Masih di atas pulau melayang. Lautan awan yang biasanya hanya bergelombang dengan tenang, kini sudah tak beraturan. Layaknya tornado, awan putih yang tebal tergulung mengelilingi pulau melayang. Pemandangan dari pulau cukup mengerikan, seakan berada di dasar sumur raksasa. Ada aliran energi yang berkumpul dari segala penjuru, diiringi kilatan petir yang mengamuk. Tepat di pusat altar, energi membentuk formasi berbentuk segitiga. Di pusat formasi, ada Eldon yang duduk bersila. Seluruh energi berkumpul pada aura Naga 5 pola yang menyala di atasnya. Sedangkan di ujung formasi, ada Akara, Lisa dan Viona. Aura Alkemis mereka menyala, tingkat 8 milik Akara dan tingkat 10 di kedua gadisnya. Serin, Segoro dan Komo juga masih di sekitarnya, terlindungi kubah energi. Tiga orang pengendali formasi masih tenang, namun tidak dengan Eldon. Kalung emas milik pria bertelanjang dada itu mulai melayang, disusul tubuhnya yang juga terangkat oleh sambaran petir."Fokuslah, semuanya tergantung padamu."
Dari portal itu, muncullah beberapa orang berbadan tinggi, rata-rata tinggi mereka melebihi 2 meter. Tidak memiliki bulu mata maupun alis, bahkan pertumbuhan rambutnya tidak selalu merata, namun tetap terlihat garang. Memiliki kulit putih yang cenderung keabu-abuan, dengan dengan beberapa tompel seperti tato karena bentuknya presisi. Para warga Magna langsung menyingkir, memberikan jalan kepada mereka sambil menundukkan kepalanya. …"Siapa mereka?" tanya Akara, mereka sudah berada di salah satu lorong yang lokasinya jauh dari sebelumnya. "Klan Vasto!" jawab Jade dengan geram. "Salah satu dari 5 klan Dewa. Mereka memiliki fisik yang luar biasa kuat, tapi kurang peka terhadap energi, jadi masih bisa kita awasi dengan mata naga!""Setelah wadah portal yang aku ambil, seharusnya tinggal satu portal!" Akara membuka mata naganya saat melihat portal, membuat Jade melebarkan matanya saat melihatnya dan bertanya."Portal?""Ya, mereka melakukan perburuan, tubuh mereka seperti manusia biasa,
Tombak ditangkap oleh Renggo. Bocah itu melayang di udara, dengan luapan energi kegelapan dari tubuhnya, disusul kilatan listrik merah yang membentuk aura naga. Walaupun hanya satu pola, namun tekanan intimidasinya membuat para pemburu tersungkur di tanah. Mereka menyalakan aura ranahnya, ranah Sinom 3 bola energi, bahkan pemimpin pemburu yang berada di ranah Kinanti 4 bola energi sampai merangkak. Hampir semua pemburu berteriak ketakutan, mereka memanggilnya dengan sebutan 'monster'. Renggo menghilang, disusul hancurnya rantai besi yang melilit para binatang sihir. Beberapa saat kemudian teriakan kesakitan terdengar dari mulut para pemburu. Teriakan yang singkat karena mereka langsung terkapar tak bernyawa, hingga akhirnya dentuman terjadi di tempat pemimpin pemburu. Debu mulai tersapu angin, memperlihatkan Renggo yang membungkuk. Ia mencengkram leher belakang pemimpin pemburu dengan cakar naganya. Pemburu menoleh dengan berat, terlihat darah yang mengalir dari bibirnya saat ia ber
Akara yang bertelanjang dada mendekati Jade dan berteriak. "Pak tua, pinjam dulu se… alat tempamu!"Pria bertubuh kekar itu menoleh dengan malas sebelum berkata. "Tuan Regera, tungku pembakaranku sulit dikendalikan, juga palu tempaku terlalu berat untuk badan kurus sepertimu.""Sudahlah pak tua, apa kau merasa minder jika aku lebih lihai saat menempa?" Akara terkekeh melecehkan, membuat Jade panas dan mengibaskan satu tangannya. Seperangkat alat tempa muncul. Berupa alas, palu besar yang bagian tengahnya ada batu giok hijau dengan magma di dalamnya, dan sebuah tungku pembakaran dengan lebar tiga meter. Tungku yang berbentuk seperti telur yang dipeluk oleh sayap naga, sedangkan kepalanya melingkar dari samping, mengarah ke dalam dari mulut tungku. Di dalam tungku masih terlihat nyala merah layaknya kawah magma."Terima kasih pak tua!" Akara berjalan menjauh, seperangkat alat tempa itu ikut melayang dan mengikutinya. Setelah meletakkan seperangkat alat tempa, Akara mengibaskan tangannya
