"Kamu cantik sekali sayang, seandainya hari ini tidak ada pelanggan tentu saja kamu akan Mas makan sekarang juga," ucap Mirza sembari memeluk Riana dengan tangannya yang bergerilya ke bagian tubuh sensitif Riana."Mas bisa saja, Aku kan memang selalu cantik, dan itu juga untuk Mas, tapi untuk hari ini Aku harus menemani pelanggan dulu, ini semua kan demi kita juga, udah yuk nanti terlambat, nanti kalau pelanggan kecewa malah kita yang repot kan," ucap Riana sembari menoel ujung hidung Mirza."Yah baiklah, meskipun ada sedikit rasa gak rela tapi mau gimana lagi, demi uang banyak Mas harus merelakanmu.""Yaudah yuk," ucap Riana melepaskan pelukan tangan Mirza dan kini sudah menggandeng Mirza untuk keluar kamar.Saat Riana dan Mirza berjalan melewati ruang televisi ternyata disana Desi dan Bu Widya sedang bersantai tapi Sinta dan Rian entah ada dimana mereka."Mau kemana kamu Mir?" tanya Bi Widya pada Mirza."Ini Bu, mau nemenin Riana nemuin pelanggannya.""Biasa Bu, mau ngel*nte dia, up
"Kamu benar Dek, Kak Desi pasti iri sama kita karena setelah ini kita akan dapat banyak uang," ucap Mirza pada akhirnya sembari berjalan mengekor di belakang Riana."Awas aja kamu Mir, kalau sampai ketangkep kita gak mau ngurusin kamu!" pekik Desi, tapi Mirza tidak menghiraukannya, Mirza terus saja berjalan mengikuti Riana menuju mobilnya."Udah Mas gak usah dengerin, nanti kamu sumpal aja mulut Kakak mu itu dengan segepok uang, pasti nanti dia yang malu sendiri," ucap Riana saat dirinya dan Mirza sudah berada di dalam mobil."Kamu benar Dek, yasudah ayo kita berangkat, kamu sudah siapkan?""siap dong, cuss lets go, kita menjemput rezeki," ucap Riana yang berpura-pura bahagia.Mobil pun membelah padatnya jalanan di kota itu, dengan lihai Mirza membawa mobil agar tidak terlambat untuk segera sampai ke tempat tujuan, karena Mirza tidak mau jika pelanggan kelas kakakpnya ini sampai kabur.****Mobil Mirza sudah ada di parkiran area hotel, Riana pun turun dan bergegas menuju ke dalam hote
"Saya juga senang jika pelanggan puas, saya jamin, Riana ini tidak akan mengecewakan anda Pak.""Tentu saja, saya tidak akan kecewa dengan Riana, ya sudah Pak ini uang sisa pembayaran nya ya, dan Bapak bisa keluar dari sini, karena saya sudah tidak sabar untuk segera memiliki Riana malam ini," ucap Efendi sembari memberikan sejumlah uang dalam amplop coklat."Hahaha Bapak tenang saja, Saya paham, baiklah saya pamit, Riana kamu baik-baik ya, jangan kecewakan tamu kita yang satu ini," ucap Mirza sembari berniat memasukkan uang itu ke dalam saku jaketnya.Tapi belum sempat Mirza memasukkan uang itu, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya."Jangan bergerak, Anda sudah tertangkap basah dan terkepung!" ucap seseorang pada Mirza, dan ternyata orang itu adalah salah satu anggota kepolisian yang sedari awal sudah mengintai Mirza.Mirza terpaku, dalam hatinya ia sedikit tidak percaya jika nasib naas telah menghampirinya, Mirza menoleh ke arah Riana dan Efendi."Jadi kau adalah salah satu dari me
Dan akhirnya drama pengejaran Mirza pun berakhir, Mirza tertangkap oleh polisi karena kasus prostitusi di tambah lagi sebelah kakinya yang tertembak membuat jalannya menjadi pincang."Halo, selamat siang, apa benar ini dengan Bu widya?" ucap seseorang yang ternyata adalah polisi dari seberang telepon."Ya benar. Ini siapa ya?""Kami dari kepolisian mau mengabarkan jika anak Ibu yang bernama Mirza sekarang ada di kantor polisi.""Apa! Anak saya ada di kantor polisi! Kamu jangan bercanda! Kamu mau nipu saya!" pekik Bu Widya."Maaf Bu, kami tidak bercanda, jika Ibu tidak percaya silahkan Ibu bicara sendiri dengan saudara Mirza."Lalu polisi tersebut memberikan teleponnya pada Mirza."Halo Bu, ini Mirza, Bu tolong Aku Bu, Aku tertangkap semalam, rupanya ini semua rencananya Riana, dia menjebakku Bu," ucap Mirza dari seberang telepon."Apa! Kurang ajar! Berani sekali dia berbuat seperti itu, ya sudah Ibu akan segera kesana, kamu tunggu ya!""Iya Bu, cepetan ya."Setelah telepon dimatikan,
