Di seberang sana tepatnya di sebuah perusahaan keluarga Naratama, Tuan Nara menerima panggilan dari Stevani istri dari koleganya yang bernama Tuan Candler, calon besan dari Tuan Nara mengadukan kelakuan putranya.
'Halo ... ada apa Nyonya Stevani menghubungi saya?' tanya Naratama terhadap Stevani.'Saya cuma mau bilang sama Anda Pak Nara, Putra Anda ini Danu, teganya dia menyakiti Putri saya dengan berselingkuh sama Radisha asisten Putri saya! Saya tidak terima Putri saya di khianati seperti ini, kasihan dia Pak!' ujar Stevani terdengar murka pada Nara di seberang sana.'Maafkan Putra saya Nyonya ... saya berjanji akan memarahinya, tolong maafkan kelakuan Putra saya!' pintanya memohon pada Stevani agar memaklumi kelakuan Danu.'Saya minta Bapak didik Putra Anda ini, agar dia tidak menjadi pecundang!' kesal Stevani memutus sambungan.'Halo ... Halo Nyonya!'Naratama mengepalkan tangannya, dia sangat geram terhadap tingkah laku puGuyuran hujan semakin deras, sedangkan suara petir terdengar menggelegar saling bersahutan. Radisha masih saja berjalan dengan menenteng tas yang berisi pakaiannya."Aku harus ke mana sekarang?" lirihnya meratapi nasib sial yang terus menghampiri hidupnya.Mobil-mobil hanya berlalu lalang di hadapannya, tanpa ada satu orang pun peduli padanya yang sedang dilanda kesialan. Hingga hujan perlahan mereda, tubuhnya tiba-tiba saja terasa menggigil, ia memberanikan diri berteduh di salah satu emperan toko yang tidak jauh letaknya.Radisha duduk di emperan toko itu, sambil memijat betisnya yang terasa pegal akibat berjalan jauh dari rumah keluarga Candler entah ke mana langkah kaki itu membawanya pergi.Tiba-tiba saja ada sekelompok pria datang menghampirinya, bertanya padanya dengan senyum menyeringai. Netranya terlihat menyeramkan seperti menginginkan sesuatu darinya."Mau ke mana Neng?" tanyanya menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki
Natalie masih berharap Radisha mau ikut dengannya. Bukan tanpa sebab Natalie menginginkan Radisha ikut dengannya saat ini, ia begitu menginginkan perempuan seperti Radisha jadi menantunya ditambah lagi Danu begitu menginginkannya gadis itu untuk jadi pendamping hidupnya."Kamu mau kan ikut bersama Tante?" tanya Natalie masih mengharapkan Radisha.Dengan terbata-bata Radisha menjawab. "Iya Tante saya mau!" jawabnya.Natalie sangat senang karena Radisha mau ikut dengannya, keputusan cukup bijak yang di ambil Radisha, selain ia akan lebih dekat dengan Danu tambah lagi ia akan semakin akrab dengan Natalie."Nah gitu dong ... Tante senang mendengarnya!" Natalie tersenyum pada Radisha. "Ayo masuk ke mobil Tante!" ajaknya.Kini Radisha telah berada di dalam mobil, duduk sejajar di kursi penumpang bersama dengan Natalie. "Ayo kita pulang Pak!" perintah Natalie pada sang sopir.Pak Sopir pun menuruti perintah Natalie. "Baik Bu!" timpalnya
Naratama menggeleng kepalanya saat mengetahui gadis yang menjadi penghambat Perjodohan putranya, dengan Putri dari rekannya itu akan bekerja di rumahnya sendiri.Naratama menatap heran pada istrinya, Natalie. "Apa kau sudah gila, membawa pengganggu ini masuk ke dalam Rumah kita Istriku?" kesal Naratama terhadap keputusan sepihak istrinya."Justru aku sangat waras Pah ... hati-hati kalau bicara, atau jangan-jangan kau yang gila! Gila karena janji manis Tuan Candler!" seru Natalie membela dirinya."Pokoknya Papa tidak setuju dia bekerja di Rumah kita!" tolaknya tidak mau mempekerjakan Radisha di rumahnya."Setuju atau tidak, ini sudah menjadi keputusan mutlak bagiku Pah ... kau tidak dapat membangkangnya! Jadi tolong hormati keputusan aku, lagi pula Radisha ini akan menjadi Menantu kita!" ujar Natalie bersikukuh membela Radisha di rumahnya.Audrey dan Danu tercengang setelah mendengar pernyataan ibunya. Sementara Radisha merasa bersalah ata
Kemudian Audrey pun ikut meninggalkan ruangan itu. Perlahan Audrey meninggalkan ruang keluarga dan bergegas menuju kamarnya seperti yang dilakukan Naratama, Papanya.Kini di ruangan keluarga itu, hanya menyisakan Danu, Natalie, dan Radisha. Lalu Danu berusaha menghibur Radisha yang dilema saat ini."Kamu jangan berpikir jika semua masalah dalam Keluargaku ini disebabkan olehmu Radisha!" Radisha menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan kesedihan itu dari pria yang amat mencintainya. Namun, Danu meraih dagu Radisha sehingga membuat wajah Radisha terdongak menatap wajahnya.Danu menelan salivanya ketika menyaksikan kecantikan Radisha dari jarak hanya beberapa centi saja dari wajahnya. "Tutuan ... tolong jangan seperti ini!" gugup Radisha ketika jemari tangan Danu menyentuh dagunya. Dengan segera Danu mengalihkan pandangannya dari wajah cantik itu."Maafkankan aku, aku tidak bermaksud kurang ajar padamu!" ucap Danu gugup.
