Share

Bab 90

"Meskipun aku diam tenang bagai ikan, tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan."—Maulana Jalaluddin Rumi.

~~~

Lepas muraja'ah hafalan, Yumna langsung melipat pakaian yang sudah menumpuk di depan televisi. Hanya sekitar dua puluh lembar pakaian miliknya dan suami juga beberapa sarung sholat dan satu seprei.

Hari ini benar-benar melelahkan karena tidak tidur siang, lalu sorenya malah semangat murajaah tanpa persiapan. Biasanya Yumna akan menyediakan dua pop ice rasa cokelat untuk diminum saat jeda setelah selesai satu juz.

"Mbak Yumna!" teriak Andin dengan memanjangkan huruf a sepanjang enam harakat. Dia langsung duduk di samping Yumna yang menatap terkejut. "Tahu kabar nggak?"

"Kabar apa, sih? Ngagetin tau. Masuk rumah gak ngucap salam kayak orang abis dikejar jodoh!"

"Nanti aja itu, Mbak, pas aku pulang. Intinya aku mau nyampein perkara penting sepenting-pentingnya!"

"Awas aja kalau nggak penting. Mau bilang apa?"

Andin menarik napa panjang, lalu mengembuskan perlahan agar ketik
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status