“Archie, bolanya jangan dibawa begitu? Tendang!” teriak Emily sambil mengejar Archie yang memeluk bola lantas berlari sambil tertawa.“Kai, kejar Archie!” perintah Emily meski sebenarnya sanggup menggapai bocah tiga tahun itu sendiri.Kai ikut berlari, membuat Archie semakin tertawa karena permainan bola jadi aksi kejar-kejaran.Aruna, Ansel, Sashi, dan yang lain hanya tertawa melihat kelucuan tiga anak kecil itu. Mereka duduk di tikar yang terpasang di atas rumput bawah pohon yang ada di sisi taman.“Hanz belum memberi kabar, Bi?” tanya Aruna sambil menatap ke Cheryl.Semua orang langsung menoleh ke Cheryl saat mendengar pertanyaan Aruna.“Belum,” jawab Cheryl, “semoga semuanya lancar atau aku akan melabrak pria itu lagi kalau sampai macam-macam ke Hanz,” imbuh Cheryl.Semua orang saling tatap mendengar ucapan Cheryl, mereka tentu tahu bagaimana beraninya Cheryl menggampar ayah Milea.Baru saja mereka membahas Hanzel, mobil pria itu memasuki gerbang rumah. Semua orang pun menatap ke
“Biar aku yang gendong,” ucap Hanzel saat melihat Kai tidur saat sampai di apartemen.Milea menatap Hanzel yang mencegahnya menggendong Kai. Dia pun membiarkan Hanzel yang menggendong sebagai tanda jika pria itu bertanggung jawab sebagai ayah.Milea membantu membuka pintu mobik, lantas Hanzel menggendong Kai dengan perlahan-lahan. Keduanya pun masuk lift untuk menuju ke lantai unit apartemen Milea berada, tampaknya Kai kelelahan karena hampir seharian bermain dengan Emily dan Archie.“Jika kita menikah, lalu Kai belum menerimaku bagaimana?” tanya Hanzel mendadak cemas jika Kai tetap tak mau mengakuinya sebagai ayah.Hanzel dan Milea menyadari, tak mungkin memaksa Kai untuk memanggil Hanzel dengan sebutan papa karena bocah itu pasti akan bingung.“Aku yakin Kai bisa menerimamu, hanya saja dia butuh waktu lagi untuk mencerna yang terjadi. Kamu harus berusaha agar bisa mengambil hatinya,” balas Milea mencoba memberi semangat Hanzel.“Semoga Kai bisa menerimaku. Andai dulu aku tahu kalau
“Jadi, urusan Hanz dan ayahnya Milea sudah selesai?” tanya Bintang saat makan malam bersama Aruna.“Iya, Mom. Untungnya semua hanya salah paham, intinya orang tua Milea hanya ingin baik Milea atau Hanz sama-sama bertanggung jawab,” jawab Aruna.“Baguslah, setidaknya tak ada masalah lagi, apalagi Hanz hanya ingin mempertahankan apa yang dimilikinya,” ucap Bintang.Aruna pun mengangguk-angguk mendengar ucapan Bintang.“Oma tahu, Kai lucu lho. Dia kalau diajak bicara malu-malu. Tadi dia bilang sedih ga ada yang sayang mamanya. Katanya ga mau di sana kalau yang lain ga sayang mamanya,” celoteh Emily.“Masa Kai bilang begitu?” tanya Aruna tak percaya.“Iya, Mami. Tadi kita lihat belalang di semak, terus Kai bilang kalau sedih karena mamanya sering nangis,” jawab Emily.Semua orang saling tatap mendengar jawaban Emily. Mereka tak menyangka kalau Kai bicara seperti itu ke Emily, mereka pun membayangkan seperti apa kehidupan Milea sampai Kai bisa berpikir jika tak ada yang menyayangi Milea.“
“Biar aku jawab dulu, barang kali penting,” ucap Aruna meyakinkan karena ponselnya terus berdering.“Biarkan saja. Lagian orang mana yang tak punya aturan telepon malam-malam? Mengganggu saja!” gerutu Ansel tak mau melepas Aruna.Aruna malah terkekeh geli dengan sikap Ansel yang menggemaskan saat kesal. Dia mencium sekilas bibir suaminya itu sampai membuat Ansel terkejut.“Sebentar saja, kalau aku lihat bukan orang penting, aku tidak akan menjawabnya,” ucap Aruna mencoba meyakinkan.Ansel akhirnya mau melepas Aruna. Dia pun bangun dari atas tubuh Aruna, membiarkan sang istri melihat siapa yang menghubungi.“Siapa?” tanya Ansel saat melihat Aruna sudah memegang ponsel.“Bumi,” jawab Aruna, “aku jawab sebentar,” ucapnya kemudian.Ansel terpaksa menunda keinginannya karena menunggu Aruna menjawab panggilan dari Bumi. Tampaknya dia agak kesal karena Bumi menelepon di waktu yang sangat tidak tepat dan menjengkelkan. Ansel mendadak berbaring dengan posisi miring memunggungi Aruna yang sedan
