"Kak Fara, besok titip Nuri, ya?"
Begitu isi pesan yang dikirimkan oleh Rita pada Fara semalam. Seperti biasa, setiap pagi Nuri akan datang ke rumah Fara lengkap dengan seragam sekolahnya. Saat Rita yang hendak berangkat bekerja berpapasan dengan Fara, iparnya itu kemudian menyapa.
"Maaf, ya, Kak, ngerepotin terus," sesal Rita yang sedang menunggu ojek online-nya.
Fara tersenyum, "Nyantai aja, Ta," ujar Fara.
"Ojek aku udah di depan, Kak. Aku berangkat dulu, ya?" pamit Rita.
Sepeninggal Rita, Fara kembali ke dalam dan bersiap hendak mengantar anak-anak ke sekolah. Kali ini, Fara memakai tunik berwarna peach, yang dipadukan dengan celana jeans hitam.
Fara tiba di sekolah saat sudah banyak wali murid yang datang. Anak-anak langsung masuk ke kelas, sedangkan Fara menuju kumpulan ibu-ibu yang sedang duduk di bangku, di bawah pohon rambutan.
"Mbak Fara, itu HP-nya bunyi terus dari tadi, rame banget notif-nya!" seloroh Cindy, wali murid yang paling dekat dengan Fara.
"HP saya tah? Kok saya malah gak denger, ya?" canda Fara.
Fara pun merogoh HP-nya yang ada di saku celana. Mata Fara membulat sempurna mendapati isi pesan yang menurut Fara kurang pantas. Ya, pesan beruntun itu berasal dari Andre. Ia sudah tak segan lagi untuk mengirimi Fara pesan.
"Dari siapa, Mbak Fara?" tanya Cindy lagi.
"Dari adik saya yang di Bekasi, katanya mau main kalo libur kerja," terpaksa Fara berbohong. Tak mungkin juga ia mengatakan yang sejujurnya pada Cindy.
Sang surya mulai meninggi, menandakan kelas sudah berakhir. Fara dan Cindy pun berpisah di perempatan jalan.
"Tante, Nuri mau jajan," rengek Nuri saat mereka berpapasan dengan pedagang es cendol.
"Eza juga mau, Bu!" seru Reza menimpali.
Fara pun membelikan masing-masing sebungkus es cendol. Karena Fara berfikir, tak ada salahnya jika sesekali jajan di luaran. Setelah membayar sejumlah uang pada pedagang cendol tadi, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Entah mengapa HP Fara tak kunjung berhenti membunyikan notifikasi di aplikasi hijau. Mau tak mau, Fara merogoh HP-nya dan melihat di layar, siapa yang mengiriminya pesan. Fikiran Fara tertuju pada Andre, dan benar saja, ada beberapa pesan yang Andre kirimkan untuk Fara.
Tanpa membaca pesan yang dikirim Andre, Fara menekan tombol senyap, lalu memasukkan kembali HP-nya ke saku celana karena pesan yang Andre kirimkan tidaklah penting.
"Nuri langsung pulang, ya?" pesan Fara menggandeng Nuri menuju rumahnya. Setelah sebelumnya menyuruh Reza masuk ke rumah terlebih dahulu. Nuri hanya mengangguk patuh.
Setelah mengantar Nuri, Fara kembali ke rumah kemudian mengganti baju Reza. "Bu, Eza mau main ke rumah Nuri, ya?" pamit Reza setelah berganti pakaian.
"Iya, tapi inget, kalo ngerasa laper, langsung pulang, ya, Nak!" pesan Fara yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh Reza.
Fara membersihkan rumah selagi Reza bermain. Anak itu memang aktif dan selalu ingin tahu, jadi rumah adalah salah satu tempat di mana ia bisa berkreasi dan berimajinasi sesuka hati."Rumah gak ada beresnya, udah dirapihin sama emaknya, diberantakin lagi sama anaknya," gumam Fara sambil membereskan mainan Reza.
Fara teringat sedari pulang sekolah tadi, ia belum menyentuh gawainya. Setelah pekerjaan rumah selesai, Fara duduk di lantai sambil meluruskan kedua kakinya. Ia berniat untuk berselancar di aplikasi biru dan sekedar mengecek aplikasi belanja online.
Alangkah terkejutnya Fara, saat ia baru saja membuka HP, begitu banyak notifikasi pesan yang dikirimkan oleh adik iparnya.
"Gak ada kerjaan banget, sih!" gerutu Fara, ketika ia membuka satu persatu pesan dari Andre.
