Neira tidak pernah merasa sangat lelah hanya karena membuat kue. Mungkin karena mereka tidak membuat hanya satu melainkan berbagai jenis dan rasa dalam waktu yang bersamaan.
Melihat begitu banyaknya kue yang tersusun rapi di atas meja membuat Neira berpikir mungkin Frida akan mengadakan sebuah pesta besar dengan mengundang banyak orang. Atau mungkin kue-kue itu akan dijual.
Namun, ketika ditanya Frida mengatakan bahwa itu untuk mereka konsumsi sendiri.
"Dan ini yang terakhir." Frida memasukkan loyan berisi adonan ke dalam oven lalu mengatur waktu kematangannya.
Neira sendiri mulai membersihkan meja yang mereka gunakan tadi ketika Frida kembali menghampirinya. "Nei, ayo keluar. Sudah sore, naiklah ke kamar untuk mandi."
"Sebentar, Bunda. Neira selesaikan ini dulu." Peralatan membuat kue seperti mangkuk, mixer, dan sendok-sendok Neira bawa ke tempat pencucian piring.
"Tinggalkan saja, nanti biar Bi Rumi yang rapikan," kata Frida. "Bi, tolong,
Tidak pernah sebelumnya Neira merasakan ketidaknyamanan dalam tidurnya. Sejak semalam matanya sudah sulit terpejam, sehingga ia tidak mengingat pada pukul berapa alam bawah sadar benar-benar mengambil alih rasa kantuknya.Mungkin karena hal itu juga yang membuat Neira menjadi terlambat bangun. Padahal itu adalah hari pertamanya tinggal di kediaman keluarga Prayoga, seharusnya ia bisa bangun lebih awal dari penghuni rumah itu.Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Neira tetap memaksakan diri untuk bangun. Ia sedang mencari keberadaan ponselnya yang entah jatuh di mana saat dimainkan sebelum tertidur tadi malam.Ketika menoleh ke samping kanan, Neira langsung terkejut dan dengan refleks memundurkan badannya sampai terjatuh ke bawah. Jelas saja hal itu membuat Neira mengaduh kesakitan sebab bokong dan punggungnya menjadi santapan pagi lantai yang dingin.Suara teriakan Neira yang begitu nyaring berhasil membangunkan Atlan yang sejak tadi tidur di
Ada yang mengatakan bahwa feeling seorang ibu kepada anaknya sangat kuat. Meski terpisah jarak bermil-mil jauhnya, akan selalu ada firasat yang dirasakan ketika seorang anak merindukan atau memikirkan ibunya.Seperti ikatan Elvina dan Neira. Mereka seolah sama-sama merasakan rindu sehingga berlomba untuk mengetahui kabar masing-masing.Sebelumnya Neira yang berniat untuk menelepon Elvina. Tapi, saat baru ingin mendial nomor mamanya, wanita itu sudah lebih dulu melakukan panggilan video call.Dengan senyum mengembang Neira menyapa Elvina dari balik layar ponsel. "Halo, Ma."Tak berbeda jauh dengan Neira, Elvina pun nampak tersenyum bahagia. "Halo, Sayang. Apa kabar? Bagaimana hari pertamamu di rumah baru, hem?"Neira yang awalnya duduk di sofa depan televisi, berdiri lalu berjalan menuju balkon. Cuaca cerah pagi ini sangat pas dinikmati dengan jus buah atau es krim. Tapi Neira terlalu malas untuk turun membuat jus atau membeli es krim."Harus
Senin kembali menyapa, rasanya satu hari libur di Minggu kemarin belumlah cukup untuk mengistirahatkan pikiran dari rumitnya pelajaran.Hal yang dirasakan Wawa ini justru berbanding terbalik dengan Neira yang begitu semangat menantikan pelajaran pertama usai mengikuti upacara bendera yang setiap hari Senin dilaksanakan oleh Pelita Husada.Bagaimana antusiasnya gadis itu dalam menata buku pelajaran matematika di atas meja sembari menunggu Pak Wahyu masuk kelas, lebih dari cukup menjelaskan bahwa Neira memang hobi belajar.Jika Neira sibuk pada bukunya, Wawa justru sedang menenggak habis air pada botol keduanya."Nei, Lo ada bawa air gak? Gue masih haus nih." Wawa memasukkan kedua botol air minum yang sudah kosong itu ke dalam laci meja tanpa repot-repot harus membuangnya di tempat sampah."Dua botol masih belum cukup?" tanya Neira heran sekaligus takjub. Bisa-bisa gadis itu akan merasakan kembung pada perutnya jika mengonsumsi banyak air.Tap
Hasil rapat OSIS sudah keluar. Untuk perayaan ulang tahun SMA Pelita Husada yang ke dua puluh lima tahun, semua sepakat untuk mengadakan lomba kebersihan dan keindahan kelas.Tidak hanya lomba, untuk membuat perayaan itu lebih meriah akan ada pesta topeng di malam hari. Sedangkan di pagi hari ada persembahan dari masing-masing kelas berupa akustik atau menyanyi solo.Karena acaranya tinggal setengah bulan lagi, semua kelas harus mulai bersiap. Tak terkecuali kelas dua belas IPA 3.Sebelumnya, Ibu Rika selaku wali kelas IPA 3 sudah menghimbau agar tidak ada yang meninggalkan kelas saat bel pulang berbunyi. Hal itu diharapkan karena ia akan memberikan arahan apa saja yang perlu mereka lakukan.Ibu Rika sudah berdiri di depan kelas seperti ketika mengajar. Namun tentu saja kali ini bukan itu yang dilakukannya, melainkan ia sedang memimpin rapat kelas."Dengar anak-anak. Kalian pasti sudah tau kan, perayaan anniversary Pelita Husada tahun ini akan diad
