"Kurang ajar!" Yasa masuk dengan amarah yang memuncak, sementara ibunya di antar kembali oleh pengawal Qiera ke ruangannya. Tubuh Yani gemetar, dia benar-benar takut ketika melihat Yasa tiba-tiba masuk, dan mendekat ke arahnya. "Ampun, Mas, aku akan mengembalikan semuanya nanti." Yani menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tapi Yasa berhasil menarik tubuhnya sampai jatuh ke lantai. "Kau tahu, Bapak akan semakin marah melihatmu seperti ini! Dan ya, aku tidak apa-apa jika kau memang menginginkan emas dan uangku, tapi bagianmu akan menjadi milikku!" bisik Yasa dengan penuh penekanan. Yani mencoba mendorong Yasa, tapi gagal. "Jangan serakah, Mas. Walau bagaimanapun anak Bapak cuman ada kita, kalau memang kamu tidak mau punya saingan, langkahi dulu mayatku!" tantang Yani. Yasa terbahak, ia menatap adiknya dengan senyuman yang spesial. "Tadi bahkan aku sudah akan berhasil membunuhmu dan kali ini pun bisa asal aku menginginkannya. Satu hal yang pasti, Bapak tidak mungkin menganggapmu an
Belum sempat Yani mendekat, Angkasa menendang punggungnya sampai dia terjatuh tepat di bawah kaki ibunya. "Kenapa, kamu mau pel lantai?" tanya Ibu dengan wajah bahagia. "Segeralah lakukan, lebih cepat lebih baik. Yani melebarkan matanya. "Tidak, ini sudah hampir gelap, untuk apa pel rumah. Lagipula aku bukan orang yang suka mengerjakan pekerjaan rumah," bentak Yani tidak terima. "Apa yang kau bilang barusan?" Ibu menghentikan aktivitasnya menghitung uang dan menarik rambut Yani hingga ia mendekat ke arah ibu mertuanya. "Siapa kau di sini sampai berani mengambil keputusan? Anak sulungku saja tidak berani, tapi kau yang baru masuk langsung menentang?" Yani ketakutan dengan senyuman ibu mertua yang berbeda ketika dirinya dan Angkasa masih berpacaran. "Takut? Mau kena tangan apa kaki ini wajah?" tantang ibunya lagi. Yani melepas tangan ibu yang entah sejak kapan sudah ada di lehernya dan membuatnya tidak bisa bernapas dengan baik. "Arrgh ... tolong!" teriaknya, tapi sayang yang ting
KSIBP 56"Woy, bangun! Jangan kebo, ayo lakukan pekerja dapur!" Suara pintu kamar yang ditendang Angkasa sambil berteriak membuat Yani terbangun dari tidurnya. Ternyata dia menangis semalaman sampai tidur dalam keadaaan ini. Yani menghembuskan napas lega ketika pintu masih terkunci. Setidaknya Angkasa tidak langsung masuk dan menyeret tubuhnya keluar. Yani hanya bisa tersenyum miris ketika sadar kalau hal ini bukanlah mimpi. Dia memang sudah masuk ke lingkungan orang-orang yang katanya dulu sangat menyayanginya itu, tapi sekarang perlakukan mereka berbanding terbalik. "Woy, bangun!" Angkasa kembali berteriak. "Iya, sebentar!" Yani menyahut dari dalam kamar. Sekarang ia tahu apa itu perjuangan mendapatkan hati suami dan mertua seperti yang dilakukan Qiera, tapi tetap saja ada benci di hatinya kepada mantan istri kakaknya itu Yani berpikir kalau Angkasa dan keluarganya mungkin memperlakukan dia hanya sementara. Apalagi kalau tahu Yani ternyata benar orang kaya, tapi pikiran ba
KSIBP 57Pertarungan kali ini dimenangkan oleh Yani. Aktingnya sekarang akan digunakan. Terserah keluarga Angkasa percaya ataupun tidak, tapi Yani segera mengambil langkah. Diambilnya gunting yang ada di bawah lantai, lalu diarahkan ke tangannya sampai darah segar keluar dari tangannya. Lalu dia taruh gunting itu di tangan Lintang yang juga tidak sadarkan diri. Yani berjalan ke arah pintu, memutar anak kuncinya, lalu berpura-pura pingsan. Dia ingin melihat apakah keluarga Angkasa akan membawanya ke rumah sakit atau hanya Lintang yang akan diobati. Jika ada kesempatan, Yani akan melarikan diri, dan meminta bantuan Qiera agar bisa bebas dari jeratan keluarga suami yang menikahinya hanya karena keuntungan itu. Angkasa dan ibunya menjerit histeris ketika melihat kedua wanita itu terkapar tidak berdaya. Ditambah tangan Yani mengeluarkan banyak darah. Tidak lama, Lintang tersadar, dan menceritakan apa yang terjadi. Namun, Angkasa dan ibunya hanya bisa pura-pura percaya. Karena saat ini
