Hari Kamis kali ini menjadi begitu berat bagi kelas dua belas IPA 1 yang baru saja selesai melaksanakan ulangan harian matematika. Pelajaran yang hampir membuat kepada Aydin pecah karena tidak berhasil menjawab satupun soal dengan benar, mengingat ia hanya mengandalkan insting.
Jika Aydin frustasi karena sebentar lagi remedial menanti, Atlan justru terlihat biasa saja seolah ulangan tadi adalah tugas latihan.
Aydin sudah gusar sejak Pak Wahyu keluar dari kelas mereka. Dan sekarang cowok itu mulai mengoceh tidak jelas. "Kalo kayak gini terus, kapan gue pinter."
Atlan yang duduk di sampingnya mencibir. "Lo emang gak bakalan pinter kalau ulangan tanpa persiapan. Belajar, Udin."
Mata elang Aydin menatap tajam ke arah Atlan. "Lo mau tukeran otak sama gue? Lo mah gampang ngomong kayak gitu, secara siswa peraih juara umum. Lah, gue?"
Kali ini Atlan tertawa. "Tuhan itu ciptaan otak setiap manusia sama. Isinya doang yang beda."
Mungkin Aydin tidak ta
Meski Atlan sudah mengiriminya pesan, tapi Neira tetap tidak bisa pulang bersama cowok itu.Setelah sekolah bubar, kelas dua belas IPA 3 kembali mengadakan pertemuan untuk membahas masalah lomba yang Pelita Husada adakan spesial perayaan anniversary sekolah itu yang ke dua puluh lima tahun dua Minggu lagi.Bedanya, jika kemarin mereka mendiskusikan tema untuk dekorasi kelas, hari ini mereka mulai membahas bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk dekorasinya.Akhirnya setelah Neira menyampaikan ide tema untuk kelas mereka, semua teman-temannya langsung setuju. Bahkan disambut baik oleh Ibu Rika.Tema yang Neira usulkan adalah pohon kebersamaan. Di mana nanti pada dinding belakang kelas yang awalnya polos akan digambar sebuah pohon bercabang. Setiap cabangnya nanti akan ditempeli foto masing-masing siswa-siswi dua belas IPA 3 sebagai pengganti daun.Kenapa harus pohon, Neira tentu memiliki penjelasan untuk itu. Neira menganggap bahwa pohon ada
Neira hampir lelah berdiri di atas kakinya. Beberapa menit yang lalu ia melihat Maher, Wawa, dan Dwi sudah meninggal toko itu, tapi setelah lima belas menit berlalu Atlan belum juga datang menjemputnya.Kesabarannya hampir habis, dan ia sudah berniat untuk menghubungi Atlan di saat yang bersamaan sebuah suara klakson mobil dari arah belakang membuatnya terkejut. Melihat pemilik mobil itu adalah Atlan, Neira akhirnya bisa bernapas lega."Mau terus di situ atau masuk?" Atlan berteriak tanpa keluar dari mobil.Tentu saja masuk. Neira tidak mungkin terus menjemur dirinya di bawah sinar matahari yang sudah membuat kulitnya memerah."Padahal jalanan ini deket dari rumah. Tapi, kok lama banget sampainya." Neira memang sudah merencanakan untuk mengomeli Atlan saat cowok itu datang."Sebenarnya, tadi gue masih di sekolah pas Lo chat," ujar Atlan tanpa beban.Jawaban Atlan membuat Neira menganga. "Terus kenapa Lo bilangnya udah di rumah. Tau gitu gue
Sama seperti di kelas IPA 3, di mana semua orang sibuk mendekor kelas mereka. Di kelas dua belas IPA 1 pun demikian. Tapi, jika Neira terlihat sebagai orang yang paling sibuk diantara yang lain, Atlan justru kebalikannya.Mungkin Atlan adalah siswa terpintar di Pelita Husada. Bukan hanya dibidang akademik tapi juga non akademik.Menjadi siswa peraih juara umum satu sejurusan IPA, dan jabatannya sebagai kapten futsal tentu memberikan pengaruh yang cukup besar untuk Atlan.Jika saja Pelita Husada adalah hotel, mungkin Atlan adalah tamu VVIP-nya. Yang bisa mengakses apa saja dengan mudah di tempat itu.Kepopuleran yang sudah dikantongi Atlan, tentu membuat cowok itu dengan mudah menjadi ketua OSIS, atau hal yang paling sederhana menjadi ketua kelas.Tapi, Atlan bukanlah cowok yang gila jabatan. Apalagi mendapatkan jabatan itu dengan mengandalkan tampan, kepopuleran, serta kekayaan orang tuanya. Bukan karena keahliannya dalam menjadi pemimpin.A
Neira baru saja selesai makan siang di kantin bersama Wawa. Mulai kemarin mereka berdua tidak langsung pulang ke rumah setelah menerima pelajaran, tapi tinggal di sekolah sampai sore untuk melanjutkan pekerjaan mendekor kelas.Tentu bukan hanya mereka berdua, tapi hampir semua teman satu kelas mereka juga tinggal, bahkan dari kelas lain pun begitu.Di kantin mereka makan bakso, yang satu mangkuknya sudah cukup membuat perut kenyang. Tapi meski begitu, Wawa tetap tidak kembali dengan tangan kosong. Gadis itu lebih dulu memborong beberapa camilan dan minuman untuk ia makan di kelas."Habis ini jangan lupa nimbang yah, Wa," kata Neira berniat menggoda Wawa. Melihat bagaimana banyaknya porsi makanan gadis itu, ia khawatir dengan berat badan sang sahabat."Aman. Tenang aja. Gue ini kan termasuk orang MBTK.""Apa itu MBTK," tanya Neira tidak paham."Makan Banyak Tetap Kurus."Mereka berdua tergelak. Merasa lucu dengan istilah yang dibuat Wa