Namun pada pesan selanjutnya, pupil mata Fara membelalak membaca pesan yang isinya tidak sopan. "Keterlaluan!" gumam Fara sambil mencengkram erat HP-nya.
Fara tak menyangka adik iparnya akan melakukan hal tersebut. Rupanya foto saat Fara tidur bersama Reza, dikirimkan oleh Andre. Fara yakin, jika Dika dan Rita tidak mengetahui hal ini.
Rencananya, malam ini Fara akan mengadukan perihal Andre kepada Dika. Fara berharap suaminya itu bisa melindunginya, dan setidaknya Dika memberikan teguran pada Andre.
"Yah," sapa Fara yang melihat Dika sedang menonton televisi.
Dika menoleh, kemudian tersenyum pada istrinya yang semakin hari semakin menawan. Lengkungan indah di bibirnya tak luput menghiasi malam-malam Dika.
"Sini, duduk," titah Dika menepuk lantai di sebelahnya.
Fara menurut, lalu mendaratkan bokongnya di samping Dika.
Diperhatikannya sang suami lamat-lamat, guratan halus sudah mulai menghiasi kening dan sekitar matanya. Rambut-rambut putih pun, tanpa permisi hadir di sela-sela helaian rambut hitam Dika. Fara mengurungkan niatnya, ia tak sampai hati melihat suaminya yang terlihat begitu kelelahan.
"Tidur, yuk, Yah? Udah malam, besok kan bangun pagi-pagi lagi," ajak Fara lembut.
Dika tersenyum, kemudian mengambil remote TV, dan menekan tombol merah. Dika merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu besar. Namun, terasa nyaman karena dikelilingi oleh orang terkasih.
Hari demi hari berganti. Fara merasa lega, karena beberapa hari ini gawainya aman dari gangguan. Wajahnya pun kembali ceria seperti sedia kala.
"Semoga aja Andre gak ngirimin pesan yang aneh lagi," gumam Fara saat memainkan gawainya. Ia hendak menghapus beberapa pesan yang sekiranya tidak terlalu penting. Karena di layar HP-nya sering muncul tampilan, 'ruang penyimpanan hampir habis'.
HP yang sedang Fara pegang tiba-tiba saja berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk. Fara lalu membuka pesan tersebut dan nampak di layar jika Andre mengirimi Fara sebuah video. Karena penasaran, tanpa berfikir dua kali, Fara membuka video yang dikirimkan Andre.
"Kirim video apaan sih, dia?" umpat Fara saat videonya masih diunduh.
Tak ada sekali pun fikiran negatif terlintas di kepala Fara. Namun, saat video selesai diunduh, dan diputar oleh Fara, alangkah terkejutnya ia mendapati isi videonya ialah dua orang yang sedang memadu kasih. Dan diakhiri dengan sebuah pesan, bahwa Andre membayangkan melakukannya dengan Fara.
"Ipar gak ada akhlak!" umpat Fara sambil melempar HP-nya ke kasur. Fara menghirup nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan, agar ia bisa berfikir jernih. Padahal mukanya sudah merah padam menahan amarah.
Lima menit kemudian, setelah dirasa emosinya membaik, Fara mengambil kembali HP-nya yang ia lempar sembarang.
"Pesannya gak usah dihapusin, biar nanti jadi bukti," gumam Fara sambil menggenggam HP-nya erat.
Karena tak tahan dengan pesan yang terus menerus dikirimkan oleh Andre, akhirnya Fara menceritakan semuanya pada Dika, tentang kelakuan adik iparnya itu.
"Yah!" seru Fara tak sabar, karena Dika sedari tadi sibuk dengan gawainya.
Dika mendongak, memperhatikan istrinya yang dirasa sedang tidak baik-baik saja. "Kamu kenapa, Bu?" tanya Dika heran.
"Ayah baca aja semuanya," seru Fara memberikan ponselnya pada Dika.
Dika yang tengah tiduran di kasur lantai pun beranjak menerima ponsel Fara, lalu mulai membacanya satu per satu. Fara berharap Dika akan bersikap tegas pada adik iparnya. Namun diluar dugaan, Dika justru tak percaya.
Rahangnya terlihat mulai mengeras, Fara bisa merasakan hawa di sekitarnya yang berubah. "Apaan ini, Bu?" tanya Dika masih tetap men-scroll layar HP Fara.
