“Xander sudah menunggumu di bawah, mandilah! Dan kita akan sarapan bersama.”Hati Luna tiba-tiba menjadi hangat mendengarnya.Hal itu bahkan pernah menjadi angan-angannya di masa lalu, tapi hari ini Jeremy benar-benar mewujudkannya, betapa senangnya?Luna mengangguk dengan penuh semangat dan dia tidak lupa berkata, “Terimakasih Jeremy.”Jeremy mengangguk dan dia tersenyum lembut, “Aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia sekarang.”Luna tersenyum getir mendengarnya. Dia bingung di dalam hatinya harus melabuhkan cintanya pada siapa sekarang. Sean atau Jeremy?Menepis pemikiran itu, Luna pergi mandi dan bersiap-siap. Dia akan bertemu Xander lagi hari ini, bahkan seterusnya. Itu hal yang sangat membahagiakannya.Begitu selesai mandi, Luna pergi ke walk in closet dan dia tercengang begitu mendapati banyak baju perempuan branded dengan harga selangit itu berderet rapi memenuhi lemari itu.Tak hanya baju, ada underwear yang masih baru dengan label merk yang masih menggantung, juga di samp
Mau tidak mau, Jeremy menghampiri Luna dan memeluknya dari belakang.Luna terkejut dan dia menoleh ke arah Jeremy.“Ada apa?”Jeremy menggeleng.“Xander sudah tidur?”Luna mengangguk dan bertanya, “Apa dia sudah makan?”“Pelayan tadi sudah memberinya makan saat menunggumu.”Luna mengangguk sekali lagi dan dia melepas pelukan Jeremy sebelum dia kembali duduk ke tempat semula.Tapi, Xander masih menyusu jadi Jeremy masih bisa melihatnya dengan sesuka hatinya saat dia ikut duduk di seberang Luna.“Luna, apa tidak sebaiknya kamu tinggal di sini?”Luna kaget luar biasa dan dia sampai memelototi Jeremy saat menoleh ke arahnya.“Itu tidak mungkin!” tegas Luna.“Kenapa? apa karena Sean?”Jeremy tersenyum tipis saat dia menatap Luna dengan tatapan mencemooh.Luna menggeleng.“Lalu?”“Kita bukan pasangan yang sah, jadi aku rasa tidak pantas saja kalau aku tinggal bersamamu.”“Aku bisa merubah statusmu menjadi pasangan sah bagiku jika kau mau.”Jeremy dengan santai berkata seperti itu sambil men
Gara-gara Jeremy menyebut-nyebut nama Louis, Luna jadi tidak bisa berhenti memikirkannya.Bayangan kenangan bersama Louis terus berputar di otaknya hingga membuatnya terasa sesak hingga bening hangat langsung membanjiri pipinya.“Kita sudah sampai!”Suara Jeremy menyentaknya kembali ke dunia nyata dan entah sejak kapan wajah Jeremy sudah sangat dekat dengan wajahnya bahkan hanya berjarak satu inci.Melihat Luna menangis, Jeremy mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya.“Maaf sudah membuatmu sedih.”Luna tercengang sekali lagi dengan sikap Jeremy.“Apa yang sebenarnya dia rencanakan?” batin Luna.“Hey, apa yang kamu pikirkan? Ayo kita masuk!”Lagi-lagi Jeremy sudah menyeretnya keluar dari mobil dan bahkan tangannya bertengger posesive di pinggang Luna yang ramping seolah mereka pasangan yang paling sempurna.Luna risih dengan tindakan Jeremy itu dan dia segera menepisnya, tapi Jeremy justru sama sekali tidak berniat melepas.“Jeremy, tanganmu!” Luna mengingatkannya sambil berbis
“Aku sedang menstruasi.” Kilah Luna.“Oh, baiklah! Jadi aku akan memberitahumu setelah kau selesai karena aku menginginkanmu sebelum itu.”Jeremy sangat kesal saat mengatakan itu, dia sudah menginginkan Luna sejak dia kembali ke luar negeri dan dia belum bisa mendapatkannya hingga hari ini saat dia sudah berpura-pura sangat baik terhadap Luna.Berbeda dengan Luna yang diam-diam merasa sangat lega karena Jeremy langsung percaya dengan alasannya.“Aku pergi dulu!”Luna hanya mengangguk dan tidak berkata apapun juga tidak berniat bangkit dari duduknya sedikitpun meski hanya untuk mengantar Jeremy sampai depan.Dia masih syok karena Jeremy terang-terangan menginginkannya lagi. Ini benar-benar bahaya bagi Luna.Begitu Jeremy menutup pintu apartemen, Luna langsung menghela nafas dan dia menyandarkan punggungnya ke sofa dengan lega.Setelahnya, dia menghidupkan televisi untuk mencari tahu berita tentang Sean.Meski dia kecewa dengan Sean, tapi tetap saja dia merindukannya.Namun, tayangan ya
