“Kamu jahat banget, Mas. kamu sudah tipu aku.” Raung Shella di ruang tamu rumah sederhana itu. kepergian Anton yang tanpa kabar hampir sebulan, buat Shella dalam masalah dan dilema. Dan hari ini Anton sudah kembali tanpa memberi kabar juga pada istrinya.Shella terisak, menahan sakit. bukan hanya sakit namun juga merasa malu. Sebab dulu ia tega berzina di belakang Arzan. Ia lebih memilih kembali pada Anton, pria yang dulu menghamilinya tanpa tanggung jawab, dan hingga mereka menikah, Anton juga tak memberi nafkah yang layak pada Shella.Anton membuang pandang, tak tega melihat wajah istri sirinya yang bersimbah air mata. Kepulangannya kemarin adalah untuk mengunjungi istri sahnya di luar pulau secara diam-diam. Namun sungguh kejutan luar biasa yang Anton dapatkan. Apa yang dulu ia lakukan bersama Shella di depan Arzan. Seperti itu pula yang istrinya bersama pria lain tepat di depan mata Anton. Rumah mereka yang agak sepi dari penduduk, buat istrinya bebas memasukkan laki-laki kedalam
Baru Yasmin akan mencandai Arzan lagi namun mbak Mia sudah masuk membawa sekantong obat dengan wajah berkerut nampak marah. Membuat Yasmin dan Arzan menjadi heran.Dan keheranan keduanya berubah menjadi rasa terkejut saat dari belakang muncul mama Atifa dan juga Rita bersama suaminya. Anak om Aryo yang menikah kemarin.“Yas, ini Rita yang kemarin nikah. Yasmin mau lahiran Rit, jadi nggak bisa datang kemarin.” Mama Atifa yang memulai pembicaraan karna ia juga paham bila menantunya belum terlalu mengenal istri dari putranya. Kemudian Yasmin mengangguk ramah pada Rita dan suaminya.Nampak sesekali Rita mencuri pandang pada mbak Mia yang tak menggubris kedatangannya sejak tadi. Mbak Mia malah sibuk merapikan lemari yang digunakan Arzan untuk menaruh makanan, air minum dan obat-obatan.Kamar kelas satu yang dipilih Arzan untuk perawatan melahirkan Yasmin cukup lengkap. Ada lemari pakaian, kulkas mini, dan juga lemarin makanan, juga sudah disediakan dispenser air minum yang bisa panas dan d
Ada rasa canggung yang menyeruak. Begitu jelas antara Shella dan Arzan. Semakin canggung sebab di ruangan ini Shella harus bertemu dengan mantan ibu mertuanya. Dulu Shella selalu tak mengannggap Arzan dan ibunya. Kurang menghargai dan menghormati.Andai ingin menuruti sakit hati yang dulu, mungkin mantan mertuanya ini tak menyambutnya dengan hangat.“Shella,” mama Atifa yang duluan maju, menyambut mantan menantunya dan mengangguk ramah pada Anton. laki-laki yang menjadi suami Shella sekarang.“Ma,” Shella mendekat, menjabat dan mencium tangan amma Atifa dengan takzim. “Aku minta maaf, Ma. Aku banyak slaah sama mama.”“Sudah, sudah. Jangan diingat lagi.” Mama Atifa menepuk pelan, pundak Shella lalu menyambut pelukan perempuan yang rambutnya tak lagi diwarnai.Sementara Arzan ikut mendekati Anton dan menyambut dengan baik. Tentu setelah ia memberi kode pada Yasmin yang masih terbaring.Hal memalukan pernah terjadi diantara mereka. Bagaimana dulu awal keduanya bertemu saat Arzan memergok
Kumala menatap nanar layar ponselnya yang baru saja mati. wanita ayu ini baru saja mengirim pesan pada laki-laki yang bergelar suaminya.ia tahu, suaminya tak keluar kota sendiri. ia tahu diam-diam suaminya menjalin kasih dengan wanita yang ia kenal cukup baik.___“Sampai, kapan kita akan terus sembunyi-sembunyi gini, Mas. aku juga ingin status yang sah.” rajuk Fiona, dengan wajah marah. Rasanya ia tak sabar ingin memiliki seutuhnya lelaki yang sedang duduk di hadapannya ini. Lelaki bertubuh tinggi besar, berhidung bangir yang juga suami dari sahabatnya. Ia tak perduli bila harus dicap sebagai pelakor, perusak rumah tangga orang ataupun nikung teman. Tubuh yang terjaga di usia tiga puluh empat tahun, karir yang mapan dan belum hadirnya anak di antara Dirham dan Kumala, buat wanita yang sudah dua kali menjanda ini nekat ingin memiliki suami Kumala dan tak ingin membaginya. “Kita nikah siri, mau?“Nggak mau, aku nggak mau dijadikan kedua, Mas pilih aku atau istrimu yang mandul itu.” de
