari memeluk lengan kekar suamiku. Mereka berjalan beriringan tanpa memiliki rasa malu. Ah, bahkan aku tidak yakin jika rasa malu itu masih mereka miliki sebab jika mereka masih ada rasa itu tentulah mereka tidak akan melakukan hal seperti ini. 

***

Aku menatap uang sebanyak dua ratus juta yang Fiona berikan padaku tempo hari. Aku memang belum memakai sepeser pun uang itu karena aku bimbang antara mengembalikannya atau mengambil dan memakainya. 

Ah, hidup memang rumit. Punya uang bingung gak punya uang tambah bingung. Akan tetapi, sepertinya aku akan tetap menggunakan uang ini. Sayang kan kalau ditolak. Anggap saja ini rezeki karena sudah membuang sampah seperti mas Fahri. 

"Aha!"

Sekilas kepalaku berisikan ide brilian. Yah, aku tiba-tiba kepikiran rencana yang akan membuat Fiona dan mas Fahri mati kutu. Aku sangat yakin itu. Baiklah aku harus bisa menggaetnya sebelum pernikahan Fiona dan mas Fahri terjadi. Maka akan kulihat apakah gundik itu masih bisa sombong di depanku. 

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Fiona Zea binti Ibrahim Dirgantara dengan mas kawin 50 gram emas dan uang tunai sebesar dua puluh juta rupiah dibayar tunai." Suara mas Fahri yang mengucapkan kalimat ijab terdengar lantang. Yah, di sinilah aku berada. Aku memang sengaja datang ke acara pernikahan ini karena diundang khusus oleh mas Ibrahim. 

Apakah kalian salah sengar? Oh tentu saja tidak. Inilah sebagian rencanaku untuk membalaskan sakit hatiku pada Fiona dan mas Fahri. Ups maksudku Fahri karena sebentar lagi mereka akan menjadi anak tiriku. 

Aku berjalan secara anggun dengan memakai dress panjang yang memiliki bahu terbuka dan belahan kaki sebatas lutut. High heels berwarna senada dengan dress yang kupakai malam ini ditambah rambut yang kusanggul simple  membuatku terlihat elegan dan tentunya tampak cantik. 

Dapat kulihat wajah sepasang pengantin itu melotot ke arahku namun ada seseorang di sana yang sejak tadi sudah tersenyum karena memang dia tengah menungguku naik ke atas panggung yang sudah disulap sedemikian rupa sehingga terlihat seperti singgasana raja dan ratu sehari. 

"Kamu? Kamu ngapain kesini? Aku tidak mengundangmu. Jangan bilang kamu datang ke sini kau mengacaukan acara kami ya?" hardik mas Fahri lirih. Ia tampak sangat tidak suka dengan kehadiranku. Namun, aku mengabaikannya karena aku sedang fokus pada sosok pria yang ada di sebelah Fiona yang sejak tadi menatapku dengan senyumannya yang mengembang sempurna. 

Aku terus berjalan hingga mendekati pria yang tampak sangat tampan di usianya yang sudah tidak lagi muda tapi masih terlihat gagah. 

"Akhirnya kamu datang juga. Sini aku kenalin sama anakku. Fiona, kenalin ini Ayyara Kartika. Biasa dipanggil Ayra, dia adalah calon istri Papi." Aku menatap dengan seringaian puas pada  Fiona dan Fahri yang tampak pias saat mas Ibrahim mengenalkanku sebagai calon istrinya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status