Persiapan lomba keindahan dan kebersihan kelas dalam rangka perayaan Anniversary Pelita Husada yang ke dua puluh tahun benar-benar menguras waktu istirahat Neira. Satu minggu kemarin gadis itu selalu berada di sekolah dari pagi hingga sore hari dan sampai di rumah menjelang malam.Tapi untung saja waktu dan tenaga yang sudah ia keluarkan bersama teman-temannya yang lain tidak sia-sia. Mengingat menjelang satu minggu lagi lomba dimulai, kelas mereka sudah menginjak angka delapan puluh persen pengerjaan. Itu artinya sisa dua puluh persen lagi akan selesai.Oleh karena itu juga, Ibu Rika memberikan mereka waktu istirahat di hari Minggu agar tidak perlu datang ke sekolah untuk bekerja.Andai saja Neira masih tinggal di rumahnya yang lama, di hari Minggu seperti sekarang jika sedang tidak mengerjakan tugas sekolah, pasti ia akan membuat kue. Tapi setelah tinggal di rumah mertuanya, jangankan membuat kue, masuk ke dapur untuk membuat susu saja Neira dilarang oleh Frid
Di Pelita Husada tentu banyak siswa-siswi yang berprestasi. Ada yang berprestasi di bidang akademik, ada juga yang berprestasi di bidang non akademik. Bahkan ada pula yang menguasai keduanya.Jika ada pertanyaan siapa siswa yang menguasai kedua hal itu, pasti satu sekolah akan langsung menyebut nama Keanu Atlan Bumi.Fakta terbaru cowok itu, selain menguasai beberapa mata pelajaran apalagi Fisika, handal dalam beberapa cabang olahraga terlebih futsal, ternyata Atlan juga pandai memainkan beberapa alat musik, salah satunya gitar.Fakta ini tidak banyak diketahui orang karena Atlan memang hampir tidak pernah menunjukkannya. Jika saja Neira tidak tinggal di rumah cowok itu, mungkin sampai sekarang ia tidak akan tahu bakat terpendam suaminya.Di balik pintu kaca yang menghubungkan dapur dengan taman belakang, Neira berdiri sambil memperhatikan Atlan yang sedang memetik gitarnya di bawah taburan bintang-bintang.Neira sudah berada di sana saat Atlan bar
Satu hari menjelang ulang tahun Pelita Husada, semua pelajaran diliburkan. Dari pagi sampai sore semua orang sudah disibukkan dengan segala persiapan acara.Tahun ini terkesan istimewa karena ada dua kali perayaan, yakni pagi dan malam hari. Untuk acara pagi hari, akan dilaksanakan di tempat terbuka, yaitu lapangan upacara karena area itu cukup luas untuk menampung banyak orang. Dan yang lebih istimewa lagi adalah, pihak sekolah membuka secara umum siapa saja yang ingin datang untuk menyaksikan persembahan yang telah dipersiapkan setiap kelas.Sedangkan untuk acara malam, yaitu pesta topeng akan diadakan di dalam aula karena pestanya lebih tertutup dan hanya melibatkan siswa-siswi Pelita Husada saja.Para panitia yang semuanya diambil dari kelas sepuluh dan sebelas sudah sibuk menata panggung dan menyusun kursi untuk penonton. Sebenarnya persiapan itu sudah dimulai sejak kemarin sore dan hari ini tinggal merapikan beberapa bagian.Jika di lapangan semua o
Seperti yang sudah-sudah, kehadiran Atlan selalu berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Jika biasanya mereka menatap Atlan karena kagum, kali ini kekaguman itu berubah menjadi heran.Selama ini Atlan terkenal anti dekat dengan cewek. Ia mungkin hampir setiap hari dibicarakan oleh banyak orang tapi semua menyangkut ketampanan wajahnya, prestasi, juga kekayaan orang tuanya. Sama sekali tidak ada yang bergosip masalah asmara cowok itu. Karena sejak naik di kelas sebelas dan dua belas, Atlan tidak pernah lagi terlihat dekat dengan seorang siswi di Pelita Husada.Lalu, mendapati Neira turun dari mobil Atlan, tentu saja menjadi suatu pemandangan langka di sekolah itu.Sebelumnya Neira sudah meminta Atlan untuk menurunkannya di tempat biasa, yakni samping halte. Tapi, cowok itu justru membawanya sampai di parkiran. Sontak saja hal itu langsung menjadi buah bibir dari semua orang yang tak sengaja melihat kedatangan mereka berdua."Tindakan Lo