77. Ketahuan"Permaisuri?!"Seruan penuh keterkejutan itu membuat suasana di sana terdiam. Semua orang yang berkumpul di sana membeku di tempat mereka menyaksikan sang permaisuri yang kini tengah berdiri dengan seorang mayat di dalam dekapannya dengan tangan kanannya yang terlihat menusuk masuk mengambil jantung sang korban. Queem yang menjadi salah satu saksi di sana tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya menegang di tempat karena keterkejutan. Sedangkan seseorang yang menjadi tontonan tampak tenang dengan raut wajah tampa ekspresinya. Manik ungu kemerahannya menyorot tajam membuat semua orang yang ada di sana semakin tidak bisa berkutik."Kakak apa yang kakak lakukan?" tanya Queem pelan mencoba membuang pikirann buruknya yang terus-menerus menjeritkan bahwa sang kakaklah pelaku dari pembunuhan misterius yang selama ini menggemparkan banyak orang. Bahkan membuat kaumnya sempat menjadi amukan massa karena dicap sebagai pelakunya.Kyana tidak menjawab, gadis itu bahkan dengan santainya meng
78. Dia BangkitKetiga orang penting itu terdiam ketika mendapati seseorang yang sempat dikatakan sebagai sang pelaku kini tengah tertidur nyenyak di atas kasurnya. Terlihat begitu tenang, bahkan napas gadis itu terlihat naik-turun dengan teratur. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu sempat melakukan aktivitas. Tidak ada kerutan yang memamdakan bahwa gadis itu tengah berpura-pura tidur. Hanya ada wajah polos yang terlihat begitu menikmati waktu tidurnya."Bukankah ini sudah jelas?" celetuk Avram membuat Nathan dan Queem saling pandang dengan raut wajah bingung. Mereka sangat yakin bahwa mereka tidak salah lihat tadi. Apakah permaisuri mereka itu memiliki seorang saudara kembar?"Apakah kalian sedang mencoba melakukan pemboikotan?" tanya Avram tajam yang langsung mendapatkan gelengan ribut dari sepasang suami-istri yang masih belum bisa menyadarkan diri dari keterkejutan.Suara lenguhan pelan membuat Raja Nathan yang hendak membuka mulutnya seketika terurungkan. Tatapan ketiganya deng
79. Penampilan yang Berbeda"Ada informasi apa kali ini yang kau bawa?"Seseorang pria yang tidak pernah melepas jubahnya itu sedikit pun bertanya kepada tangan kanannya yang kini telah menunduk hormat di hadapannya. Pria itu setia duduk di singgasananya yang berhasil dirinya dapatkan usai hampir meratakan Kerajaan Mermaid/Mermain jika saja pimpinan mereka tidak kunjung mengakui kekalahan mereka. Dan sekarang, sang raja dan ratu kaum lautan itu kini hanya mampu berdiam diri di samping pria itu. Menjadi kacung yang siap diberi perintah."Kabar mengenai pembunuhan misterius yang terjadi di Dunia Immortal semakin memanas diperbincangkan, Tuan. Bahkan kini gadis itu dicurigai sebagai pelakunya," ucap sang tangan kanan dengan lancar, membuat sang pria yang dipanggil sebagai tuan itu terkekeh kecil. Cukup terhibur dengan berita itu."Biarkan saja, bukankah itu akan mempermudah jalan kita untuk menaklukkan pria cecunguk itu? Ah, rasanya aku sudah tidak sabar untuk kembali merebut singgasanak
80. Hilang KendaliSepanjang jalan yang gadis itu pijak, tatapan itu tetap sama menghunus ke arahnya. Walau begitu, seperti biasanya gadis itu akan bersikap tenang tanpa terganggu sedikit pun dengan sikap orang-orang kepadanya. Kyana tetap mengangkat tinggi-tinggi dagunya, menunjukkan bahwa posisinya lebih tinggi dari orang-orang yang kini menatapnya sinis secara terang-terangan. Rose yang sejak tadi setia membuntuti Kyana mengerutkan dahinya dalam-dalam. Jelas gadis itu juga merasakan perbedaan tatapan banyak orang yang mengarah kepada ratunya. Memang benar beberapa minggu yang lalu tatapan mereka mulai melunak bahkan memuja gadis yang kini berjalan di depannya, tetapi entah mengapa tatapan tajam nan sinis itu kembali hari ini. "Yang Mulia sebaiknya kita kembali ke istana," bisik Rose karena sudah mencium sesuatu yang tidak mengenakan terjadi. "Kita baru saja sampai, Rose. Kenapa kamu terburu-buru?" jawab Kyana tenang membuat Rose menggigit bibir bawahnya menahan gemas. Gadis itu d
