"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan agar kau yakin bila Kakakmu bisa bahagia setelah menikah denganku?" Radisha berusaha mengeluarkan suaranya dengan terbata-bata.
"Sudah aku katakan tidak akan pernah ada kebahagiaan dalam hidup kakakku jika menikah denganmu, kenapa kau tidak paham ha?!" geram Audrey terhadap Radisha.Radisha meninggalkan Audrey, dia rasa percuma jika terus berdebat dengan Audrey. Benar kata Danu jika dia harus siap-siap mengabaikan Audrey jika ingin tetap bersamanya, karena Audrey selamanya tidak akan pernah mengertikannya.Audrey kembali menghampiri Radisha, dan menghentikan langkahnya. "Aku masih belum selesai, kenapa kau pergi begitu saja, dasar tidak sopan!" tukas Audrey menarik tangan Radisha lagi.Danu yang sejak tadi mengawasi keberadaan mereka berdua, akhirnya ikut turun tangan demi melerai Audrey yang terus mengusik Radisha."Hentikan Audrey!" Danu menyentak dengan nada baritonnya menatap pada adiknya yangTuan Nara masih berdiri tegak di hadapan istrinya yang tengah duduk di kursi ruang makan. Dia berusaha mencari alasan tepat agar tidak kehilangan muka di hadapan calon menantu yang tidak pernah dia anggap."Aku sama sekali marah bukan karena Radisha, apa hubungannya dengan dia!" Tuan Nara berkelit berusaha menutupi rasa malunya itu, lantaran tebakan Natalie sangat benar jika dirinya marah karena di meja makan ada Radisha yang di anggapnya tidak selevel dengan keluarganya."Ya sudah kenapa kau masih berdiri di situ, lagi pula kami tidak bermaksud meninggalkan kamu makan bersama, biasanya kan kau itu tidak mau gabung dengan kami!" ketus Natalie terhadap suaminya.Natalie begitu kesal pada sikap suaminya, yang selalu memandang rendah Radisha. Padahal selama ini Radisha selalu bersikap patuh padanya, dan tidak pernah melakukan hal aneh-aneh.Sementara Audrey masih menatap pada interaksi antara ibu, dan ayahnya yang sedang berdebat. Dia marah karena su
Radisha berjalan menuju kamar Audrey dengan tangan membawa nampan di isi secangkir teh panas. Dia mengetuk pintu kamar Audrey. Segera terdengar suara langkah kaki beranjak menghampirinya dari dalam kamar itu."Bawa masuk Tehnya, dan letakan di atas meja nakas!" pinta Audrey terhadap Radisha."Baiklah!" sahut Radisha menimpali Audrey.Dengan langkah gontainya, dia meletakan teh panas itu di atas meja tepat di samping ranjang tidur Audrey, calon iparnya."Kamu masih belum menyetujui permintaanku, kenapa?" tanyanya dengan suara menekan, seolah memaksanya.Radisha mendesah pelan, dia tidak habis pikir dengan permintaan Audrey yang menjurus untuk memintanya meninggalkan Danu. "Sampai kapanpun sepertinya aku tidak akan pernah meninggalkan Kakakmu, meskipun kau memberiku tawaran menggiurkan!" ujar Radisha memberanikan diri dia tetap pada pendiriannya.Audrey mengepalkan tangannya dia merasa marah dengan keputusan yang di ambil oleh Radi
Danu menepikan mobilnya saat Tifany sedang terlihat mengotak-atik mesin di kap depan mobilnya."Kenapa dengan mobilmu?" tanya Danu setelah menghampiri Tifany.Tifany pun menolehkan kepalanya menatap pada sumber suara yang menghampirinya. Netranya berbinar saat Danu dengan santai menghampiri. "Em ... ini, eh mobilku tiba-tiba saja ngadat nih," ucap Tifany terlihat salah tingkah saat itu."Apa kau butuh bantuan?" tawar Danu pada Tifany.Wajah Tifany seketika berubah dia begitu senang, karena baru kali ini Danu memperlakukannya dengan ramah. "Iya ... aku butuh bantuan!" ucapnya dengan suara dimanja-manjakan.Danu segera mengambil ponsel di saku jas kerja, dan menelepon seseorang.'Halo ... tolong kau kirimkan montirmu tepatnya di jalan Pegangsaan!' ujar Danu berbicara pada salah seorang pemilik bengkel, kenalannya.Seketika raut wajah Tifany muram, tadinya dia pikir Danu akan membantunya. Akan tetapi, Danu malah menelepon s
