Kenzy terus-menerus membujukku untuk ikut ke dokter gigi, mengiming-imingi dengan makan malam di Amsterdam, mengelilingi dam Amsterdam dengan kapal boat … Kalau aku mau, Kenzy nggak akan mengajak Papa Snoek dan Om Dirga sekeluarga. Cukup kami berdua saja. Maksudnya? Tunggu, tunggu! Ini jebakan Kenzy atau apa? Walaupun sempat kepincut tapi nggak bisa begitu saja mempercayainya. Itu, Elize yang tetangga dekatnya saja---sudah seperti keluarga sendiri---bisa dikerjainya. Ya, yaaahhh, walaupun aku ini isterinya, sih. Nggak mungkin kan, dia memaksa, menyakitiku atau bagaimana?
OK! Kalau terpaksanya dia menyentuhku, nggak akan ada yang bisa menyalahkan kami. Ummm, tapi aku masih ragu. Kaitannya dengan masalah kehamilan Elize, maksudku. Apakah benar, Kenzy juga melakukannya---apapun itu alasannya---atau murni sebuah rekayasa? Wel
Ugh!Aku memang bodoh! Bagaimana bisa, malah bergeming seperti patung yang tertanam di lantai, ketika Kenzy dengan keras dan tegasnya menghapus De Commitment secara permanen? Kenapa nggak secuil kecil pun kata terlontar dari bibirku untuk membela? Kenapa nggak seruas jari pun bergerak untuk mempertahankannya? Fixed, I am a stupid Girl! Harusnya aku bersuara, kan? Bergerak, berjuang karena apa jadinya aku jika tanpa De Commitment lagi? Wuaaahhhh, ada De Commitment saja Kenzy bisa ganas, apalagi nggak? Oooh, ooohhh, my God? Apa yang telah kulakukan? Apa yang terjadi?Q & AQ: Serius, Kenzy menghapus De Commitment?
Deeeng, dooong!Aku pasti sudah seperti kepiting rebus sekarang. Bagaimana bisa aku bersikap selemah ini pada Kenzy? Seharusnya, aku bisa mencegahnya untuk sampai di sini, kan? Seharusnya semua ini nggak pernah terjadi, kan? Iya, kan? Oooh, ooohhh, my God! Rasanya seperti ambles ke dalam bumi! Apa, sihir apa yang digunakan Kenzy untuk melemahkanku? Bukan hanya lemah tetapi juga setengah mati. Huaaa, help, help!Kriiit … Glek, klik!Dengan penuh keyakinan dan percaya diri, Kenzy menutup pintu. Menguncinya, sekali. Menyandarkan tubuh, seolah-olah ini kamarnya dan aku mendelik kuadrat, tentu saja. Belum genap dua puluh empat jam
Di sepanjang sisa malam itu, aku nggak bisa tidur. Tentu saja. Nggak sedetik pun mataku terpejam. Bukan hanya karena Kenzy yang pada kenyataannya tidur di kamarku---walaupun di kasur lantai belakang pintu---tapi juga karena pembicaraan terakhir kami sebelumnya. Ngelantur. Kupikir Kenzy sudah ngelantur. Ngawur. Ah! Mungkin sebenarnya dia minum minumannya yang biasa di belakang kami. Siapa tahu, kalau sebenarnya dia sedang mabuk? Mabuk yang tersamarkan oleh kepiawaian bersandiwara. Well, kostum lengkap dengan topengnya kan, nggak ada yang KW. Semuanya original dong, biar terlihat fantastik!Triiing, traaang, traaang, triiing!Perlahan-lahan namun pasti dengan kehati-hatian level super tinggi, aku membuka pengait kelambu dan beringsut
Maksudnya?Apa ini, ada apa?Setelah sekotak perhiasan yang dari Kenzy, masa aku juga harus menerima amplop-amplop ini? Ah! Setelah dua setengah trillion yang diberikan pada Cipta Karya Abadi … Apa ini nggak berlebihan? Apa ini bukan jalan yang sesat dan dimurkai? Oh, sudah seperti itu, gelap dan bergerinjal pula!"Anya Anyelir, aku sungguh-sungguh." sergah Kenzy sambil menahan kotak perhiasan itu di tanganku, "Itu buat kamu, dari aku. Bukan dari Papa." terangnya dengan penuh keseriusan dan ketulusan---aku melihat dari raut wajahnya---"Please, terima ya, Nya Anyelir?"
