Danu mengernyitkan keningnya ketika di minta oleh papanya untuk segera ke ruangan meeting. Lantaran tidak biasanya papanya itu memintanya untuk segera menemuinya.
"Baiklah, saya akan segera menemuinya! Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu!" titahnya mengibas tangan mengaba-aba pada Karyawannya itu.Danu segera bergegas menuju ruangan meeting, setelah diberitahu oleh salah satu Karyawannya itu. Tetapi, Danu tidak berhenti bergumam lantaran dia heran dengan papanya yang tiba-tiba saja memanggilnya.'Sebenarnya ada apa? Tumben sekali Papa memintaku menemuinya?' batin Danu terus bertanya-tanya.Setelah sampai di ruangan meeting, Danu membuka pintu ruangan, dan menatap pada seseorang yang sangat tidak dia sangka akan mengunjungi kantornya itu."Om Alex, kenapa kau mendatangi Kantor saya?" dengan heran dia bertanya pada Tuan Alexandre Candler."Kamu duduk sebentar, kita bicara baik-baik ini tentang kerja sama kita yang sempat tertunda," TRadisha masih menunggu apa yang ingin di katakan oleh Tifany. Namun, Tifany merasa grogi lantaran di sana juga ada Natalie yang sejak tadi terus mengawasi gerak-geriknya."Sebenarnya Nona mau bicara apa?" tanya Radisha berharap Tifany segera menjawabnya.Seketika Tifany tersadar, berusaha menetralkan kembali pikirannya. "Em ... eh iya. Sebenarnya maksud kedatanganku kemari mau meminta maaf sama kamu Ra, bolehkan aku minta maaf sama kamu?""Tentu saja boleh, siapapun boleh termasuk aku Nona!" ucap Radisha menunjuk dirinya sendiri."Kamu memang Perempuan baik-baik Ra, pantas Danu memilihmu!" selorohnya menatap dengan wajah memelas.Tiba-tiba saja Natalie memperingatkan Radisha, pada perbuatan Tifany yang telah lalu."Kamu jangan mudah percaya pada Perempuan ini Radisha! Kamu harus belajar dari masa lalu, bagaimana dia memperlakukanmu!" ujar Natalie berusaha memperingatkan.Radisha pun berpikir kembali, saat calon ibu mertu
Pagi ini Radisha berniat menemui Danu di kantor, tidak lupa Radisha membawa bekal untuk calon suaminya itu, dan di antarkan seorang sopir yang bekerja di keluarga Naratama itu."Pak sebelum ke kantor antarkan saya terlebih dulu ke toko kue ya," pintanya pada pak sopir.Pak sopir pun menyahuti Radisha, di sela mengemudikan mobilnya. "Baik Non, toko kue yang biasa kan?" tanya sopir pribadi itu."Ya, toko kue yang biasa kita beli Pak!" jawab Radisha.Radisha memang selalu mampir ke toko kue favorit calon suaminya, belum lengkap rasanya jika akan ke kantor menemui Danu tidak membeli kue terlebih dahulu.Radisha begitu cantik dengan mini dress selutut berwarna pink. Dia keluar dari mobil mewah berhenti di depan toko kue, "Pak tunggu sebentar ya," "Baik Non," pak sopir menganggukkan kepalanya saat Radisha memintanya menunggu di mobil.Dengan segera Radisha berjalan menuju toko kue, untuk membeli kue favorit calon suaminya. Da
Radisha memilih pergi dari kantor calon suaminya, karena tidak ingin membuat Danu dengan adiknya terus bertengkar. Bagaimana pun Radisha tidak ingin melihat keluarga kekasihnya itu berantakan hanya karena Danu akan menikahinya.Danu hanya bisa menatap kepergian Radisha dari hadapannya, lantas, Radisha tak mau di antarkan olehnya."Kamu lihatkan? Betapa baiknya Radisha sama kita?" tukas Danu.Dia begitu marah pada Audrey yang sama sekali tidak bisa melihat kebaikan Radisha. Tetap saja Audrey bersikap arogan, kepalanya begitu keras seperti batu dia sangat keras kepala."Baik apanya! Kalau dia Perempuan baik-baik mana mungkin merebut kamu dari Tifany Kak!" ketus Audrey masih bersikukuh.Danu memijat keningnya, lantaran tak mengerti dengan jalan pikiran adiknya. "Sudahlah terserah kamu, sudah ayo kita meeting! Kakak malas berdebat dengan kamu!" dengan kesal Danu meninggalkan ruangannya."Siapa juga yang mau berdebat denganm
Tifany berdecak kesal saat ternyata Radisha tidak mendengarkan ucapannya sedari tadi, sudah panjang lebar dia berbicara. Tapi, ternyata tak mendengar sepatah katapun ucapannya.Meskipun kesal dia masih bersikap baik terhadap Radisha, lantaran dia tidak mau sampai gagal lagi untuk kesekian kalinya dalam merebut Danu dari tangan musuhnya itu."Astaga ternyata kau tidak mendengarkan aku dari tadi ya?" ucap Tifany berusaha tersenyum.Radisha mengusap rambut panjang, dan menyelipkannya ke telinga. "Ah maaf saya tidak fokus, dengan obrolan kita," ucap Radisha tersenyum."Tidak apa-apa, itu hal wajar! Kita kan sekarang Sahabatan!" Tifany menekankan kata persahabatan meskipun sebenarnya tidak rela bersahabat dengan Radisha, yang selalu di anggap musuh olehnya."Iya, tentu saja kita Sahabat Nona! Kalau bukan Sahabat mana mungkin kita satu meja sekarang," sahutnya sambil menyendok makanan di hadapannya."Heum ... iya benar!" ucap Tifany terseny