"Apaan ini, Bu?" tanya Dika masih tetap men-scroll layar HP Fara."Biar Ayah tahu kelakuan adik ipar Ayah selama ini," sahut Fara masih berusaha bersikap tenang.Dika tak menjawab, bola matanya masih bergerak ke kiri dan ke kanan, pertanda ia masih membaca pesan itu dengan seksama. Berulang kali ia baca, mencoba menyangkal dengan apa yang terjadi sebenarnya."Kamu gak usah sok kegatelan, Bu! Gak usah deketin Andre! Inget, Andre itu suami adik ipar kamu," sanggah Dika yang sukses membuat Fara mematung."Masa Andre tiba-tiba kirim pesan beginian, kalo gak dimulai? Ayah tahu siapa Andre, orang kecilnya aja Ayah tahu, kok!" seru Dika.Dika sebenarnya bingung hendak mempercayai siapa, istrinya atau iparnya. Ia sama sekali tak percaya jika Andre bisa berbuat seperti itu, karena selama ini ia dan Rita sangat baik pada keluarga kecilnya. Namun ia juga tak bisa mengabaikan Fara, karena Fara tak akan bertindak jika tak ada bukti.Fara tak
BAB 7Yuda Hermawan.Ya, Fara ingat. "Dia, kan, dulu pernah suka sama aku," ujar Fara mengenang masa-masa sekolahnya dahulu. Yuda, seorang anak laki-laki yang dengan terang-terangan menyatakan cinta pada Fara, pada zaman SMA."Konfirm jangan, ya?" gumam Fara. "Konfirm aja, deh! Kan udah masa lalu juga," imbuhnya.Tangan Fara gatal untuk tak men-stalking profil Yuda. Fara baru tahu jika Yuda ternyata tinggal di Kota Metropolitan juga, sedangkan istri dan anaknya tinggal di kampung."Makin keren aja, dia sekarang," ujar Fara saat melihat foto-foto Yuda yang diunggah beberapa minggu lalu. Ternyata Yuda cukup aktif di sosial media membagikan kesehariannya.Pikiran Fara membawanya mengembara ke belasan tahun silam. Di mana ia dan Yuda sedang sayang-sayangnya, dan kisah kasih mereka harus kandas karena Yuda memilih melanjutkan pendidikan di Jakarta.Fara mengubah posisinya dari duduk menjadi tengkurap. Posisi seperti orang yang sedang dimab
"Pesan dari siapa?" tanya Dika dengan tatapan tajam.Fara yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah. Dengan cepat, Fara mencari alasan agar suaminya tak curiga."Dari Raisa, katanya besok dia mau ke sini, mumpung libur," kilah Fara dengan degupan jantung yang saling berpacu. Takut jika Dika sadar Fara telah berbohong.Dika menatap mata Fara intense. Ia bisa merasakan jika istrinya itu berbohong, tapi sayangnya kebohongannya itu tak terlihat. Dika tidak menemukan kebohongan dari sorot mata Fara."Ooh ...," singkat Dika lalu beranjak ke kamar mandi.Ketika pintu kamar mandi tertutup sempurna, barulah Fara bisa bernafas lega. Segera ia mengatur nafasnya agar kembali normal, lantas ia me-log out aplikasi birunya.Setelahnya, Fara pergi ke dapur untuk merebus air guna membuat kopi hitam kesukaan Dika. Dika tak akan mau meminum kopi dari air termos, 'kurang nikmat' katanya. Selesai urusan kopi sang suami, Fara gegas mengerjakan tugas rumah la
Fara terkejut ketika sang suami menantangnya untuk membuktikan kebenaran ucapannya. Wanita itu nyaris terbawa emosi. Namun, dengan cepat ia menguasai diri. "Siapa takut?" Akhirnya, mereka semua berkumpul di rumah Rita selepas Isya. Tak hanya keluarga Dika dan Andre, tetapi Lina, kakak mereka yang tinggal di Bekasi pun turut hadir setelah dihubungi Dika. "Macam sidang keluarga," batin Fara melihat orang-orang yang duduk melingkar di atas karpet yang terlihat masih baru. Sedangkan anak-anak disuruh bermain di kamar, karena fasilitasnya lumayan lengkap. Hening. Semua tampak sibuk dengn pikiran masing-masing. Andre yang duduk di sebelah Rita, tetap saja mencuri pandang pada Fara, dan tertangkap oleh penglihatan Lina. Lelaki itu masih belum mengetahui, untuk apa mereka berkumpul. "Ehm ...." Lina berdehem sebelum memulai berbicara, ia merasa memang ada yang harus diluruskan diantara adik-beradiknya. "Fara ... Dika bilang sama saya kalo Andre sering
