Share

Part 5

"Aku harus apa, jika Dea menginginkan ayahnya." Ressa berujar setelah mereka cukup lama saling diam dengan pikiran masing-masing.

Tian hanya bisa membisu, dia bahkan tidak tahu tindakan apa yang akan dipilihnya nanti jika itu terjadi.

"Jika kamu pikir aku tidak cemburu dengan Aru, kamu salah. Aku bahkan tahu kamu sangat mencintai Aru waktu itu. Mungkin cintamu untuknya itu melebihi cintamu padaku. Lepaskan aku jika nanti kamu sulit untuk memilih." Ressa tersenyum menepuk pipi Tian di tengah serpihan hatinya yang berantakan.

"Beri aku waktu memikirkan semuanya Sa, agar apa yang aku putuskan terbaik untuk kita semua. Aku akan bicara dengan Aru dan meminta maaf padanya karena sudah menelantarkan anakku." Tian memeluk Ressa dari belakang, membenamkan wajah di ceruk leher sang istri.

Dia sangat takut kehilangan Ressa dan calon anaknya. Tapi jika memaksa mereka bertahan di sisinya itu juga menyakitkan untuk Ressa. Apakah ia harus melepaskan. Sesuatu yang di genggam sangat erat bisa jadi remuk dalam genggaman itu.

"Apapun keputusanmu aku dukung, Tian. Walau aku harus mengalah demi kakakku itu." Ressa membawa tangannya mengelus lembut kepala sang suami.

Tian memejamkan mata, menghela napas panjang. "Tapi aku gak bisa kehilangan kamu, Ressa. Bisakah kamu berjanji untuk tidak meninggalkan aku, apapun yang terjadi nanti. Jangan bunuh hatiku lagi, Sa."

"Tian, ada hal di dunia ini yang bisa kita miliki dan tidak. Semua sudah dituliskan, jika kamu ditakdirkan hanya sebentar untukku, kita tidak bisa berbuat apa-apa."

"Sudah, jangan lanjutkan, Sayang. Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu. Tidak membahas apapun lagi selain tentang kita."

Ressa menangguk menyetujui ide Tian. Dia tidak tahu apakah esok hari masih bisa memeluk suaminya ini.

Sepanjang hari sepasang pengantin baru itu tidak beranjak dari kamar. Mereka menghabiskan waktu untuk bercanda dan tertawa bersama, tanpa memikirkan hal yang membuat kebersamaan mereka terganggu.

"Aku mau kita honeymoon sebelum bertemu Aru." Pinta Tian sebelum mereka memutuskan untuk tidur.

"Kamu atur aja, aku ngikut." Ujar Ressa menurut sambil memejamkan mata.

Setelah memastikan istrinya tertidur, Tian bangun. Ia meminta Denis mengirimkan alamat tempat tinggal Aruna. Sebelum ia dan Ressa bertemu Aruna, dia ingin lebih dulu bicara pada perempuan itu.

Ressa membuka mata, mendengar suara mobil Tian keluar dari garasi rumah. Bagaimana ia bisa tetap mempercayai suaminya itu. Sedang ia tidak tahu kemana Tian setiap malam pergi, benarkah ke apartemen.

Perempuan itu tersenyum miris mengelus perutnya yang mengandung janin berumur lima minggu. "Aku tidak akan menahanmu, Tian. Jika hadirnya aku menjadi penghalang kebebasanmu, maka aku yang akan mengalah membesarkan anak kita sendirian."

Notifikasi pesan mengalihkan perhatian Ressa. Ia membuka pesan yang dikirimkan Aruna. Terlihat foto Tian sedang memeluk Deandra.

[Akhirnya Dea bertemu ayahnya.]  Tertulis dipesan itu.

"Andai kamu izin pergi menemui Aru dan Dea aku pasti mengizinkan, Tian." Ressa memutuskan untuk tidur, hatinya lelah memikirkan Tian yang tidak bisa ditebak jalan pikirannya.

***

[Ayah Dea sekarang sudah berbeda, dia lebih dewasa. Sepertinya akan mudah untuk jatuh cinta padanya.]

Ressa menatap Tian yang masih tertidur setelah membaca pesan dari Aruna yang belum dilihatnya tadi malam. Dia tidak tahu jam berapa Tian pulang. Pikirannya mendadak buntu, tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Selain ada keponakannya yang butuh ayah, anaknya juga membutuhkan sosok seorang ayah.

"Morning, Honey. Kenapa menatapku seperti itu." Tian tersenyum mengecup pipi kiri Ressa, perempuan itu memberikan ponselnya pada sang suami. Dia ingin semuanya terang, lebih cepat semuanya beres, lebih baik.

"Kita gak usah honeymoon dulu, Tian. Selesaikan apa yang ada diantara kalian. Aku akan terima apapun yang kamu putuskan nanti." Ressa meninggalkan kamar, dia menuju pekarangan belakang menghirup udara segar di sana. Otaknya sedang butuh pencerahan, sekarang benar-benar tidak bisa berpikir lagi. Aruna, Dea, Tian, semuanya berputar-putar di kepala.

Tian terdiam setelah membaca isi pesan yang Ressa tunjukkan. Hatinya sekarang bimbang, setelah bertemu Aruna tadi malam tidak bisa dipungkiri hatinya berbunga-bunga. Apa dia masih terjebak pada perasaan cinta belasan tahun lalu. Atau hanya terlalu senang bertemu dengan putrinya.

Permintaan Deandra tambah membuat Tian tidak bisa berkutik. Gadis itu ingin terus bersamanya.

"Aku gak bisa tinggalin Dea, Sayang. Dia ingin bersamaku." Tian menyusul Ressa ke belakang.

Ressa sudah tau semua ini akan terjadi. Deandra sangat ingin bertemu ayah kandungnya. "Aku paham Tian, tidak apa. Kamu temani Aru bertemu ayah dan ibu." Katanya sambil tersenyum manis.

Ya, Ressa tahu, itu yang Aruna inginkan. Setelah bertemu ayah Deandra, dia akan membawanya ke rumah dan mengenalkan pada ayah dan ibu. Entah sebagai apa, mungkin calon suami. Ibu pasti memaafkan Aruna, berbeda ketika dia yang melakukan kesalahan. Tidak akan termaafkan.

"Kamu gak akan ninggalin aku kan, Sayang?"

"Di dunia ini tidak semua yang kita mau bisa kita genggam, Tian. Nanti aku urus perceraian kita, please jangan tahan aku lagi. Aku akan jaga anak ini dengan baik. Setelah lahir kamu bisa mengunjunginya kapanpun."

"Sayang, jangan begini. Jangan tinggalin aku, bantu aku hadapi semua ini." Mohon Tian, menangkap tangan Ressa yang ingin pergi.

Ressa mengusap lembut tangan itu sambil tersenyum, "cinta kamu sama Aru masih ada, Tian. Lain kali aku akan menemui mereka." Ucapnya lalu melepaskan tangan Tian.

Tian tidak bisa melakukan apapun. Dia terhimpit keadaan yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status