Share

BAB 5

"Kak Fara, besok titip Nuri, ya?"

Begitu isi pesan yang dikirimkan oleh Rita pada Fara semalam. Seperti biasa, setiap pagi Nuri akan datang ke rumah Fara lengkap dengan seragam sekolahnya. Saat Rita yang hendak berangkat bekerja berpapasan dengan Fara, iparnya itu kemudian menyapa.

"Maaf, ya, Kak, ngerepotin terus," sesal Rita yang sedang menunggu ojek online-nya.

Fara tersenyum, "Nyantai aja, Ta," ujar Fara.

"Ojek aku udah di depan, Kak. Aku berangkat dulu, ya?" pamit Rita.

Sepeninggal Rita, Fara kembali ke dalam dan bersiap hendak mengantar anak-anak ke sekolah. Kali ini, Fara memakai tunik berwarna peach, yang dipadukan dengan celana jeans hitam.

Fara tiba di sekolah saat sudah banyak wali murid yang datang. Anak-anak langsung masuk ke kelas, sedangkan Fara menuju kumpulan ibu-ibu yang sedang duduk di bangku, di bawah pohon rambutan.

"Mbak Fara, itu HP-nya bunyi terus dari tadi, rame banget notif-nya!" seloroh Cindy, wali murid yang paling dekat dengan Fara.

"HP saya tah? Kok saya malah gak denger, ya?" canda Fara.

Fara pun merogoh HP-nya yang ada di saku celana. Mata Fara membulat sempurna mendapati isi pesan yang menurut Fara kurang pantas. Ya, pesan beruntun itu berasal dari Andre. Ia sudah tak segan lagi untuk mengirimi Fara pesan.

"Dari siapa, Mbak Fara?" tanya Cindy lagi.

"Dari adik saya yang di Bekasi, katanya mau main kalo libur kerja," terpaksa Fara berbohong. Tak mungkin juga ia mengatakan yang sejujurnya pada Cindy.

Sang surya mulai meninggi, menandakan kelas sudah berakhir. Fara dan Cindy pun berpisah di perempatan jalan.

"Tante, Nuri mau jajan," rengek Nuri saat mereka berpapasan dengan pedagang es cendol.

"Eza juga mau, Bu!" seru Reza menimpali.

Fara pun membelikan masing-masing sebungkus es cendol. Karena Fara berfikir, tak ada salahnya jika sesekali jajan di luaran. Setelah membayar sejumlah uang pada pedagang cendol tadi, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Entah mengapa HP Fara tak kunjung berhenti membunyikan notifikasi di aplikasi hijau. Mau tak mau, Fara merogoh HP-nya dan melihat di layar, siapa yang mengiriminya pesan. Fikiran Fara tertuju pada Andre, dan benar saja, ada beberapa pesan yang Andre kirimkan untuk Fara.

Tanpa membaca pesan yang dikirim Andre, Fara menekan tombol senyap, lalu memasukkan kembali HP-nya ke saku celana karena pesan yang Andre kirimkan tidaklah penting.

"Nuri langsung pulang, ya?" pesan Fara menggandeng Nuri menuju rumahnya. Setelah sebelumnya menyuruh Reza masuk ke rumah terlebih dahulu. Nuri hanya mengangguk patuh.

Setelah mengantar Nuri, Fara kembali ke rumah kemudian mengganti baju Reza. "Bu, Eza mau main ke rumah Nuri, ya?" pamit Reza setelah berganti pakaian.

"Iya, tapi inget, kalo ngerasa laper, langsung pulang, ya, Nak!" pesan Fara yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh Reza.

Fara membersihkan rumah selagi Reza bermain. Anak itu memang aktif dan selalu ingin tahu, jadi rumah adalah salah satu tempat di mana ia bisa berkreasi dan berimajinasi sesuka hati.

"Rumah gak ada beresnya, udah dirapihin sama emaknya, diberantakin lagi sama anaknya," gumam Fara sambil membereskan mainan Reza.

Fara teringat sedari pulang sekolah tadi, ia belum menyentuh gawainya. Setelah pekerjaan rumah selesai, Fara duduk di lantai sambil meluruskan kedua kakinya. Ia berniat untuk berselancar di aplikasi biru dan sekedar mengecek aplikasi belanja online.

Alangkah terkejutnya Fara, saat ia baru saja membuka HP, begitu banyak notifikasi pesan yang dikirimkan oleh adik iparnya.

