Abimana melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Ia yakin yang tadi menelponnya itu pihak kepolisian.'Sial! Mengapa tadi harus terkena rayuan Karin lagi sih?' Abimana memaki dirinya sendiri.Sementara pandangannya fokus ke jalanan. Dalam hati ia berharap polisi akan menghubunginya lagi."Santai aja, Mas! Jangan tegang gitu!" Karin membelai lembut tangan Abimana.Abimana yang fokus menyetir tidak menggubris sedikitpun sentuhan Karin. Merasa dirinya dicuekin oleh Abimana, Karin mendengus kesal dan mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil.Derrt...Abimana merasakan hp nya bergetar. Segera ia menepikan mobilnya dan menjawab panggilan masuk tersebut."Siang! Benar ini dengan Bapak Abimana?" tanya suara di seberang telepon."Iya betul, saya Abimana aryasatya," jawab Abimana."Kami dari pihak kepolisan ingin mengabarkan bahwa Istri anda Nyonya Aisyahrani mengalami kecelakaan tunggal di daerah Jatinangor, Pak! Mobilnya masuk jurang," jelas suara diseberang sana."Aisyah masuk j
Suara sirine mobil SAR dan ambulance berhenti di jalan tepi jurang, tempat Aisyah kecelakaan. Warga makin ramai berdatangan ke tempat itu, ingin mengetahui bagaimana nasib korban.Desas desus hilangnya Aisyah makin terdengar di antara kerumunan warga. Karin yang mendengarkan berbagai asumsi warga hanya menyimak bersikap seakan-akan tak kenal dengan korban.Padahal dari awal dirinya datang, banyak warga yang bertanya apakah Karin ini kerabat korban atau bukan. Tetapi dirinya memilih bungkam menutupi semuanya."Panas banget disini," Karin mengeluarkan kipas kecil dari tasnya.Kaki jenjangnya ia silangkan sehingga kulit mulus pahanya terekspos. Sesekali matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari tukang es atau apapun sejenisnya lewat."Neng cari apa celingak-celinguk gitu?" seorang pemuda tanggung mendekatinya."Jangan kepo deh!" Karin membalas jutek pertanyaan pemuda tersebut."Neng, awas tuh kakinya! Nanti masuk angin lho," pemuda tadi malah berkelakar menggoda Karin.Karin ha
"Tolong ya, Bu! Jangan menghalangi proses evakuasi korban! kami ini sedang bekerja, Bu. Jadi tolong saya minta kerjasamanya. Kalau Ibu nggak bisa bantu kami mengidentifikasi semua barang korban, lebih baik Ibu duduk tenang disana!" komandan polisi memperingatkan Karin.Namun bukan Karin namanya kalau nggak bebal. Bukannya mengikuti saran polisi, dirinya malah nempel terus kepada Abimana."Siapa perempuan yang bersama anda sekarang, Pak Abimana? Apa benar isu perselingkuhan yang beredar itu?" Abimana dikejutkan dengan pertanyaan jurnalis dari sebuah acara gosip.Abimana kaget ketika menengadah, dirinya tengah dikelilingi beberapa jurnalis dan juga kameramen. Sementara Karin malah senyum-senyum sendiri sambil memegangi tangan Abimana.'Rezeki nomplok ini, kapan lagi aku bisa terkenal kalau nggak sekarang? Ada berkahnya juga si Aisyah celaka itu,' hati jahat Karin berbisik.Abimana yang gelagapan mendapat pertanyaan seperti itu segera menepis tangan Karin dan menjauhkan dirinya agar tida
Pencarian hari ke 2,"Mas, sarapan dulu!" Karin berlari mengejar Abimana yang turun terburu-buru dari rumah panggung sewanya.Mendengar teriakan Karin dari atas, tidak membuat Abimana berhenti dan menuruti permintaan Karin. Abimana semakin mempercepat langkahnya agar tidak terkejar oleh Karin."Aku harus cepat pergi ke TKP, sebelum yang lain tiba," gumam Abimana. Pagi hari yang berkabut khas pedesaan tidak Abimana hiraukan.Dalam benaknya, ia ingin segera menemukan Aisyah apapun keadaannya.Rasa bersalah karena bertindak terlalu kejam kepada Aisyah memenuhi relung hatinya. Olehkarena itu Abimana berusaha untuk menebus kesalahannya dengan menemukan Aisyah secepatnya.Jalan yang licin dan curam Abimana lewati seorang diri. Banyak warga yang mengingatkan Abimana untuk tidak mendatangi TKP seorang diri sebelum tim SAR datang. Khawatir akan keselamatan Abimana sendiri, apalagi TKP itu merupakan sebuah jurang curam yang sangat jarang dilalui warga sekitar."Aku harus turun agar segera menem
