Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 4"Cup, cup, cup, anak Ibu kok ganteng banget sih. Hmm ... wangi lagi." Aku berbicara sendiri sambil mencium dan menghirup bau napas malaikat kecilku yang tengah menguap.Bau mulutnya bikin candu. Wanginya tidak ada duanya. Kalau seperti ini, aku mau punya anak lagi.Begitulah perempuan, melahirkan itu sakit, pas mau melahirkan bilangnya jera, tapi lama-lama mau nambah lagi. Itu kata teman-temanku dulu. Ternyata, yang mereka katakan benar adanya. Aku juga merasakan itu. Dan ingin menambah anak lagi. Kalau masih diberi rezeki."Bawa belanjaannya ke dapur, Ibu mau lihat, sudah dibeli semua atau masih ada yang kurang," titah Ibu mertua saat melihat Mas Teguh baru keluar dari dalam mobil.Aku melihatnya dari celah daun jendela, karena kamar yang kutepati berhadapan dengan halaman. Jadi, aku bisa melihat dan mendengar siapa pun yang datang dan berbicara.Aku keluar kamar untuk menghampiri suamiku, raut wajah kusutnya sangat jelas terliha
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 5Plak!Aku yang sedang menuangkan air panas untuk merendam mie instan langsung terlonjak kaget. Sontak panci yang berisi air yang mendidih terlepas dari tangan dan airnya hampir menyirami kakiku."Jangan lakukan itu lagi! Kamu mau membuatku terluka karena air panas ini, hah!" bentakku keras."Suci, ada apa? Bukannya kamu suka kalau aku menepuk bo-kongmu itu?" tanya Mas Teguh, sekilas dia terlihat bingung melihat reaksiku yang tak biasa, kemudian dia beralih mengelap tumpahan air di lantai. Aku mencoba menarik napas untuk mengontrol emosi."Ada apa? Ibu mendengar kegaduhan dari depan, apa yang sudah terjadi, Suci?" tanya Ibu mertua panik."Nggak tahu nih Suci, tiba-tiba saja marah tanpa alasan!" jawab Mas Teguh terdengar sedikit kesal, matanya tak lepas dari menatapku."Ada apa, Sayang?" tanya Mas Teguh, kini dia merangkul pundakku."Lepas!" Aku menepis tangannya kasar. Hatiku geram, dan rasanya ingin kuco lok saja biji matanya itu
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 6"Makan yang banyak biar asi'mu tetap lancar, ini tambah lagi sayur sopnya." Ibu mertua menyendokkan sop ayam kampung ke dalam mangkuk yang isinya baru saja kuhabiskan."Sudah kenyang, Bu, Suci nggak sanggup lagi mau nambah," tolakku halus, karena aku benar-benar sudah kenyang."Suci itu sudah kenyang, kamu malah maksa dia untuk makan terus, kasihan Suci nya, Sukma," tegur Eyang dengan lembut.Eyang pun duduk berhadapan dengan kami yang tengah menikmati makan."Bukan maksa, Bu, Suci ini makannya sedikit sekali, padahal, ibunya ini sudah susah payah masak sop ayam kampung untuknya, tapi Suci hanya makan sedikit," sahut Ibu mertua."Ya udah, sini mangkoknya, biar hati Ibu senang, Suci akan menghabiskan sop ini sekarang juga," ujarku sambil menggeser mangkok sop ayam ke hadapanku."Gitu, dong, ini baru anakku." Ibu mertua memuji dengan senyum bahagia."Gitu terus lagunya, emang tidak ada lagu yang lainnya lagi selain, gitu dong ini b
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 7"Nah, gini 'kan cantik, kamu bisa mendapatkan orang yang lebih baik dari Teguh, Ibu yakin itu," ucap Ibu mertua saat melihatku sudah selesai berdandan di depan cermin.Aku membalikkan badan, melihat wanita paruh baya yang tak berkedip sama sekali saat menatapku."Ibu ini, memujinya sangat berlebihan sekali, gimana mau dapet yang lebih baik dari Mas Teguh, cerai saja belum, he-he-he ...." Aku terkekeh geli menjawab ucapan Ibu mertua."Kita akan urus perceraianmu secepatnya nanti." Mata Ibu mertua berkaca-kaca saat mengatakan itu. Aku berdiri dan langsung memeluknya."Mau juga dong dipeluk." Suara Mas Teguh. Saat masuk ke dalam kamar dan mendapati kami yang sedang berpelukan. Dengan Senyumnya yang sangat memuakkan untuk dilihat.Ibu mertua tersenyum dan mengkode lewat mata, agar aku bisa berakting di depan Mas Teguh. Berakting seolah sedang baik-baik saja."Sudah, mau peluk-pelukkan nanti aja, semua sudah pada datang, temui mereka y
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 8 PoV Marni."Marni, ada yang manggil kamu didepan," ungkap salah satu Ibu-ibu rewang. Aku pun menajamkan pendengaran, suara yang tak asing sedang berteriak memanggil namaku.Gegas aku berlari keluar dari pintu samping. Bajuku menjadi basah sebagian karena mencuci piring yang tidak ada habisnya. Wanita tua itu sudah membuatku sangat tersiksa.Terkejut sekali melihat kehadiran wanita yang tidak ingin kulihat lagi di dunia ini. Ya, dia Ibuku, kenapa dia bisa sampai ke sini? Geram sekali melihatnya, aku menyeretnya pergi menjauh dari halaman. Tak kupedulikan tatap mata para tamu yang keheranan melihatku."Kamu ngapain ke sini? Dari mana kamu mendapatkan alamat rumah ini?" tanyaku langsung. Setelah membawa Ibu menjauh dari rumah Eyang. Aku khawatir kalau Mas Teguh sampai menyusul. Sebab, aku mengatakan kalau aku sudah tidak punya keluarga lagi."Riska sedang sakit, Marni, apa kamu tidak ingin melihatnya?" kata Ibuku."Ke mana ayahnya?"