“Luna!”Luna tersenyum menyapa Zacky dan dia mempersilahkan Zacky duduk di depannya. Dia berusaha menormalkan ekspresinya padahal dia sedang terengah-engah karena harus buru-buru berjalan dari apartemen ke Solaria Coffeeshop yang gedungnya berhadapan.“Bagaimana kabarmu Luna? Kamu... tambah cantik saja.” Puji Zacky malu-malu.Dia memang selalu mengagumi Luna sejak pertama kali melihatnya.Luna hanya tersenyum dan tidak terlalu menanggapi pujian temannya itu.“Aku baik, bagaimana denganmu?”Zacky mengangguk dan berkata, “Sama seperti dirimu, by the way kamu sudah lama di sini?”“Lumayan,” bohong Luna.“Tapi kalau aku tidak salah lihat, kamu tadi keluar dari Victoria Apartemen? Kamu tinggal di sana sekarang?”Luna tiba-tiba gugup, tapi dengan cepat dia berkilah, “Mungkin kamu salah lihat karena aku sejak tadi bersama Vania di sini, tapi dia memilih pulang duluan.”Zacky hanya mengangguk dan menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri karena dia tidak mungkin salah lihat. Jelas-jelas Luna t
Bola mata Luna membola sempurna bahkan hampir lepas dari kelopaknya.Itu hanya dompet kecil dan harganya dua puluh lima juta? Luna hampir pingsan hanya dengan mendengarnya.“Apa kalian mencoba memerasku? Ini hanya dompet kecil.” Kekeh Luna.“Tapi harganya memang segitu, Nona. Lihatlah! Aku tidak mengada-ada.” Petugas kasir itu mencoba membela diri dan menunjukkan label merk beserta harga yang masih menempel di sana.Dan Luna terhuyung ke belakang saat melihatnya sendiri karena itu benar-benar dua puluh lima juta.“Bagaimana Nona, apakah anda sanggup membayarnya?” tanya salah satu petugas keamanan itu dengan tatapan menghina.Luna mendesis geram dan dia tidak sengaja menatap Rebecca dan Misella di sudut lain yang sedang menertawakannya, dia kemudian segera mengerti.“Brengsek!” umpat Luna pelan.“Nona, jangan menunda-nunda! Kalau memang anda tidak memiliki uang, lebih baik selesaikan ini di kantor manajemen kami, ayo!”Luna menghela nafas dan dia hanya bisa berdoa dalam hati agar bisa
Jeremy tidak mengatakan apapun sampai pintu lift terbuka dan mereka tiba di Victoria Apartemen.Luna tercengang karena dia tidak menyangka kalau Supermall tersebut akan terhubung dengan Victoria Apartemen. Setelahnya, mereka berdua masuk ke sebuah lift pribadi yang kemudian membawanya ke unit apartemen Luna.Selesai memindai sidik jari, Jeremy dengan marah menarik Luna masuk ke dalam dan menjepit tubuhnya ke dinding.“Luna dengar! Kamu belum sepenuhnya bebas dariku, jadi jangan pergi semaumu sendiri lain kali.”Kalau biasanya Luna akan takut, kali ini dia menatap Jeremy seolah dia menantangnya.“Kenapa harus begitu? Aku tidak terlibat apapun denganmu!”Jeremy menyeringai saat dia mencondongkan wajahnya semakin dekat dengan wajah Luna.“Baiklah, kecuali kau tidak ingin bertemu Xander lagi.”“Brengsek! Jeremy memang licik.” Maki Luna dalam hati.Tentu saja dia tidak berani memaki Jeremy secara langsung karena bagaimanapun Jeremy baru saja menyelamatkannya dan menangguhkan uang dua puluh
“Apa kamu tidak ingin menyelesaikannya untukmu sendiri? Aku bisa membantu.” Tawar Jeremy.Padahal dia sendiri yang masih menginginkan bermain-main di tubuh Luna meski tidak harus menyatukannya.Luna menggeleng, entah kenapa tiba-tiba kepalanya sangat sakit dan dia ingin tidur.“Kepalaku sakit Jer.”“Biar aku pijat setelah aku membersihkan diri.”Luna mengangguk karena memang kepalanya sedang benar-benar sakit, bahkan dia sampai mendesis kesakitan sambil menelungkupkan tubuhnya dengan tangan memegangi kepalanya.Jeremy buru-buru turun dari ranjang, melilitkan handuk di pinggangnya dan membuang tisu yang berantakan ke tempat sampah. Barulah setelah itu dia membersihkan dirinya di kamar mandi dengan cepat.Dia kembali lagi ke ranjang dengan handuk yang masih melilit rendah di pinggangnya dan segera mengulurkan tangannya untuk memijat kepala Luna dengan pelan-pelan.Luna dulu sering mengalami sakit kepala seperti itu dan Jeremy selalu memijatnya.“Apa sangat sakit? Aku bisa membawamu ke r