Danu berusaha bersikap biasa-biasa saja dalam menanggapi sikap kekasihnya yang sudah masuk dalam perangkap Tifany. Walau bagaimanapun Danu tetap pada pendiriannya dia tidak mudah percaya begitu saja pada perempuan licik itu."Kenapa kau diam?" tanya Radisha masih berdiri di hadapan Danu."Aku harus bagaimana? Kenyataannya rasa curigaku ini tidak bisa berubah begitu saja!" jawab Danu tetap bersikukuh tidak mau memaafkan Tifany.Tiba-tiba saja Tifany berusaha meyakinkan Danu, agar bisa menerima maafnya. "Aku hanya ingin kau mempercayaiku saja, aku juga tidak akan mengganggu hubunganmu!" lirih Tifany sengaja memasang wajah melasnya.Danu geram menatap wajah perempuan yang selalu mengganggunya. Bukannya kasihan padanya, Danu malah muak dengan sikap Tifany saat ini. Namun, Danu mengubah pola pikirnya. Lantaran tidak mungkin dia menunjukkan bahwa sebenarnya dia membenci Tifany di hadapan Radisha. "Baiklah, aku memaafkanmu!" ucap Danu terpaksa.
Danu yang sedari tadi fokus mengemudikan mobilnya mulai menyadari jika Radisha terus terdiam, dan terlihat murung sejak keluar dari gedung untuk resepsi pernikahan mereka."Kamu kenapa Hem? Apa yang membuatmu seperti ini?" tanya Danu mengalihkan perhatian Radisha.Tidak mau membuat Danu ikut kepikiran tentang dirinya, yang saat ini terus memikirkan ibunya belum kunjung menyusulnya ke kota, Radisha pun berkelit bahwa dia tidak sedang memikirkan hal apapun."Aku tidak apa-apa, hanya sedikit tidak enak badan!" Radisha berdusta, ia tidak mau membuat Danu yang terlalu bahagia ini ikut merasakan kesedihannya."Apa kamu yakin? Kamu tidak berbohong kan?" tanyanya menatap Radisha dalam-dalam."Tidak apa-apa, fokus saja mengemudikan mobilmu!" pintanya untuk tak terlalu mengkhawatirkan keadaannya."Kalau kau merasa tidak enak badan, atau kamu sakit. Ayo aku antarkan kamu ke Rumah Sakit!" tawar Danu padanya. Namun, Radisha segera menimpali d
"Jangankan menyapaku, sebenarnya kau menatapku pun aku tidak sudi apalagi kau ingin jadi bagian dari keluargaku, aku tidak akan menerimanya!" tukas Audrey kembali membalikkan badannya, dan perlahan berjalan meninggalkan Radisha, dan Danu.Danu yang tidak ingin memperpanjang masalahnya dengan Audrey, ia pun hanya bisa memaklumi sikap adiknya, dan berusaha menenangkan Radisha."Apa kataku ... kau tidak usah ambil hati ucapannya yah, jangan pernah menyapanya percuma kan kamu malah mendapat perlakuan seperti ini darinya!" ucap Danu meraih tangan Radisha.Radisha menganggukkan kepalanya, dia berusaha mengerti apa yang sedang terjadi."Kamu benar, seharusnya aku tidak sok akrab dengan Adikmu," ucap Radisha lirih.Danu merasa kasihan pada Radisha, sekuat apapun Radisha bersikap baik pada Audrey tetap saja mendapatkan penolakan dari adiknya itu. "Kamu yang sabar yah, aku yakin suatu saat Audrey bisa menerimamu dengan baik," ucap Danu meyakinkan.
"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan agar kau yakin bila Kakakmu bisa bahagia setelah menikah denganku?" Radisha berusaha mengeluarkan suaranya dengan terbata-bata."Sudah aku katakan tidak akan pernah ada kebahagiaan dalam hidup kakakku jika menikah denganmu, kenapa kau tidak paham ha?!" geram Audrey terhadap Radisha.Radisha meninggalkan Audrey, dia rasa percuma jika terus berdebat dengan Audrey. Benar kata Danu jika dia harus siap-siap mengabaikan Audrey jika ingin tetap bersamanya, karena Audrey selamanya tidak akan pernah mengertikannya.Audrey kembali menghampiri Radisha, dan menghentikan langkahnya. "Aku masih belum selesai, kenapa kau pergi begitu saja, dasar tidak sopan!" tukas Audrey menarik tangan Radisha lagi.Danu yang sejak tadi mengawasi keberadaan mereka berdua, akhirnya ikut turun tangan demi melerai Audrey yang terus mengusik Radisha."Hentikan Audrey!" Danu menyentak dengan nada baritonnya menatap pada adiknya yang