81. Aura Gelap"Yang Mulia!"Rose hendak menolong gadis itu dengan menggunakan sihirnya, tetapi kalah cepat dengan seseorang yang terbang cepat lantas menangkap tubuh mungil Kyana yang sedang tidak sadarkan diri dengan wajah pucatnya. Regan datang tepat waktu ketika merasakan aura yang selama ini membuatnya gelisah. Aura yang baru saja dilepaskan putrinya begitu besar hingga terasa ke Kerajaan Kegelapan dan berhasil dirasakan olehnya. Regan tidak begitu yakin jika ledakan aura putrinya tadi tidak akan membuat gempar seluruh Dunia Immortal. Aura yang terasa begitu mencekam dan penuh ambisi dalam membunuh. Membuat siapa saja yang merasakannya tanpa diperintahkan akan menunduk takluk mengakui kekuasaannya.Regan menunduk, menatap ke arah Rose yang berada di bawahnya dengan ekspresi lega sekigus cemas bercampur menjadi satu di wajah cantiknya. Laki-laki itu sudah mengetahui status Rose yang merupakan pelayan setia putrinya. Karenanya, menurutnya Rose berhak mengetahui keadaan putri semata
82. KejujuranMatahari terbenam barulah Avram dan Phygeros bisa kembali pulang. Keduanya terbang bersama menuju ke Kerajaan Kegelapan. Tujuan mereka yang seharusnya menuju ke Kerajaan Pusat teralihkan usai mendapat kabar dari Chorlouis bahwa seseorang yang menjadi alasan Avram tidak fokus dan tenang sejak tadi dikabarkan berada di kerajaan asalnya. Keadaan Kyana yang dilaporkan tidak sadarkan diri dan berakhir dibawa oleh sang ayah membuat rasa khawatir Avram meningkat. Sialnya, Chorlouis tidak menjelaskan lebih detail apa yang menyebabkan gadisnya itu jatuh tidak sadarkan diri di pasar rakyat.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kedua pria itu sampai di Kerajaan Kegelapan dengan menempuh jalur langit dengan sepasang sayap mereka masing-masing. Kedatangan mereka langsung disambut baik oleh para prajurit Istana Kegelapan. Langkah kaki mereka terdengar menggema di setiap ruangan istana yang mereka lewati. Sesekali mereka memberikan anggukan kecil ketika mendapatkan sapaan dari para
83. Luka dan MelukaiKedua itu itu tiba-tiba terbuka. Manik hitam yang biasanya menyapa Avram kini tegantikan dengan sepasang iris mata berwarna ungu kemerahan. Manik itu memancarkan sebuah amarah yang begitu membara membuat Avram yang semula setia memandang wajah gadisnya dibuat tertegun dengan apa yang dirinya lihat. Angin kencang tiba-tiba berhembus, membuat semua obor yang tersebar di penjuru istana padam seketika. Membuat suasana istana itu semakin mencekam karena ketidakadaan penerangan di sana."Kau baik-baik saja, Kyana?" tanya Avram pelan, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan gadisnya.Kyana berteriak nyaring, raungan bercampur rintihan itu membuat Avram dengan segera mencoba menenangkan gadisnya. Tetapi, tubuh gadis itu tiba-tiba mengambang dengan sendirinya, kabut keunguan mulai membungkus tubuh gadis itu bersamaan dengan raungan gadis itu yang semakin terdengar memilukan. Kedua kaki Avram bergetar hebat, membuat pria itu tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri hi
84. Kedekatan Rose dengan Orxphulus"Anda yakin, Yang Mulia?" Phygeros sekali lagi bertanya kepada Avram yang tengah bersiap diri mengambil posisi bersila di atas kasurnya."Anda tidak melupakan perjanjiannya jika anda menemuinya bukan? Tolong pikirkan sekali lagi, Yang Mulia. Kita juga masih bisa meminta bantuan Raja Skyless dalam hal ini." Phygeros bersikeras membujuk tuannya. Dia tidak mau Avram menyesali keputusannya nanti. Tetapi sepertinya pria itu sudah membulatkan tekat dan tidak bisa dicegah lagi."Jika kita meminta bantuannya, maka fakta Kyana sebagai pelaku kasus pembunuhan akan menyebar dan itu akan berdampak besar baginya. Aku tidak mau melihat gadisku terluka atau memiliki masalah lain. Sudah cukup dirinya diperlakukan tidak adil selama ini, jangan lagi," jawab Avram tegas membuat Phygeros mau tidak mau menyerah. Percuma saja memberikan saran kepada pria itu. Jika Avram sudah berkata tegas seperti itu maka sudah dipastikan tidak ada yang bisa mengubah jalan pikirannya la