KSIBP 58Om Dino kembali tertawa ketika melihat semangat sahabat yang awalnya membara, kini padam seketika hanya karena beberapa kata. Sementara Yani menceritakan semua derita yang didapatkannya dari keluarga Angkasa. Mamanya Qiera yang kesal dengan cerita Yani pun mendekat, begitu juga Mala yang kebetulan sedang berkumpul di sini karena katanya berok Diko dan keluarganya akan datang ke sini untuk menyaksikan maksud baik kepada Qiera. "Ternyata tabur tuai itu ada, ya," sindir Mala membuat Yani dan Qiera menatap ke arahnya, "tapi baguslah, biar bisa dijadikan sama orang-orang karena langsung dibayar tunai." Yani menunjukkan kepalanya, dia sungguh malu dengan apa yang dikatakan Mala, karena itulah kebenarannya. Dulu kata-katanya kepada Qiera sangat tajam, bahkan fitnah tidak segan dia keluarkan agar Qiera lagi dan lagi dimarahi oleh Yasa. "Sudahlah, Mala, aku gapapa." Qiera berusaha membuat temannya untuk diam. "Kenapa? Orang yang aku katakan ini benar adanya, kok." Mala mencelos d
KSIBP 59 Qiera tersenyum lebar ketika membayangkan perlakuan apa yang akan didapatkan Yani. Dia melakukan ini karena tega, tapi justru malah ingin Yani berubah menjadi orang yang baik. "Kayaknya dia bermaksud merebut sahabat, Mbak." Pak Supir yang duduk di balik kemudi buka suara. Qiera tersenyum. "Iya, Pak. Saya sudah melihat gelagatnya ada yang aneh, makanya saya antar dia ke sini. Bahaya kalau dekat lama-lama sama orang yang kaya gitu," jelasnya. "Iya, Mbak. Untung Mbak juga sadar lebih cepat, ya. Tadi dia malah berkata 'katanya Mbak gak pantas buat menjadi sahabatnya Mbak Mala'." Pak Supir menceritakan apa yang tadi didengarnya. "Dasar. Dia tidak tahu aja kalau Mala itu cerdik, bahkan dia gak mau namanya diingat sama orang yang picik. Pejabat yang koruptor kemarin saja itu dilaporkan Mala, pas ada aparat yang bela, Harun ikut dikubu istrinya. Jadi, deh, itu koruptor di penjara di tempat yang seharusnya." Qiera tertawa kecil ketika membayangkan aksi Mala dan suaminya beberapa
KSIBP 60 Ibu masuk ke kamarnya untuk memikirkan apa yang diminta anaknya itu sambil menemukan cara yang tepat agar anaknya bisa masuk ke rumah Qiera dengan cara yang terhormat. Yani tersenyum menyeringai. Ia tahu kalau ibunya akan melakukan apapun demi kebahagiaan anak bungsunya itu meski harus mengorbankan dirinya sendiri. Yasa tidak tahu apa yang sedang direncakan Ibu dah adiknya. Dia hanya berpikir kalau Yani berubah menjadi orang yang baik beberapa hari ini. *** "Aku akan ada di rumah selama Mas kerja," ucap Yani penuh semangat. Karena hanya dengan Yasa kerja, dia punya kesempatan untuk mengambil uang, dan barang-barang berharga Yasa yang lainnya. "Oke." Yasa setuju dengan cepat. Sebenarnya dia tidak akan berangkat kerja, tentu saja karena dia sudah curiga ada sesuatu hal yang sedang direncanakan adiknya itu, dan sudah pasti bukan hal yang baik. Ibu dan Yani saling melemparkan tatapan. Hal itu membuat Yasa semakin curiga ada sesuatu di antara keduanya. "Asal Ibu tahu kal
KSIBP 61 "Gila! Aku benar-benar tidak habis pikir Mas Yasa bisa melakukan hal ini!" Yani mengacak rambutnya frustasi. Dia sungguh tidak menyangka kalau Yasa punya persiapan seperti ini. Mereka bertiga stress bersama di mobil yang diparkirkan di pinggir sebuah jalan yang biasa di pakai anak-anak muda untuk nongkrong. "Sepertinya kakakmu memang sudah merencanakan hal ini," tebak Angkasa sambil membayangkan sikap Yasa selama ini. "Enggak mungkin!" Ibu menolak keras. "Aku ibunya, aku lebih tahu seberapa tinggi tingkat kecerdasan anak-anakku, dan dia jauh di bawah bapaknya." Yani dan Angkasa memugar otaknya lebih keras lagi, tapi sayangnya mereka tidak menemukan alasan yang cocok. "Sudahlah, pokoknya sekarang kita pulang ke rumah," titah Ibu, "dan kamu Angkasa, untuk sementara ini tinggallah di rumah. Kalian harus bekerja keras bersama-sama untuk menemukan dimana barang-barang berharga itu dia simpan. Yani setuju dengan cepat, tapi tidak dengan Angkasa. Pikirannya saat ini begitu ka