Manisnya dikit aja. Mendadak sekarang ini kok nulis manis jadi aneh, wkwkwkwkwk Keknya sudah kenyang yang manis-manis di buku My Sexy Sugar Mommy, wkwkwkwkw
“Kamu mau ke mana?” tanya Bintang saat melihat Aruna menuruni anak tangga dengan cepat.Ini hari Sabtu, Aruna libur kerja dan memang hari ini berencana mulai melancarkan rencana.“Ke depan bentar, Mom.” Aruna menjawab sambil menunjuk ke depan.“Ke depan? Ngapain?” tanya Bintang keheranan.“Jemput seseorang,” jawab Aruna hendak melangkah, tapi kembali berhenti karena pertanyaan Bintang.“Seseorang siapa?” tanya Bintang penasaran, bahkan dahinya sampai berkerut halus.“Pokoknya, Mommy pasti suka sama dia,” balas Aruna kemudian buru-buru berlari keluar rumah.Bintang ingin memanggil, tapi Aruna sudah keburu pergi.“Memangnya seseorang siapa?” tanya Bintang ke Langit.Langit hanya mengedikkan bahu mendengar pertanyaan Bintang.Di luar pagar rumah Aruna. Mobil Ansel sudah terparkir di sana kini tinggal menunggu Aruna datang.“Ingat, Emi jangan nyebut nama papi. Sebut nama Mami saja misal ditanya nantinya,” ujar Ansel memperingatkan agar rencana mereka tidak gagal.Emily menganggukkan kepal
“Kamu suka makan apa?” tanya Bintang saat duduk berdua bersama Emily karena Aruna sedang ke kamar kecil. “Aku suka semua, tapi paling suka sama es krim,” jawab Emily. “Di lemari pendingin ada es krim, nanti aku ambilkan setelah makan siang,” kata Bintang terus mengajak bicara Emily karena nyaman dengan gadis kecil itu. “Oma Bintang terbaik.” Emily mengangkat dua jempol untuk wanita itu. “Kamu bisa saja.” Bintang malah malu sendiri dipuji Emily. “Mamamu memang pergi ke mana?” tanya Bintang penasaran karena Emily sampai dititipkan di sana dua hari. Emily bingung karena tidak ada briefing soal itu. Dia ingin menjawab, tapi urung saat mendengar suara orang lain. Bintang dan Emily menoleh bersamaan, hingga melihat Sashi datang bersama anak dan suaminya. Sashi sangat terkejut melihat Emily ada di rumah itu. “Eh … Bibi Cantik.” Emily langsung menyapa. Sashi benar-benar bingung karena tidak tahu rencana Aruna dan Langit. “Kenapa kamu di sini?” tanya Sashi bingung juga cemas. “Kamu
“Apa Archie sudah bisa makan es krim? Kenapa dia belum bisa bicara?” tanya Emily sambil menoleh ke Bintang yang sedang mengambilkan es krim untuknya. “Archie boleh makan es krim, dia memang belum bisa bicara. Emi mau ngajarin Archie bicara?” tanya Bintang setelah menjawab pertanyaan Emily. Bintang memulas senyum, lantas kembali memindah es krim ke mangkuk khusus. “Nanti aku ajak bicara, biar Archie bisa bicara,” balas Emily, kemudian menatap Archie yang sedang bermain boneka miliknya. Emily duduk lagi di lantai dapur bersama Archie, lantas memandang balita berumur 3 tahun itu sambil tersenyum. “Archie, kalau panggil aku Emi, ya. Nanti kita sering-sering main,” ucap Emily sambil tersenyum lebar. Bintang menoleh ke Emily yang sedang mengajak bicara Archie. Dia pun tersenyum melihat Emily yang tampak menyukai anak kecil. “Nanti kalau kapan-kapan mau main bersama Archie, ke sini saja. Archie tiap siang di sini,” ucap Bintang sambil menghampiri Emily lantas memberikan mangkuk berisi
“Bagaimana kondisi di sana?” tanya Ansel dari seberang panggilan saat menghubungi Aruna. “Baik, tapi Emi sudah tidur. Sepertinya dia kecapean karena seharian main sama Archie,” jawab Aruna yang bicara dengan Ansel sambil mengamati Emily tidur. “Mommymu tidak curiga dengan Emi?” tanya Ansel terdengar cemas. “Tidak, malahan Mommy langsung suka. Sama sepertiku yang dulu langsung suka sama Emi. Dia ini menggemaskan dan lucu saat bicara,” jawab Aruna sambil memainkan rambut Emily. Terdengar suara helaan napas lega dari seberang panggilan, sepertinya Ansel was-was kalau Bintang tak menyukai Emily. “Kamu tenang saja. Emi juga pandai bicara. Dia tidak keceplosan bicara sama sekali, meskipun tadi hampir saja ketahuan karena Kak Sashi tidak tahu rencana kita, lalu dia bingung melihat Emi di sini. Untungnya aku berhasil menjelaskan dulu, sehingga Mommy tidak curiga,” ujar Aruna panjang lebar. “Syukurlah, maaf karena aku belum bisa ikut menghadapi mommymu,” ucap Ansel terdengar penuh penyesa