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 9"Psstt!" Aku mengkode Ibu mertua ketika melihat Marni masuk ke dapur."Erni, kamu sudah melihat video yang sedang viral itu belum?" tanya Ibu mertua. Rencana untuk membuat Marni ketar ketir sedang berjalan."Iya, Tante sudah melihatnya belum?" timpalku sambil mencomot buah kiwi yang sedang Tante Erni kupas."Video?" Tante Erni tampak berpikir panjang. Tante Erni pelupa sekali orangnya. Belum ada satu jam kami merencanakan sesuatu, Tante Erni malah lupa."Iya, video yang pembantunya babak belur karena memakai pakaian majikannya itu!" Ibu mertua mencoba mengingatkan Tante Erni dengan menyenggol lengannya.Marni yang mau mengambil air minum, langsung berhenti seketika. Ucapan Ibu mertua tepat mengenai sasaran."Wah! Iya, aku ingat! Pembantunya memakai sempak suaminya itu, 'kan? Ih, parah banget dah!" seru Tante Erni."Ck! Bukan parah lagi, parah banget malahan!" timpal Ibu mertua."Bukan hanya sempaknya yang dipakai, kalau nggak sala
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 10Teguh PoV."Awhh!" Aku memekik keras di dalam hati. Kakiku menginjak pecahan kaca. Suara Suci sudah terdengar berada di dalam kamar Marni. Jangan sampai dia melihatku di sini.Aku mencabut kacanya yang terbenam di dalam kaki, menuju ke mobil untuk pergi ke puskemas. Beruntung kunci mobil masih ada di dalam saku celanaku._______"Mas, kamu tidak apa-apa, 'kan? Mana yang sakit? Aku khawatir sama kamu, Mas!" Marni datang menyusulku ke puskesmas. Karena aku mengabarinya."Bidan, suami saya tidak apa-apa, kan?" tanya Marni pada bidan yang sedang membersihkan serpihan kaca kecil dikakiku."Lho, bukannya istri Pak Teguh itu Bu Suci, ya? Kok wanita ini ngaku-ngaku istrinya Pak Teguh?" ucap seorang bidan, yang aku pun tidak mengenalinya.Matanya berbicara sambil menatapku tajam. Pasti dia menduga aku sudah berselingkuh. Marni ini istriku tapi memang masih kurahasiakan, ini kulakukan untuk memberikan Ibuku cucu, dan mendapatkan warisanku
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 1"Jelita!" Suara seseorang memanggil namaku dari arah luar toko perlengkapan pakaian bayi.Aku memicingkan mata, melihat empat orang yang sedang berjalan semakin mendekat ke arahku.'Duh, malas sekali berhadapan dengan mereka,' batinku mengeluh."Tante Dira dan ketiga anak-anaknya, kamu pasti kenal dan belum lupa, 'kan?" ucap ibuku."Kenal lah, Bu. Baru juga lima tahun tidak ke Jakarta, mana mungkin Jelita lupa sama saudara-saudara Ibu, yang suka menghina dan mencaci-maki kita," sahutku.Aku baru pulang setelah lima tahun berada di Kota Pekanbaru. Biasanya, ibuku dan adik-adikku lah yang akan mengunjungiku, tentunya dengan ongkos yang kukirimkan untuk mereka datang."Kapan datang?" tanya Zahra, tanpa menanyakan keadaanku terlebih dulu, setidaknya basa-basi ya kan?Sepupuku itu melihatku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Kalau tidak salah, tatapannya masih sama seperti waktu Zahra mengataiku anak madesu. ( Masa depan sur