“Ada satu lagi, Mas yang ingin kusampaikan.” Kumala bergeser ke samping, sedikit menjauh dari suaminya.“Apa, Sayang?” Dirham menatap wajah cantik Kumala, dengan kebahagiaan yang membuncah.“Aku ingin, kita cerai, Mas.”Bagai fatamorgana saja kebahagiaan yang Dirham rasa tadi, indahnya pelangi yang ditatap tiba-tiba berubah menjadi awan yang gelap, siap memuntahkan hujan lebat.“A-apa maksudnya, Sayang?” Dirham menatap Kumala dengan rasa tak percaya.“Aku tahu kamu selingkuh, Mas. aku tahu kemana kamu pergi selama ini, aku juga tahu dengan kepergian kamu kemarin bersama Fiona.” Pecah tangis Kumala, menjeda kalimat panjang yang ingin ia ucapkan.Dirham kelu, tak percaya dengan kata-kata Kumala yang mampu menyibak semua kelakuan busuknya bersama Fiona.“Mala…”“Hampir dua tahun kalian curang di belakangku, menyakitiku dan menusukku dari belakang,” wajah cantik itu berlinang air mata. Sungguh pedih batin Kumala. Laki-laki yang ia harap hanya akan menjadikannya satu-satunya wanita dalam h
Kumala terjebak sesaat antara keagunan harga diri yang ia pertahankan dan luka yang harus ia sembuhkan.“Aku siapkan makan malam, Mas.” Kumala berhasil melepaskan diri dari dekapan erat lelakinya itu.Kumala tak terlalu repot, sebab makan siang yang sudah ia masak sedari pagi masih utuh. Ia hanya cukup memanaskan saja, dan menjerang air untuk membuat teh aroma melati kesukaan Dirham. Hampir tiap malam Dirham akan minum secangkir teh melati tanpa gula, setiap selesai makan. Biasanya Kumala sajikan dengan sepiring kue bolu ataupun cemilan lainnya.“Mas suka kuenya?” kemanisan nggak?” Begitu pertanyaan-pertanyaa Kumala bila ia selesai praktek membuat kue yang ia lihat di youtube tutorialnya.Dan seperti biasa, Dirham hanya akan tersenyum, tak pernah protes apa yang Kumala sajikan untuknya. Kadang-kadang juga Kumala kumat manjanya. Ia bisa minta duduk di pangkuan Dirham sambil menikmati kudapan malam dan secangkir teh hangat di depan TV. Lalu bermanja dan cengkrama keduanya akan berkahir
__Bagaimana sekarang? Bagaimana Kumala akan memberitahukan pada ibu mertuanya, tentang keinginannya untuk berpisah. Melihat senyum bahagia penuh syukur dari wajah wanita bijaksana itu, buat Kumala bimbang.Tak dipungkiri oleh Kumala, bila selama pernikahannya dengan Dirham, ia mendapat perlakuan yang begitu baik dari keluarga suaminya, terutamama mama mertuanya. Walau belum lahir seorang anak dari rahim Kumala, namun beliau tak mempermasalahkannya.“Anak itu rejeki dari Allah, ada atau tidak,yang penting kalian berdua tetap akur sudah buat mama bersyukur. Bagi mama yang penting kalian sehat-sehat nggak ada masalah, insya Allah kalau sudah waktunya, pasti Allah kasi rejeki anak.” Begitu ucapan tulus bu Saida pada Kumala dan Dirham, suatu siang. Saat keduanya selesai memeriksakan kesehatan di salah satu klinik.Kumala menyimpan sisa anggur hijau yang tadi ia makan, entah mengapa tadi rasanya ingin sekali makan buah segar ini. bahkan ia tak lagi makan nasi setelahnya. Sementara buah-bua
Netra Dirham memerah, membayangkan sesakit apa perasaan istrinya yang sudah yatim sedari kecil ini.“Bajunya jangan yang mahal-mahal, Mas. Aku nggak biasa beli baju mahal.”“Nggak usah sering belikan aku baju, Mas, nanti lebaran aja baru beli baju lagi. Buat Mas aja, kan Mas kerja.”Dirham tahu, Kumala tak enak menggunakan uang nafkah yang ia berikan.“Cari uang kan nggak gampang, Mas.” Begitu ucap Kumala saat Dirham bertanya mengapa tak ingin beli baju ataupu perhiasan dan make up seperti wanita lainnya.“Aku Cuma perempuan kampung, Mas. Kenapa kamu terima perjodohan ini?” tanya Kumala padanya saat malam pertama mereka. Selain karna dijodohkan, Dirham sendiri sudah menaruh rasa pada Kumala, saat jumpa pertama dulu di rumah gadis itu, saat ibunya mengajak drinya sambang ke desa, melihat rumah mereka di desa sekaligus mengunjungi ibu Kumala, yang juga kawan akrab mamanya.Sikap yang bersahaja, tutur bahasa yang santun dan juga wajah cantik alaminya, hadirkan debaran yang berbeda di ha