Bumi berada di rumah sakit menunggu Winnie yang melakukan terapi. Beberapa kali terapi, akhirnya Winnie mulai bisa menggerakkan kedua kakinya meski belum bisa berjalan secara sempurna.Bumi menunggu di luar ruangan, berdiri di depan pintu yang terdapat kaca kecil di bagian tengahnya hingga membuatnya bisa melihat Winnie melakukan terapi. Sesekali dia melambai untuk memberi semangat ke Winnie.“Iya, bagus seperti itu. Pelan-pelan saja,” ucap dokter yang menemani Winnie terapi.Winnie berusaha berjalan dengan alat bantu yang ada di ruangan itu. Meski semuanya terasa berat dan melelahkan, tapi Winnie terus berusaha demi Bumi yang selalu menemaninya setiap waktu dan di mana pun dirinya berada.Winnie memandang ke Bumi yang berdiri di luar pintu. Dia tersenyum ke pria itu sambil berusaha menggerakkan kaki untuk berjalan. Hingga Winnie melihat Bumi yang menerima panggilan, sampai akhirnya pria itu meninggalkan ruangan tempatnya terapi.Winnie terlihat terkejut dengan kepergian Bumi, biasany
“Apa yang ….” Winnie tak bisa berkata-kata saat melihat Bumi berdiri tak jauh darinya. Dia juga melihat Aruna dan Ansel di sana.Bumi tersenyum melihat Winnie yang sangat terkejut. Dia memegang buket bunga sambil berdiri menatap Winnie.“Aku sudah janji akan melamarmu kalau kamu bisa berjalan. Hari ini, aku yakin kamu bisa, jadi aku di sini untuk melamarmu,” ucap Bumi sambil memasang wajah serius.Winnie sangat syok mendengar ucapan Bumi. Dia benar-benar tak menyangka jika pria itu akan melakukannya sekarang.“Aku belum bisa berjalan, Bumi.” Winnie menatap haru ke Bumi.“Tidak masalah kamu bisa berjalan sekarang atau besok, tapi yang jelas aku serius ingin melamarmu,” ucap Bumi.Winnie menutup mulutnya dengan satu tangan. Dia masih berdiri dibantu perawat sambil menatap Bumi yang membawa buket bunga.Andai dia dalam kondisi sehat, semua pasti akan terasa membahagiakan karena bisa langsung memeluk pria itu saat mendengar kata melamar dari bibir Bumi.Bumi mendekat ke Winnie, lantas ber
Hari itu, Hanzel dan keluarganya sedang melakukan persiapan untuk pertemuan dengan keluarga Milea.“Mami, jangan emosi apalagi gampar ayah Milea lagi,” ucap Hanzel memperingatkan.“Ish … kamu pikir mami ini pendendam?” Cheryl memukul lengan sang putra karena malah menggoda dirinya.Hanzel malah tertawa melihat sang mami yang menggerutu karena candaannya.“Kamu sudah berniat tanggung jawab, menikah di usia sekarang. Jangan main-main, ya Hanz. Yang serius kalau memang ingin menikah dan berumah tangga, jangan sampai kamu sekarang ingin menikah besok udah mau pisah,” ujar Cheryl memberi wejangan.Hanzel menatap sang mami yang terlihat cemas. Dia memegang kedua tangan Cheryl untuk menenangkan.“Mami tenang saja, aku serius ingin menikah dan sudah siap bertanggung jawab. Meski aku labil, tapi bukan berarti aku tak bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Doakan saja nantinya pernikahanku dengan Milea langgeng,” ucap Hanzel meyakinkan.Cheryl mengangguk-angguk mendengar ucapan Hanzel. Merek
“Nafsu makanmu bagus sekali, Run. Ga biasanya kamu makan banyak begitu?” tanya Bintang saat melihat Aruna makan.Aruna langsung menatap sang mommy yang baru saja mengingatkan soal makannya. Dia lantas menatap Ansel dengan wajah sedih seolah meminta suaminya membela.“Biarkan saja, Mom. Jangan diingatkan, nanti kalau merajuk dan malah diet, susah lagi urusannya,” ucap Ansel lantas melirik Aruna.Aruna melebarkan senyum mendengar ucapan suaminya yang mau membela dirinya.Bintang mengerutkan alis mendengar ucapan Ansel, kenapa jadi menantunya yang menjawab.“Ya sudah, suka-suka kamu saja daripada ngambek tak mau makan,” ujar Bintang pada akhirnya.Aruna tak terganggu sama sekali jika dirinya dikatai banyak makan, hanya saja saat ada Ansel mendadak sifat manjanya muncul dan ingin dibela.“Mommy siang ini mau ke tempat Bumi untuk bantu ngurus persiapan acara tunangan Bumi,” ucap Bintang lantas sarapan.“Mau nemenin belanja?” tanya Langit ke Bintang.“Iya, tahu sendiri kalau Anta jarang sek