Bumi berada di rumah sakit menunggu Winnie yang melakukan terapi. Beberapa kali terapi, akhirnya Winnie mulai bisa menggerakkan kedua kakinya meski belum bisa berjalan secara sempurna.Bumi menunggu di luar ruangan, berdiri di depan pintu yang terdapat kaca kecil di bagian tengahnya hingga membuatnya bisa melihat Winnie melakukan terapi. Sesekali dia melambai untuk memberi semangat ke Winnie.“Iya, bagus seperti itu. Pelan-pelan saja,” ucap dokter yang menemani Winnie terapi.Winnie berusaha berjalan dengan alat bantu yang ada di ruangan itu. Meski semuanya terasa berat dan melelahkan, tapi Winnie terus berusaha demi Bumi yang selalu menemaninya setiap waktu dan di mana pun dirinya berada.Winnie memandang ke Bumi yang berdiri di luar pintu. Dia tersenyum ke pria itu sambil berusaha menggerakkan kaki untuk berjalan. Hingga Winnie melihat Bumi yang menerima panggilan, sampai akhirnya pria itu meninggalkan ruangan tempatnya terapi.Winnie terlihat terkejut dengan kepergian Bumi, biasany
“Apa yang ….” Winnie tak bisa berkata-kata saat melihat Bumi berdiri tak jauh darinya. Dia juga melihat Aruna dan Ansel di sana.Bumi tersenyum melihat Winnie yang sangat terkejut. Dia memegang buket bunga sambil berdiri menatap Winnie.“Aku sudah janji akan melamarmu kalau kamu bisa berjalan. Hari ini, aku yakin kamu bisa, jadi aku di sini untuk melamarmu,” ucap Bumi sambil memasang wajah serius.Winnie sangat syok mendengar ucapan Bumi. Dia benar-benar tak menyangka jika pria itu akan melakukannya sekarang.“Aku belum bisa berjalan, Bumi.” Winnie menatap haru ke Bumi.“Tidak masalah kamu bisa berjalan sekarang atau besok, tapi yang jelas aku serius ingin melamarmu,” ucap Bumi.Winnie menutup mulutnya dengan satu tangan. Dia masih berdiri dibantu perawat sambil menatap Bumi yang membawa buket bunga.Andai dia dalam kondisi sehat, semua pasti akan terasa membahagiakan karena bisa langsung memeluk pria itu saat mendengar kata melamar dari bibir Bumi.Bumi mendekat ke Winnie, lantas ber
Hari itu, Hanzel dan keluarganya sedang melakukan persiapan untuk pertemuan dengan keluarga Milea.“Mami, jangan emosi apalagi gampar ayah Milea lagi,” ucap Hanzel memperingatkan.“Ish … kamu pikir mami ini pendendam?” Cheryl memukul lengan sang putra karena malah menggoda dirinya.Hanzel malah tertawa melihat sang mami yang menggerutu karena candaannya.“Kamu sudah berniat tanggung jawab, menikah di usia sekarang. Jangan main-main, ya Hanz. Yang serius kalau memang ingin menikah dan berumah tangga, jangan sampai kamu sekarang ingin menikah besok udah mau pisah,” ujar Cheryl memberi wejangan.Hanzel menatap sang mami yang terlihat cemas. Dia memegang kedua tangan Cheryl untuk menenangkan.“Mami tenang saja, aku serius ingin menikah dan sudah siap bertanggung jawab. Meski aku labil, tapi bukan berarti aku tak bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Doakan saja nantinya pernikahanku dengan Milea langgeng,” ucap Hanzel meyakinkan.Cheryl mengangguk-angguk mendengar ucapan Hanzel. Merek
“Nafsu makanmu bagus sekali, Run. Ga biasanya kamu makan banyak begitu?” tanya Bintang saat melihat Aruna makan.Aruna langsung menatap sang mommy yang baru saja mengingatkan soal makannya. Dia lantas menatap Ansel dengan wajah sedih seolah meminta suaminya membela.“Biarkan saja, Mom. Jangan diingatkan, nanti kalau merajuk dan malah diet, susah lagi urusannya,” ucap Ansel lantas melirik Aruna.Aruna melebarkan senyum mendengar ucapan suaminya yang mau membela dirinya.Bintang mengerutkan alis mendengar ucapan Ansel, kenapa jadi menantunya yang menjawab.“Ya sudah, suka-suka kamu saja daripada ngambek tak mau makan,” ujar Bintang pada akhirnya.Aruna tak terganggu sama sekali jika dirinya dikatai banyak makan, hanya saja saat ada Ansel mendadak sifat manjanya muncul dan ingin dibela.“Mommy siang ini mau ke tempat Bumi untuk bantu ngurus persiapan acara tunangan Bumi,” ucap Bintang lantas sarapan.“Mau nemenin belanja?” tanya Langit ke Bintang.“Iya, tahu sendiri kalau Anta jarang sek