Di suatu siang, Neira sedang mengerjakan tugas sekolah di kamar. Hanya dia sendiri tanpa Atlan. Semua seperti sudah diatur. Ketika Atlan ada di kamar maka Neira yang berada di luar. Entah di dapur, entah di halaman samping, atau di balkon. Dan saat Neira yang mendapat kesempatan berada di kamar, maka giliran Atlan yang keluar. Tetapi hanya ada satu tempat yang menjadi favorit cowok itu belakangan ini, yakni ruang keluarga.Mereka hampir tidak pernah menghabiskan waktu berdua di kamar. Kecuali jika ingin tidur dan bangun di pagi hari. Meski tanpa membuat kesepakatan, kebiasaan ini seolah memberi waktu sendiri kepada diri mereka masing-masing.Namun, tetap saja untuk beberapa hal mereka tidak bisa menghindari pertemuan. Seperti saat ini, ketika Atlan sengaja menemui Neira yang masih berada di kamar.Usai membuka pintu, Atlan hanya mencondongkan badannya tanpa repot-repot untuk masuk. "Lo udah selesai belum?" tanyanya.Neira yang tidak mengetahui bahwa Atlan
Hari Kamis kali ini menjadi begitu berat bagi kelas dua belas IPA 1 yang baru saja selesai melaksanakan ulangan harian matematika. Pelajaran yang hampir membuat kepada Aydin pecah karena tidak berhasil menjawab satupun soal dengan benar, mengingat ia hanya mengandalkan insting.Jika Aydin frustasi karena sebentar lagi remedial menanti, Atlan justru terlihat biasa saja seolah ulangan tadi adalah tugas latihan.Aydin sudah gusar sejak Pak Wahyu keluar dari kelas mereka. Dan sekarang cowok itu mulai mengoceh tidak jelas. "Kalo kayak gini terus, kapan gue pinter."Atlan yang duduk di sampingnya mencibir. "Lo emang gak bakalan pinter kalau ulangan tanpa persiapan. Belajar, Udin."Mata elang Aydin menatap tajam ke arah Atlan. "Lo mau tukeran otak sama gue? Lo mah gampang ngomong kayak gitu, secara siswa peraih juara umum. Lah, gue?"Kali ini Atlan tertawa. "Tuhan itu ciptaan otak setiap manusia sama. Isinya doang yang beda."Mungkin Aydin tidak ta
Meski Atlan sudah mengiriminya pesan, tapi Neira tetap tidak bisa pulang bersama cowok itu.Setelah sekolah bubar, kelas dua belas IPA 3 kembali mengadakan pertemuan untuk membahas masalah lomba yang Pelita Husada adakan spesial perayaan anniversary sekolah itu yang ke dua puluh lima tahun dua Minggu lagi.Bedanya, jika kemarin mereka mendiskusikan tema untuk dekorasi kelas, hari ini mereka mulai membahas bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk dekorasinya.Akhirnya setelah Neira menyampaikan ide tema untuk kelas mereka, semua teman-temannya langsung setuju. Bahkan disambut baik oleh Ibu Rika.Tema yang Neira usulkan adalah pohon kebersamaan. Di mana nanti pada dinding belakang kelas yang awalnya polos akan digambar sebuah pohon bercabang. Setiap cabangnya nanti akan ditempeli foto masing-masing siswa-siswi dua belas IPA 3 sebagai pengganti daun.Kenapa harus pohon, Neira tentu memiliki penjelasan untuk itu. Neira menganggap bahwa pohon ada
Neira hampir lelah berdiri di atas kakinya. Beberapa menit yang lalu ia melihat Maher, Wawa, dan Dwi sudah meninggal toko itu, tapi setelah lima belas menit berlalu Atlan belum juga datang menjemputnya.Kesabarannya hampir habis, dan ia sudah berniat untuk menghubungi Atlan di saat yang bersamaan sebuah suara klakson mobil dari arah belakang membuatnya terkejut. Melihat pemilik mobil itu adalah Atlan, Neira akhirnya bisa bernapas lega."Mau terus di situ atau masuk?" Atlan berteriak tanpa keluar dari mobil.Tentu saja masuk. Neira tidak mungkin terus menjemur dirinya di bawah sinar matahari yang sudah membuat kulitnya memerah."Padahal jalanan ini deket dari rumah. Tapi, kok lama banget sampainya." Neira memang sudah merencanakan untuk mengomeli Atlan saat cowok itu datang."Sebenarnya, tadi gue masih di sekolah pas Lo chat," ujar Atlan tanpa beban.Jawaban Atlan membuat Neira menganga. "Terus kenapa Lo bilangnya udah di rumah. Tau gitu gue