Ma Onah yang berada di dekat Aisyah terkejut atas apa yang dilakukan nona mudanya. Namun, ia diam dan ikut melihat live streaming pencarian Aisyah. Ia ingin mengetahui sosok Karin yang menjadi benalu dalam rumah tangga Aisyah dan Abimana anaknya.Nampak Karin masih sibuk memberikan klarifikasi kepada pihak media tv mengenai Abimana yang masih pingsan. Hingga akhirnya Abimana siuman dan kembali melanjutkan pencarian Aisyah."Saya ingin pencarian istri saya dilanjutkan!" dengan tegas Abimana menyatakan keinginannya kepada pihak SAR. Begitupun juga dengan Karin, ia membenarkan keinginan Abimana dan menyatakan kalau dirinya berharap Aisyah bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat.Melihat kondisi Abimana yang mulai membaik, pencarian Aisyah kembali dilanjutkan. Namun sayang, hari berganti hari sampai live streaming hari ke sepuluh belum juga ditemukan tanda-tanda keberadaan Aisyah."Aisyah, dimana kamu?" kembali teriakan putus asa Abimana terdengar. Dirinya merasa putus asa karena mesk
Hari yang dinanti pun tiba, jam delapan pagi Mr. Handoko sudah tiba di villa kecil milik keluarga Aisyah. Kedatangannya disambut Aisyah dengan suka cita.Mr. Handoko merasa terkesan dengan lingkungan sekitar villa Aisyah. Baru tiba disana, Mr. Handoko merasa seakan ia ingin tinggal lebih lama disana. Dirinya benar-benar disuguhkan panorama alam yang sangat indah dan memukau.Apalagi ketika sampai di depan villa milik Aisyah. Rumah panggung sederhana yang berdiri didepannya sangat jauh dari bayangan tentang villa sebuah keluarga kaya. Rumah ini sangat mirip dengan rumah warga biasa umumnya, yang membedakannya hanya kualitas kayu dan papan saja yang terlihat mencolok, membuat rumah kayu ini lebih kokoh dibanding rumah lainnya."Assalamualaikum." Mr. Handoko datang menyapa Aisyah,"Waalaikum salam, mari masuk Mr.!" Aisyah mengajak tamunya masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi rotan yang tersedia,"Rumahmu nyaman sekali, Aisyah. Saya suka rumah kamu yang sekarang!" Mr. Handoko mengacungk
"Aisyah ijin pergi ke singapore Ma! Aisyah ingin menemui aunty Nindya untuk mematangkan rencana Aisyah merubah identitas," ucap Aisyah di suatu sore. Nindya adalah bibi Aisyah, adik kandung almarhum ayahnya Aisyah satu-satunya. Beliau tinggal di Singapore karena karirnya sebagai guru kelas table meeners dan body language di salahsatu sekolah internasional ternama disana.Aisyah merasa perlu belajar lebih untuk mendalami sosok Claudia nantinya. Sehingga jatidirinya sebagai Aisyah tak pernah terungkap, apalagi hanya karena kebodohan dirinya nanti. "Singapore itu dimana, Non? Jauh henteu?" Ma Onah menatap nona mudanya dengan perasaan tak menentu. Baru saja ia dan suami merasakan kehangatan dengan kehadiran Aisyah, kini dirinya harus rela kehilangan Aisyah kembali."Singapore itu luar negeri, Ma. Kita harus naik pesawat terbang untuk sampai kesana," Aisyah tersenyum menjelaskan."Jadi kudu naik kapal kitu Non?" Abah Entis ikut nimbrung"Ia, Abah! Aisyah pergi kesana naik kapal," jawab A
"Pegal juga," Aisyah mulai mengeluh ketika tengah duduk di pesawat. Apalagi ketika Aisyah melihat penumpang yang duduk disampingnya, seorang pria dengan wajah oval dan mata setajam elang seakan siap mencabik dasar hatinya itu sesekali menatap dirinya tajam seolah-olah tidak suka berdekatan dengan Aisyah."Pria ini nyebelin banget si! Punya muka ditekuk aja gitu," gumam Aisyah,"Anda membicarakan saya?" ucapan pria disampingnya membuat Aisyah terlonjak dari duduknya karena kaget,"Membicarakan anda? Apa pentingnya buat saya?" Aisyah mengelak sambil mengangkat bahunya,"Dasar wanita aneh, jelas-jelas tadi ngomel-ngomel!" pria disampingnya menggerutu kesal,"Dasar pria salju!" Aisyah tak mau kalah. Dia bergumam sendirian dengan tatapan mata ia layangkan ke luar pesawat. Menatap barisan awan jingga yang berarak memenuhi langit sore."Ngapain kamu ngeliatin saya seperti itu?" Aisyah terlonjak kaget untuk yang kedua kalinya. Bagaimana nggak kaget, pria itu tengah menatap tajam Aisyah tanpa