Deeeng, dooong!Kenzy mengantarkanku sampai di depan pintu kamarku. Sejenak, kami sama-sama berdiri dalam diam dan saling memandang. Pandangan apakah itu? Aku nggak tahu. Tapi jelas, sikapnya terlihat lebih tenang dan menyenangkan sekarang. Nggak usil seperti waktu-waktu yang telah berlalu. Well, aku menebak, Papa Snoek sudah mengajaknya berbicara mengenai aku. Ah, tapi nggak mungkin, kan? Papa Snoek kan, harus menjaga perasaan Kenzy? Maksudku, dia kan nggak boleh berada dalam situasi emosi yang tergangggu, selama Family Teraphy. Yeaaahhh, bagaimana dengan aku? Ah! Sebenarnya emosiku justru lebih terganggu dari pada Kenzy. Kalau begini terus, bisa-bisa gawat kuadrat kali empat ditambah empat. Kenzy sembuh, aku yang kehilangan kewarasan dengan sempurna. Secara nyata. Huaaa, ooohhh, my God!
De swiiing!Sungguh, seandainya Kenzy nggak sedang menjalani Family Teraphy---Miss D sudah mewanti-wanti agar jangan sampai Kenzy terluka batin---aku pasti sudah menangis meraung-raung sampai pingsan di Schiepol Airport, Amsterdam. Kami mengantarkan Papa Snoek sampai di depan pintu check in dan menunggu di sana hingga beberapa menit lamanya hanya untuk saling melambaikan tangan. Oooh, ooohhh, syukurlah aku bisa datang tepat pada waktunya. Kupikir akan terlambat tadi, karena ada kepentingan mendadak di DFF. Cukup menggembirakan sih, tapi sekaligus membuat jantungku senam Zumba. Bagaimana nggak? Mr. Abraham memanggilku ke ruangannya untuk menyampaikan sebuah pengumuman yang sangat penting versi DFF. Versiku juga, sih. Apakah itu? Yeaaahhh, aku mendapatkan A+ untuk ujian Conversation Grade A! Tentu saja perasaanku menj
"Cintai rasa sakitmu, Anya!" bisikku pada diri sendiri, ketika terbangun dan vertigo hebat itu masih mendera, "Get well soon and make sure that every thing is going to be allright!"Auuuhhh, rasanya hilang!"Kenzy, Kenzy!" aku memanggil dengan suara bergetar dan lirih, menyerupai bisikan, "Kenzy!"Sebenarnya Kenzy masih berstatus impossible husband di hatiku tapi bagaimana lagi? Jangankan turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi, mengangkat kepala saja, aku nggak mampu. Terlebih dokter yang menanganiku di Emergency Room berpesan, jangan sampai terjatuh, karena bisa berakibat fatal pada saraf dan otot tubuh yang lain. Mis
Siapa sangka, kejadian yang sudah bertahun-tahun lamanya, akan memberikan dampak yang luar biasa menyiksa dalam hidupku? Vertigo Posisional. Penyakit yang akan datang menyerang pada saat aku tidur dengan posisi kepala sama dengan waktu terjatuh dulu. Ya ampuuun! Aku kan nggak ingat, bagaimana dulu posisi kepalaku? Nggak pingsan sih, tapi benar-benar nggak ingat, bagaimana kejadiannya … Menurut keterangan dokternya sih, itu namanya amnesia sewaktu. Sungguh, sampai sekarang pun, yang aku bisa ingat hanya waktu Arunika yang memberikan pengarahan … Tekan starter, gas pelan-pelan dan seimbangkan tubu. Jangan sampai rem dan gas pada saat bersamaan, karena itu berbahaya. Bisa-bisa aku justru melompat dan terbang, hehehehe. Nah, singkat kata singkat cerita, aku mulai menjalankan motor matic baru, hadiah dari Papa karena bertahan di peringkat pertama di kelas tiga SMP. Eh, tiga-tiba ada anak kecil berlari-lari riang di