Aruna menoleh Bintang yang hanya diam. Dia pun berpura untuk tak tahu apa yang terjadi.“Mom.” Aruna menyentuh lengan Bintang.Bintang menoleh Aruna sejenak, lantas kembali memandang ke arah yang dilihatnya.“Bukankah itu Bumi? Dia bersama siapa?” tanya Bintang.Aruna menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Bintang.Bintang pun penasaran. Dia lantas berjalan dengan cepat untuk menghampiri Bumi yang sedang berjalan bersama Winnie.“Mom!” Aruna mengejar sambil mengajak Emily.Bintang sudah sampai di belakang Bumi. Dia langsung memanggil pria itu.“Bumi.”Bumi menoleh bersama dengan Winnie, keduanya terlihat terkejut meski sebenarnya sudah merencanakan itu.“Siapa dia?” tanya Bintang karena Winnie merangkul lengan Bumi.Winnie pun berakting bingung, lantas menatap Bumi seolah meminta agar pria itu menjelaskan.Sama halnya dengan Winnie, Bumi juga berpura-pura panik melihat Bintang.“Bibi, ini ….” Bumi tak langsung menjawab, tapi memilih menjeda untuk membuat penasaran.Bintang masih men
“Mommy tidak apa-apa, kan?” tanya Aruna yang masih cemas meski Bintang terlihat biasa saja. Bintang menoleh Aruna, lantas memulas senyum ke putrinya itu. “Mommy baik-baik saja, kamu tidak perlu cemas,” jawab Bintang lantas merangkul sejenak putrinya itu. “Mommy sebenarnya malah mencemaskanmu,” ucap Bintang kemudian sambil memandang putrinya. “Kenapa mencemaskanku?” tanya Aruna dengan dahi berkerut. Bintang menatap Emily yang sedang berlarian di taman, lantas kembali menoleh Aruna. “Apa kamu baik-baik saja karena tidak jadi bertunangan dengan Bumi?” tanya Bintang. Aruna tersenyum mendengar pertanyaan Bintang. Andai saja dia bisa jujur, Aruna pasti akan berkata jika sangat senang. Namun, dia harus menahan diri untuk tak menunjukkan rasa senangnya agar sang mommy tidak cemas. “Aku baik-baik saja, Mom. Lagi pula aku juga menganggap Bumi sebagai kakak. Memang agak aneh saat Mommy menjodohkan kami, tapi semua baik-baik saja karena Bumi pun memiliki seseorang yang dicintai,” jawab Ar
“Sampai kapan kita harus sembunyi-sembunyi?” tanya Ansel yang sore itu menemui Aruna. Ini sudah seminggu setelah Bintang setuju membatalkan pertunangan Aruna dan Bumi. Sore itu Aruna dan Ansel bertemu di taman, bahkan pria itu berbaring menggunakan paha Aruna sebagai bantal. “Kita tidak bisa memberondong Mommy dengan kabar hubungan Bumi lalu kita secara bersamaan. Mungkin Mommy tidak terlalu syok dengan hubungan antara Bumi dan Winnie, tapi aku tidak yakin dengan hubungan kita,” ujar Aruna menjawab pertanyaan Ansel. Ansel menatap Aruna yang menunduk memandangnya. Jemari wanita itu menyentuh rambutnya dengan sesekali membelai lembut. Ansel menghela napas kasar. Dia tidak sabar, juga tak bisa terus sembunyi-sembunyi seperti ini. “Aku tahu, hanya saja kita tidak bisa terus menerus menyembunyikan hubungan kita, juga bertemu secara sembunyi-sembunyi seperti ini,” ujar Ansel menjelaskan. Ansel hanya cemas jika tiba-tiba Bintang menjodohkan Aruna dengan pria lain. “Aku hanya takut, An
Langit baru saja keluar dari kamar mandi. Dia terkejut mendengar Bintang menyebut penyerangan, hingga dia meminta ponselnya lantas melihat siapa yang menghubungi.“Nanti aku hubungi lagi,” ucap Langit bicara ke pengacaranya, kemudian mengakhiri panggilan.Bintang terkejut dengan sikap Langit. Dia menatap suaminya yang terlihat menyembunyikan sesuatu.“Apa ini? Penyerangan apa?” tanya Bintang masih dengan wajah syok.Langit melihat kepanikan di dalam mata Bintang. Dia pun berusaha untuk menenangkan.“Duduk dulu, ya.” Langit mencoba mengajak Bintang duduk.“El, ada apa ini, hah? Apa yang kamu sembunyikan dariku? Penyerangan apa? Siapa yang diserang? Kenapa kamu diam?” tanya Bintang dengan emosi.Langit menghela napas kasar, lantas mencoba menjelaskan pelan-pelan.“Duduk dulu, akan aku jelaskan tapi janji kamu tetap tenang karena semuanya baik-baik saja,” ujar Langit mencoba menenangkan dulu karena tak mungkin menceritakan ke Bintang yang sedang dalam kondisi emosi.Bintang mau duduk, ta