"Aku gak tahan lihat Fara, tubuhnya menggoda!" ucap Andre jujur. Saat mendengar pengakuan adik iparnya, dada Dika bergemuruh. Ia tak bisa menahan amarahnya pada lelaki yang mengaku tergoda oleh kecantikan dan juga kemolekan tubuh istrinya. Jika sekali lagi Andre memberikan shock terapi, bisa-bisa Risa tak sadarkan diri. "Kamu mau berubah, enggak?" tanya Lina tegas. Andre mengangguk. "Aku minta maaf, Kak," ujar Andre pada Lina. "Bukan ke saya, tapi ke Fara, Dika, sama Rita," ucap Lina, terlihat sekali ia ingin menyatukan keluarga adiknya. Sebagai anak tertua, ia mempunyai tanggung jawab menjaga kerukunan keluarga besarnya. Andre menatap Fara, kakinya mulai bergerak maju mendekati Fara. Namun, belum sampai ia ke hadapan Fara, Dika menghadangnya. "Gak usah deket-deket sama Fara!" seru Dika. "Aku minta maaf, Kak," ujar Andre pada Fara tanpa berjabat tangan. Tak ada kata yang terucap. Hening. Hanya isak tangis Rita yang terd
[Kalo kamu lagi sedih, hubungi aku aja.] Senyum Fara mengembang membaca balasan pesan yang kesekian dari Yuda. Hatinya yang hampir beku, seketika menghangat. Yuda bagai mood booster bagi Fara untuk saat ini. Ketika malam menyapa, Dika yang baru saja sampai di rumah, disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah. Istri dan anaknya yang sedang terlelap adalah lukisan yang paling indah yang Tuhan ciptakan untuknya. Fara terjaga ketika mendengar suara lemari terbuka. Didapatinya sang suami sedang berganti baju usai membersihkan diri. Fara terperanjat, dan segera bangun untuk membuatkan segelas kopi hitam panas. "Maaf, Ibu ketiduran," ucap Fara meletakkan gelas di atas karpet, kemudian duduk di sebelah Dika. Dika yang sedang meluruskan pinggangnya bangun. Ia terpana melihat Fara yang menurutnya begitu menarik malam ini. "Ayah juga lupa bilang, kalo hari ini lembur," sahut Dika menyesap kopinya, sambil matanya menatap Fara. Dika berfikir j
Bagai disambar petir, Fara yang tengah memegang panci dan menuang air panas ke dalam gelas untuk menyeduh kopi pun terkejut saat mendengar permintaan sang suami, hingga air dalam panci yang sedang ia tuang tumpah."Kamu kenapa, Bu?" tanya Dika ketika ia melihat air dalam panci itu tumpah."Gak kenapa-kenapa, kok, Yah," sahut Fara sambil meringis, karena terkena cipratan air panas."Ibu ...," teriak Reza membuat Fara tersadar."Iya, Ibu di dapur, Nak!" sahut Fara sambil mengaduk kopi hitam Dika. "Ibu ke depan dulu, ya, Yah," pamitnya tergesa pada sang suami.Fara bisa bernafas lega karena kali ini bisa menghindar dari Dika. Dika hanya memperhatikan Fara dari belakang sambil menyesap kopinya. "Ada yang perlu diselidiki, nih!" gumam Dika."Bu, lihat nih, Eza dikasi makanan banyak banget sama Tante Cacha!" seru Reza kegirangan."Banyak amat belanjanya, Sa?" tanya Fara memindai dua kantong plastik besar bertuliskan minimarket berlogo lebah
"Dari kapan, sih, HP Ibu dikunci segala?" tanya Dika mendapati ekspresi Fara yang berubah."Gak usah dikuncilah Bu, HP-nya. Biar kalo Ayah butuh tuh gampang," lanjutnya.Fara yang tengah membuat nasi goreng menghentikan aktifitasnya dan mendengarkan penuturan sang suami. Fara hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dika yang melihat istrinya terpaku, hanya mendesah dan berlalu ke kamar mandi."Ayah buka-buka HP Ibu?" ketus Fara tak senang, saat Dika berjalan melewatinya."Iya," jawab Dika dengan entengnya sambil menyilangkan tangan di dadanya.Tatapan tak suka jelas tersirat di wajah cantik Fara yang tanpa polesan make up. "Biasanya juga Ayah gak suka buka-buka HP Ibu, kok!" ujar Fara menyelidik.Dika tampak gugup, tetapi sebisa mungkin ia menutupi kegugupannya itu. "Mau minta hotspot," singkat Dika.Fara melanjutkan kembali acara memasaknya. "Baru sekarang Ibu denger Ayah gak punya kuota, aneh! Biasanya juga sebelum kuota a