"Gak ada kerjaan banget, sih!" gerutu Fara, ketika ia membuka satu persatu pesan dari Andre.

Namun pada pesan selanjutnya, pupil mata Fara membelalak membaca pesan yang isinya tidak sopan. "Keterlaluan!" gumam Fara sambil mencengkram erat HP-nya.

Fara tak menyangka adik iparnya akan melakukan hal tersebut. Rupanya foto saat Fara tidur bersama Reza, dikirimkan oleh Andre. Fara yakin, jika Dika dan Rita tidak mengetahui hal ini.

Rencananya, malam ini Fara akan mengadukan perihal Andre kepada Dika. Fara berharap suaminya itu bisa melindunginya, dan setidaknya Dika memberikan teguran pada Andre.

"Yah," sapa Fara yang melihat Dika sedang menonton televisi.

Dika menoleh, kemudian tersenyum pada istrinya yang semakin hari semakin menawan. Lengkungan indah di bibirnya tak luput menghiasi malam-malam Dika.

"Sini, duduk," titah Dika menepuk lantai di sebelahnya.

Fara menurut, lalu mendaratkan bokongnya di samping Dika.

Diperhatikannya sang suami lamat-lamat, guratan halus sudah mulai menghiasi kening dan sekitar matanya. Rambut-rambut putih pun, tanpa permisi hadir di sela-sela helaian rambut hitam Dika. Fara mengurungkan niatnya, ia tak sampai hati melihat suaminya yang terlihat begitu kelelahan.

"Tidur, yuk, Yah? Udah malam, besok kan bangun pagi-pagi lagi," ajak Fara lembut.

Dika tersenyum, kemudian mengambil remote TV, dan menekan tombol merah. Dika merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu besar. Namun, terasa nyaman karena dikelilingi oleh orang terkasih.

Hari demi hari berganti. Fara merasa lega, karena beberapa hari ini gawainya aman dari gangguan. Wajahnya pun kembali ceria seperti sedia kala.

"Semoga aja Andre gak ngirimin pesan yang aneh lagi," gumam Fara saat memainkan gawainya. Ia hendak menghapus beberapa pesan yang sekiranya tidak terlalu penting. Karena di layar HP-nya sering muncul tampilan, 'ruang penyimpanan hampir habis'.

HP yang sedang Fara pegang tiba-tiba saja berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk. Fara lalu membuka pesan tersebut dan nampak di layar jika Andre mengirimi Fara sebuah video. Karena penasaran, tanpa berfikir dua kali, Fara membuka video yang dikirimkan Andre.

"Kirim video apaan sih, dia?" umpat Fara saat videonya masih diunduh.

Tak ada sekali pun fikiran negatif terlintas di kepala Fara. Namun, saat video selesai diunduh, dan diputar oleh Fara, alangkah terkejutnya ia mendapati isi videonya ialah dua orang yang sedang memadu kasih. Dan diakhiri dengan sebuah pesan, bahwa Andre membayangkan melakukannya dengan Fara.

"Ipar gak ada akhlak!" umpat Fara sambil melempar HP-nya ke kasur. Fara menghirup nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan, agar ia bisa berfikir jernih. Padahal mukanya sudah merah padam menahan amarah.

Lima menit kemudian, setelah dirasa emosinya membaik, Fara mengambil kembali HP-nya yang ia lempar sembarang. 

"Pesannya gak usah dihapusin, biar nanti jadi bukti," gumam Fara sambil menggenggam HP-nya erat. 

Karena tak tahan dengan pesan yang terus menerus dikirimkan oleh Andre, akhirnya Fara menceritakan semuanya pada Dika, tentang kelakuan adik iparnya itu. 

"Yah!" seru Fara tak sabar, karena Dika sedari tadi sibuk dengan gawainya.

Dika mendongak, memperhatikan istrinya yang dirasa sedang tidak baik-baik saja. "Kamu kenapa, Bu?" tanya Dika heran.

"Ayah baca aja semuanya," seru Fara memberikan ponselnya pada Dika.

Dika yang tengah tiduran di kasur lantai pun beranjak menerima ponsel Fara, lalu mulai membacanya satu per satu. Fara berharap Dika akan bersikap tegas pada adik iparnya. Namun diluar dugaan, Dika justru tak percaya.

Rahangnya terlihat mulai mengeras, Fara bisa merasakan hawa di sekitarnya yang berubah. "Apaan ini, Bu?" tanya Dika masih tetap men-scroll layar HP Fara.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status