"Bu! Kak Desi!" ucap Sinta mencoba memanggil Kakak dan Ibunya tersebut, namun nihil karena mereka berdua memang sedang tidak ada dirumah. Pada kemana sih nih orang-orang, kok sepi banget ni rumah," gumam Sinta.Saat Sinta hendak menuju kamarnya tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh sebuah tangan yang melingkar di perutnya."Aw, siapa nih!" sentak Sinta sembari membalikkan badan hendak memukulkan tasnya pada orang itu."Eh jangan pukul, ini Aku sayang," ucap orang itu dengan menyilangkan tangannya di wajahnya."Mas Rian?" ucap Sinta."Iya ini Aku, udah jangan pukul.""Kamu apa-apaan, nanti kalau Kak Desi liat gimana.""Udah kamu tenang saja, Desi sama Ibu lagi pergi, makanya Aku berani meluk kamu.""Pergi? Pergi kemana?""Katanya sih ke kantor polisi.""Ha! Kantor polisi? Ngapain?""Tuh si Mirza ditangkap.""Kok bisa?""Mana Aku tau, udah gak usah hiraukan mereka, yang penting mumpung sekarang semuanya lagi gak ada, Aku mau minta jatah sama kamu," ucap Rian sembari tangannya bergerilya ke
"Kamu…," ucap Bu Widya dan Desi bersamaan."Lila," ucap Mirza, dirinya tidak percaya jika dalang dibalik semua ini adalah Lila, dan Lila juga telah bersekongkol dengan Riana, tapi sejak kapan mereka bertemu dan membuat rencana ini dengan matang."Jadi kamu juga ikut terlibat dalam hal ini?" tanya Desi."Tepat sekali, bukankah ini hukuman yang pantas untuk Adikmu?""Bren*sek kau Lila, beraninya kau lakukan ini padaku!" hardik Mirza pada Lila, dirinya merasa tak terima karena telah dipermainkan oleh Lila dan Riana."Mana si Riana itu, kurang ajar, dia sudsb menjebak anakku, harusnya Riana lah yang dipenjara karena sudah menipu kami!" sentak Bu Widya."Ssst, tenanglah wahai calon mantan Ibu mertua, nikmati saja kehancuran kalian satu persatu, karena ini juga akibat dari ulah kalian sendiri," ucap Lila."Apa maksudmu calon mantan Ibu mertua?" tanya Mirza."Lho, kamu itu lupa atau pikun? Besok kan sidang perdana perceraian kita, sayang ya, kamu gak bisa datang besok, ups… kamu tenang saja,
"Untuk apa Aku mengada-ngada, Aku bukan manusia licik macam kalian, benalu tak tahu diri, sudah ditolong, diberi tempat tinggal yang layak dan kehidupan yang layak, justru Aku yang kalian singkirkan, manusia macam apa kalian ini! Ditambah lagi kalian semua bersekongkol untuk menjual Riana pada pria hidung belang diluar sana, apakah hati nurani kalian sudah mati ha!""Itu bukan urusanmu Lila, cepat bebaskan Adikku sekarang juga!" sentak Desi."Ogah, kan kamu bilang tadi katanya mau minta tolong sama suamimu yang kaya itu, dan itu juga kalau berhasil, kalau enggak, justru suamimu yang bisa kena pasal suap," ucap Lila sinis."O iya, Aku ingatkan kamu Kak Desi, jika suamimu dan Riana saat ini sudah tidak berhubungan, bukan berarti suami tidak memiliki wil diluaran sana, berhati-hatilah, siapa tau orang terdekatmu yang sudah menghianatimu, cerna ucapanku, dan berfikirlah, karena kalau tidak kau pasti akan sangat menyesal," ucap Lila sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bu Widya, Mirza dan D
Rian tergesa-gesa memakai pakaiannya, karena sangking paniknya Rian lupa untuk memakai celana dalamnya dan tertinggal di kamar Sinta.Perlahan Rian mengendap-endap keluar dari kamar Sinta, beruntungnya kamar Sinta ada di pojok dekat dengan dapur, dan dengan cepat Rian berjalan berjingkat menuju dapur dan masuk kedalam kamar mandi yang ada di sebelah dapur.Setelah sampai didalam kamar mandi, Rian mengusap pelan dadanya, ia berusaha menenangkan dadanya yang berdetak kencang lantaran jantungnya baru saja selesai senam.Setelah dirasa cukup, Rian pun keluar dari kamar mandi dan menemui Desi yang masih mencarinya."Dek," ucap Rian dari belakang Desi."Mas, kamu dari mana saja?" "Ooo Mas tadi dari kamar mandi, abis buang air.""Kok kamu keringetan gitu Mas? Terus mukamu pucat? Kamu sakit?""Ah, itu, enggak kok. mas gak papa, dikamar mandi kan gak ada kipasnya jadi panas, dan Mas berkeringat, iya begitu, hehehe," ucap Rian salah tingkah."Lho Mas, kamu kok gak pake celana dalam ya, iiih it