"Kak Vionaa!!" Alice muncul dengan cemberut, lalu ikut rebahan dengan bantalan lengan Akara. Ia lalu mendongakkan kepalanya hingga rambut hitam lembutnya berantakan di wajah cantiknya. "Jangan marah kak, kak Viona kebiasaan bicara setengah-setengah!" ucapnya menenangkan Akara. "Itu anaknya Kaisar Atla, mamanya si Sania. Tenang saja kak, cewek nyebelin itu sudah suka sama kakak dari kecil, sama seperti Alice," lanjutnya membuat Akara segera menoleh ke arah Viona."Maaf,""Kenapa kakak minta maaf? Harusnya kak Viona yang minta maaf!" Alice bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah Viona, dengan tatapan tajam yang lebih terlihat imut. Viona tersenyum melihatnya, lalu menoleh ke bawah dan berkata. "Dengarkan adikmu Akara, harusnya Viona yang minta maaf!" "Tetap saja aku yang terburu-buru menanggapi, aku juga minta maaf untuk sebelumnya,""Masalah yang mirip, tidak perlu minta maaf lagi." Viona mengusap lembut rambut kekasihnya. "Bukan itu, tapi karena tidak ada waktu luang untukmu,""K
"Portal antar dimensi di dunia Magna telah aku ambil, paman Jade juga sedang mengurus kaisar Magna agar mau bergabung dengan kita. Apa ada portal lainnya?" tanya Akara.Serin berjalan dan mengamati pemandangan hutan sebelum berkata. "Oyen telah aku perintahkan bersama pasukan ASU, mereka menemukannya di wilayah milik Violet. Dunia Nekro, dunia malam tanpa cahaya. Mereka beraktivitas biasa tanpa cahaya, jadi dimanfaatkan oleh salah satu klan pembunuh. Kamu tenang saja, biar Oyen dan pasukan ASU yang membereskannya.""Baiklah mama." Akara terdiam beberapa saat. "Regera ingin memicu portal Perburuan lagi," ucapnya seraya memalingkan wajahnya ke arah pemandangan hutan. …Saat para warga kekaisaran Amerta sedang melakukan aktivitas di siang hari, mereka serentak menoleh ke atas. Tidak ada awan sedikitpun, namun suasana menjadi gelap dan mencekam. Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh saat langit mulai retak dan menganga. Itu tidak hanya terjadi di satu tempat, namun setiap kota, b
"Kalian tidak salah dengar! Dewa ini adalah Dewa Penempa Iblis Hijau! Jiwaku jatuh ke dalam dunia bawah ini. Dengan sisa-sisa kekuatanku, terbentuklah ruangan ini yang akan terbuka saat ada keberadaan keturunanku! Kalian memicunya dan akan mendapatkan warisan dariku!" Banyak yang tidak percaya, namun ada beberapa yang ragu dan tolah toleh. "Hamba siap menerima warisan leluhur Dewa!" Salah saorang jatuh bersujud, membuat semua orang terdiam, bahkan yang menyepelekan Jade jadi bimbang sendiri. "Hamba juga siap menerima warisan leluhur Dewa Penempa!" Ada yang mengikuti jejaknya, membuat semua orang semakin bimbang dan akhirnya. Mereka bersujud dan serentak mengucapkan kalimat yang sama. Jgleng!... Sesuatu menghantam gunung emas dan permata, membuatnya berhamburan dan tidak sedikit batu yang menerjang klan Vasto. Tubuh besar mereka terhempas, namun segera bersujud kembali seakan tidak merasakan sakit. "Angkat kepala kalian!" Mereka serentak mengangkat wajahnya, namun malah ada yang i
Kedua pria sebenarnya telah berjalan di sebuah lorong. Hanya tinggal satu sangkar besi yang mengikuti mereka, sangkar berisi para gadis dengan bekas luka. Mereka berhenti di depan penjara besar, dengan pintu besi tebal. "Lihatlah ke dalam!" Ia menyarankan penjaga pemula itu dan segera merapat ke arah pintu, mengintip dari lubang yang ada. Di dalam sana sudah banyak gadis yang terkapar, berselimutkan lendir putih. Ada seorang pemuda bertubuh atletis yang gagah dan sangar, masih penuh energi melakukan tugasnya. "Wohh apa-apa itu? Aku mau jadi seperti dia!""Kau ingin anak-anakmu diperjual belikan?" ucapnya membuat semangat pemula itu luntur seketika. "Dia juga evolusi binatang sihir, pejantan unggul dengan genetik kuat yang diinginkan para pelanggan," lanjutnya, lalu membuka pintu sangkar yang ia bawa. "Longgarkan mereka agar tidak rusak!" ucapnya membuat si pemula berbinar-binar. "Wuhuu mari berpesta!" Ia dengan sembarang menarik pakaiannya dengan satu gerakan, membuat robekan kain