"Haruskah aku ikut ke acara kunjungan kerja itu?" tanya Danu meminta saran pada karyawannya itu."Menurut saya Tuan selaku pemilik sekaligus pemimpin di perusahaan ini, sangat wajib untuk menghadiri kunjungan itu, tapi balik lagi ke Tuan, itu terserah Tuan!" katanya menyampaikan dengan ragu."Jika seperti itu sudah kau atur saja acara kunjungan kerja, minta pada Papa saya, dia yang datang ke Perusahaan majalah itu!" ucap Danu meminta karyawannya itu bahwa Papanya yang harus menghadiri kunjungan kerja ke perusahaan Candler."Baik, akan saya sampaikan pada Tuan Nara!" karyawan itu pun segera bergegas keluar dari dalam ruangannya.Danu memijat kepalanya, dia merasa pusing dengan hal itu, selama ini dia tidak pernah mau melakukan kunjungan kerja seperti yang di agendakan perusahaannya pada hari ini. Terdengar suara ketukan langkah yang beradu dengan lantai, dan menuju ruangan Danu."Kamu ini apa-apaan Kak, seharusnya kamu yang datan
Radisha tersenyum saat Danu dengan terus terang mengatakan kalau cintanya itu lebih besar dari pada karangan bunga yang di hadiahkan untuknya."Cie ... ada yang sedang berbunga-bunga rupanya di sini!" goda Natalie pada calon menantunya."AKHHH ... Mama," rengek Radisha malu-malu lantaran calon ibu mertuanya itu terus menggodanya.Radisha memeluk Natalie tanpa segan-segan lagi, berbeda saat dia baru mengenal sosok orang tua dari kekasihnya itu. "Terima kasih Ma, aku merasa bahagia bisa memiliki Ibu sebaik kamu," Radisha meneteskan air matanya ia merasa terharu dengan perlakuan baik ibu mertuanya itu."Mama juga berterima kasih padamu, karena telah membuat Danu jatuh cinta padamu," ucap Natalie mengusap wajah Radisha, dan menghapus air matanya.Danu tersenyum menatap pada keakraban Radisha dengan ibunya, dia sangat berharap kebahagiaan itu tetap akan seperti ini sampai pada akhirnya dia menikah dengan perempuan yang sangat dia cintai.
"Kamu sudah siapkan?" Tanya Natalie pada calon menantunya itu. Radisha menganggukkan kepalanya lalu mengulurkan tangannya untuk di tuntun oleh ibu dari Danu, calon suaminya.Langkah demi langkah hatinya terasa berdesir, seolah akan menghadapi sesuatu yang teramat menyeramkan padahal ini adalah hari sakralnya."Tunggu sebentar Ma," ucap Radisha menghentikan langkah Natalie, sekilas Natalie menoleh padanya."Iya ... kenapa Nak?" sahut Natalie menatap Radisha."Apa benar semuanya sudah siap? Apa Danu juga sudah ada di sana?" tanyanya memastikan.Radisha begitu terkesima saat menghadapi hari pernikahannya ini, entah apa yang dia harus lakukan saat ini."Tentu saja Danu sudah ada di sana, kau ini kenapa?" Natalie bertanya menatap heran pada Radisha. "Apa kau gugup dengan pernikahan ini?" imbuh Natalie."Iya Ma ... Radisha sangat gugup!" jawab Radisha berterus terang.Kemudian Natalie berusaha meyakinkan Radisha, dan
Sementara sopir yang ditugaskan oleh Natalie untuk menjemput besannya di terminal, baru saja datang ke terminal dan mencari ibu yang bernama Prasasti tanpa tahu seperti apa wajahnya.Dari kejauhan terlihat Prasasti menghampiri seorang Pria yang berdiri di samping mobil mewah, ia yakin jika Pria itu adalah sopir yang ditugaskan untuk menjemputnya."Permisi, apakah Bapak ini Sopir dari keluarga Nyonya Natalie ya?" tanyanya penuh harap.Pak sopir itupun memerhatikan Prasasti dari ujung kepala hingga ujung kakinya, ia pun bergumam lantaran dia berpikir tidak mungkin bila keluarga BILLIONAIRE ternama itu memiliki calon besan yang penampilannya biasa-biasa saja itu."Apa Ibu ini yang bernama Prasasti?" tanyanya meskipun tidak percaya pada perempuan yang berdiri di hadapannya ini adalah calon besan dari majikannya."Iya ... saya Prasasti! Memangnya kenapa Pak?" heran ibu Prasasti pada pria yang terlihat cukup gagah itu."Apakah benar An
Semua tamu undangan kini menatap pada Radisha yang sedang memeluk Ibu kandungnya, orang-orang yang menyaksikan itu tampak heran karena seorang istri dari BILLIONAIRE ternama di Jakarta berpelukan dengan seorang perempuan tampak lusuh dengan penampilan layaknya orang kampung."Siapa Perempuan itu Pah?" bisik Stevani ditelinga suaminya."Tidak tahu, jangan-jangan itu Ibunya dari kampung!" balas Tuan Alexandre berbisik-bisik dengan istrinya."Sungguh memalukan!" ucap Stevani menatap remeh pada Radisha yang masih memeluk ibunya.Terbesit di benaknya untuk mengetahui Natalie. 'Apa jadinya kalau Natalie mengetahui kalau Ibunya Radisha berpenampilan seperti ini,' ucap Stevani tersenyum menyeringai.Perlahan Stevani berjalan untuk mencari Natalie, ia ingin mempermalukan Natalie di hari pernikahan putranya itu."Kau mau ke mana Ma?" Alexandre menahan lengan istrinya."Aku mau cari Natalie, dia pasti bakal malu Pah, setelah melihat besannya itu,""Ya kau b