Hanzel masuk ruangan dengan penasaran, hingga melihat siapa yang sedang menunggunya di ruangan itu.“Ada apa mencariku?” tanya Hanzel saat melihat siapa yang sedang menunggunya.Hanzel tak menyangka jika Jean ada di sana sedangkan mereka tak akrab meski tahu satu sama lain.Jean langsung berdiri saat melihat Hanzel satang. Dia tak menjawab pertanyaan Hanzel, wanita itu berjalan mendekat ke Hanzel, lantas melayangkan tamparan ke pria itu dengan sangat keras.Hanzel sangat terkejut mendapat tamparan Jean, hingga menatap wanita itu dengan rasa bingung dan kesal.“Kenpa kamu tiba-tiba memukulku? Apa aku membuat salah kepadamu?” tanya Hanzel sambil menatap kesal.“Semua pria itu memang brengsek, termasuk kamu! Aku sudah memperingatkannya berkali-kali agar menjauhimu, tapi dia hanya tersenyum dan berkata kalau dia yang mau. Aku benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa dia mengorbankan waktu dan tenaganya untuk pria tak punya hati sepertimu!” amuk Jean dengan suara meledak dan tatapan pen
“Ada apa, hm?” tanya Milea saat siang itu Hanzel datang menjemputnya tapi terlihat banyak beban.Hanzel menoleh Milea, tampaknya dia memang tak bisa menyembunyikan apa yang sedang dipikirkan.“Ada apa, hm? Apa mau ke tempat tenang dulu sebelum ke toko?” tanya Milea yang seolah tahu jika Hanzel butuh bicara.Hanzel mengangguk mendengar tawaran Milea. Mereka pun akhirnya pergi ke kafe untuk bicara lebih dulu.“Ada apa? Kalau ada masalah cerita saja, bukankah kita sepakat untuk saling membicarakan masalah kita satu sama lain,” ujar Milea mengingatkan akan janji mereka sendiri.Hanzel menatap Milea yang tampak cemas. Dia bingung harus bercerita dari mana, sampai-sampai sedikit menunduk sambil menghela napas kasar.Milea pun masih menunggu Hanzel bicara. Dia menatap pria itu serta memberi waktu agar Hanzel siap.“Sebenarnya aku ingin membahas soal Jill, tapi aku takut kmu tidak berkenan,” ujar Hanzel tak langsung membahas inti permasalahan.Milea cukup terkejut mendengar Hanzel ingin memba
“Apa? Singapore? Mau apa, Hanz? Kamu mau tunangan, kenapa malah pergi?” tanya Cheryl heran dan bingung saat mendengar ucapan Hanzel. Hanzel menatap sang mami yang tampak cemas, lantas menjelaskan perlahan. “Mami ingat Jill?” tanya Hanzel. “Jill? Tunggu! Jangan bilang kamu tak bisa melepasnya sedangkan kamu mau menikah dengan Milea. Jangan melakukan hal tidak masuk akal, Hanz.” Cheryl mendadak syok membayangkan apa yang hendak dilakukan putranya. “Mi, tidak seperti itu. Jill sakit parah, aku ingin menemuinya hanya untuk memastikan serta memberinya dukungan saja,” ucap Hanzel menjelaskan. Cheryl dan Orion diam mendengar ucapan Hanzel, keduanya menatap bersamaan ke pria itu. “Apa Milea tahu?” tanya Orion memastikan agar putranya tak salah jalan. “Tahu, aku sudah bicara kepadanya. Bahkan dia yang memintaku untuk menemuinya, meski memang aku ingin,” jawab Hanzel. Orion menoleh ke istrinya, melihat betapa cemasnya sang istri. “Ya, kalau memang Milea pun mengizinkan. Papi juga takkan
“Sudah gosok gigi?” tanya Milea saat Kai baru saja keluar dari kamar mandi.Kai langsung memperlihatkan deretan giginya ke Milea untuk menjawab pertanyaan sang mama.“Pintar, sekarang ayo bobok.” Milea mengajak Kai untuk naik ranjang.Kai naik ranjang, lantas menarik selimut.“Apa papanya Kai pergi lama?” tanya Kai karena tahu kalau Hanzel pergi.“Tidak,” jawab Milea sambil memulas senyum.Kai sudah berbaring sambil memandang Milea yang duduk menatapnya.“Papa pergi sebentar karena ada urusan, nanti juga cepet pulang,” ujar Milea, “kenapa Kai tanya? Sudah kangen, ya?” Milea menggoda putranya itu.“Papa janji mau ajak Kai lihat pertandingan bisbol. Jadi Kai mau nagih kalau Papa pulang,” ucap Kai.Milea memulas senyum lantas mengusap kening Kai.“Sekarang tidur, ya.” Milea mengecup kening Kai agar segera tidur.Kai memejamkan mata menuruti perintah Milea untuk tidur.Milea pun diam sambil menatap Kai yang mengharapkan Hanzel segera pulang.Setelah Kai tidur pulas, Milea pun keluar dari