Share

35. Surat Wasiat

Surat Wasiat

****

Orang-orang yang mengantar Asrul ke pemakaman satu per satu mulai pulang.

Hanya menyisakan diriku, bang Nizar dan Rahma serta beberapa teman kerja bang Asrul.

Rahma berjongkok di dekat gundukan tanah yang masih basah. Matanya sembab, sesekali punggung tangannya menyeka airmata yang membasahi pipi.

“Kita ihklaskan perpisahan bang Arul, ya, Kak,” ucap Rahma ikut berjongkok di sampingku sambil mengusap lembut punggungku.

Aku menaburkan sisa bunga yang ada di dalam keranjang ke atas gundukan tanah tersebut, lalu menoleh ke arah Rahma.

"Kakak sudah mengihklaskannya, Rahma. Kakak hanya sedih, di akhir hidupnya, tak ada satupun keluarga ada di orangtuanya, bahkan di hari ini, hari pemakamannya," ucapku lirih.

Aku menghapus airmata yang membasahi kedua pipi, sebelum bangkit berdiri.

“Sebaiknya kita pulang sekarang, ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu,” ucap bang Nizar berkata sambil menatap ke arahku, suaranya terdengar berat.

“Sesuatu, apa itu, Bang?” Selidikku, aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status