'Apa!' Tifany benar-benar tidak menyangka sepak terjang asistennya itu akan sejauh ini. Seketika Tifany terdiam, dan langsung memutuskan sambungan.Stevani dan Alexandre menatap pada putrinya yang terlihat sedih dengan sekejap, mereka berdua sangat heran pada sikap Tifany yang tiba-tiba berubah murung."Nak ... kamu kenapa?" tanya Stevani memastikan, kalau putrinya itu baik-baik saja. Namun, Tifany hanya menangis di hadapan kedua orang tuanya itu."Apa yang terjadi Tifany, katakan pada papa?" tuan Candler pun ikut bertanya lantaran heran dengan sikap putrinya.Tanpa menjawab sepatah katapun Tifany langsung bangkit dan berlari menuju kamarnya. Sehingga membuat Stevani merasa khawatir dengan kondisi putrinya itu.Stevani dan tuan Candler saling bertatapan mereka berdua terheran-heran. "Kenapa dengan Putri kita Suamiku?" "Entahlah ... sepertinya kita harus memastikannya!" tuan Candler bangkit, dan segera menemui putrinya.
Pada saat Natalie dengan Danu berjalan menuju ruang keluarga, mereka sangat terkejut melihat kedatangan tuan Candler, dan istrinya telah berada di ruangan keluarga mengobrol dengan tuan Naratama."Wah, rupanya ada tamu terhormat malam ini?" sapa Natalie tersenyum sinis menatap pada mereka berdua."Ada apa nih kalian semalam ini bertamu ke Rumah kami?" lanjutnya bertanya dengan tatapan penuh kekecewaan terhadap mereka.Stevani dengan tuan Candler berusaha menahan emosinya, mereka berdua berusaha memaksa bibirnya untuk tersenyum membalas sapaan Natalie."Malam Nyonya Natalie, sepertinya Anda terlihat begitu bahagia malam ini, begitu juga kamu Calon Mantu!" ujar Stevani dengan suara sedikit meninggi.Natalie pun menimpali Stevani dengan ucapan yang sama sekali tidak terduga. "Hah! Kata siapa saya bahagia hanya malam ini, sepertinya Anda salah Nyonya! Saya ini selalu bahagia setiap hari, ya memang harus saya akui malam ini sangat membahagiaka
Gerutuan dan rasa kesal terus bergelayut di dasar hati Tuan Candler dengan istrinya. Betapa tidak kesalnya mereka. Danu yang begitu mereka harapkan untuk jadi menantunya telah menolak mentah-mentah putrinya yang memiliki kualitas prima dari perempuan lainnya di kota ini."Saya benar-benar tidak terima dengan semua ini Suamiku. Rasanya saya ingin mencabik-cabik Putra dari keluarga Nara itu, dia sangat kurang ajar!" tukas Stevani setelah berada di dalam mobilnya, duduk sejajar dengan suaminya di baris depan dalam mobil itu.Alexandre Candler yang sedang mengemudikan mobilnya pun ikut menimpali istrinya. "Bukan kamu saja yang tidak terima dengan perlakuan Danu, Istriku. Sama saya juga kesal pada Pria searogan Danu!" timpalnya dengan tangan yang terus mengendalikan kemudi.Stevani memijat kepalanya yang mulai terasa pusing, lantaran memikirkan bagaimana caranya menyampaikan pada putrinya tentang penolakan ini.Tuan Candler menatap kasihan pada is
"Sudah cukup Pa! Jangan diteruskan lagi!" Danu segera meninggalkan rumahnya, dengan tangan mengepal dan langkahnya yang tegas. Sama sekali tidak menanggapi papanya, yang ada hanya mengabaikan pria yang tidak lagi muda itu."Ingat Danu kamu akan menyesal karena telah membangkang sama Papa!" teriak Nara menatap pada langkah putranya kian menenggelamkan dirinya ke dalam mobil.Pada saat Tuan Nara memarahi Danu, tiba-tiba saja Audrey berjalan mendekati sang papa."Papa kenapa?" tanyanya penasaran.Tuan Nara pun menoleh pada sumber suara itu. "Papa tidak kenapa-kenapa Drey ... hanya saja pikiran Papa sedang kacau!" ujar tuan Nara menyampaikan.Audrey merasa kasihan pada papanya, lantaran wajah sang papa terlihat seperti tertekan. Namun, Audrey tidak mau bertanya lebih lanjut."Kalau begitu Audrey berangkat ya Pah, masih banyak pekerjaan di kantor, dan saat ini juga Audrey harus menyelesaikan semua pekerjaan!" ijin Audrey segera bergeg