Share

Kau Duakan Aku, Kutarik Asetmu
Kau Duakan Aku, Kutarik Asetmu
Penulis: Alibn A.

Bab 1

[Mba, apakah yang ini lelaki yang anda cari?] Sebuah pesan masuk ke messenger-ku. Kubaca sekali lagi isi kalimat tersebut.

Entah siapa gerangan orang tersebut, ia mengirimkan sebuah gambar hasil tangkapan layar di salah satu media sosial ke messenger-ku. Aku memicingkan mata, memerhatikan dengan seksama gambar tersebut.

Seketika, batinku mengiyakan. Wajah lelaki di gambar tersebut sama dengan suamiku. Tapi, wanita di sampingnya dan seorang bayi yang ada di pangkuannya? Rasanya aku mengenali wajah wanita ini, tapi siapa?

Aku masih berusaha terus mengingat siapa wanita ini.

Bagai disambar petir, mata ini seakan merah padam. Dada ini terus menderu-deru. Aku khawatir kalau dugaanku benar.

"Tidak ... tidak mungkin ... Ini bukan Raisya! Dulu, yang kutahu, ia tidak berhijab seperti di foto ini. Semoga aku salah. Astaghfirullah!" Aku menahan deru di dada dengan telapak tangan.

Jariku seakan kaku untuk mengetik, benar-benar tidak percaya.

[Iya Mba, benar. Terima kasih, ya. Boleh aku minta foto yang lain?]

[Baik, tunggu sebentar, ya. Kucarikan lagi.]

Argh, aku memijat kepalaku berulangkali, yang mulai terasa sakit sambil menunggu pesan dari netizen tersebut.

Sudah lama, aku menunggu kedatangan suamiku yang izin merantau, sekitar dua tahun. Namun, aku tak kunjung mendapatkan kabar.

Kabar darinya pun tak ada. Apalagi kabar dari kerabat atau keluarga. Beberapa kali aku datang ke keluarga mertuaku untuk menanyakan kabar atau keberadaannya, tapi nihil. Ia pernah mengirimkan uang untuk Naya hanya enam kali atau enam bulan kemudian tak ada lagi kabar sampai hari ini.

Karena tak kuat menahan gejolak, aku memberanikan diri post fotonya di media sosial. Sehingga, aku mendapatkan kiriman foto tadi dari netizen yang tidak kuketahui siapa dia.

Alhamdulillah, aku sedikit tahu berkat bantuan dari netizen di media sosial.

Gambar yang dikirim seorang netizen adalah benar gambar suamiku yang telah lama hilang kabar dan kontak sekitar dua tahun silam. Aku makin yakin bahwa gambar tersebut adalah wajahnya karena seorang netizen yang lain juga ikut berkomentar dan mengirimkan link akun lelaki yang kucari tersebut.

Aku masih berselancar di dunia maya sambil membaca komentar beberapa netizen di status yang ku-post di sebuah grup komunitas. Mungkin saja, aku mendapatkan informasi yang lain. Benar saja, sebuah akun berkomentar dengan menyematkan link baru.

Segera aku mengkliknya dan tak sabar ingin tahu apa di balik link tersebut.

Saat aku membuka link tersebut, aku benar-benar syok. Wajah lelaki di akun tersebut sangat mirip dengan suamiku. Aku makin yakin kalau gambar itu adalah dia. Namun, ada satu tanda lahir yang ada di pergelangan tangannya yang belum kulihat. Aku harus memastikan tanda lahir itu ada.

Ternyata, dia punya beberapa akun yang aku tak tahu. Bahkan, nama akunnya pun tidak familiar, seperti nama orang Eropa.

"Jadi, karena ini yang membuatmu hilang kabar sehingga aku tak tahu, Mas?" ucapku geram dalam hati.

Aku letakkan benda pipih tersebut di atas kasur tidur dan mengembuskan napas kesal. Dasar lelaki tak punya hati.

Pandanganku menoleh ke arah kanan. Gadis mungil itu sedang terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Matanya sayu. Wajahnya terlihat mulai tirus dan pucat. Sedih, hati ini melihatnya terkulai tak berdaya di atas dipan minimalis itu.

Sudah dua tahun terakhir, ia selalu menanyakan perihal ayahnya. Jawabanku bahwa ayahnya sedang bekerja dan mencari nafkah di perantauan untuk kami. Aku tak tahu harus menjawab apalagi padanya jika menanyakan kembali tentang lelaki jakun dan berkulit coklat yang disebutnya ayah, tak kunjung datang.

Berkali-kali, aku mencari alasan atau menjawab sekenanya agar ia tenang dan tidak bertanya lagi. Tapi tetap saja, ia akan menanyakan kembali di hari lain. Aku tak mungkin begini terus padanya-berbohong. Suatu saat nanti, ia pasti akan tahu juga.

Naya - gadis mungilku berkulit kuning langsat itu hanya mengenal ayahnya lewat foto. Ia akan melihat foto tersebut bila rindu. Hanya foto itu yang kupunya. Foto saat kami menikah. Ia selalu bingung menjawab pertanyaan teman-teman sebayanya tentang keberadaan ayahnya.

Aku berdiri dan berjalan menuju tempat Naya, gadis mungilku itu. Mata indah itu masih terpejam. Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya perlahan.

"Maafkan ibu, Nak, belum bisa membahagiakanmu dan mencari tahu kabar tentangnya. Ibu janji akan menemukan ayahmu," bisikku pelan sambil membelainya yang sedang terlelap.

Sudah dua pekan ini, Naya-ku sedang tak baik-baik saja. Aku sudah mengantarnya untuk check up ke dokter. Tapi, sampai saat ini belum ada perubahan yang signifikan darinya.

Aku sangat mencemaskan kesehatannya yang semakin menurun setiap hari.

Aku meraih kembali benda pipih yang sempat kuhempaskan dan menghubungi seorang netizen tadi. Dia lah yang mengirimkan gambar tentang lelaki yang sudah lama kucari. Semoga darinya aku mendapatkan informasi tentang alamat suamiku.

Pesan yang kukirim di messenger masih centang satu berwarna biru. Sepertinya, dia belum online. Kuletakkan kembali gawaiku dan mengembuskan napas. Semoga saat dia online, pesanku dijawabnya.

Aku harus ke rumah mertuaku untuk menanyakan perihal kabar Adnan, suamiku. Mungkin saja, aku mendapatkan informasi dari mereka.

Aku pun bergegas mengemas beberapa pakaian ganti untuk Naya dan diriku karena jaraknya cukup jauh. Lama perjalanan dari tempat tinggalku dengan rumah mertuaku sekitar tiga jam. Jadi beberapa bekal juga aku siapkan untuk anakku semata wayang ini. Aku harus tahu di mana keberadaan dan kabar Mas Adnan, suamiku.

"Kita mau ke mana, Ma?" tanya Naya padaku karena membangunkannya secara tiba-tiba.

Sebenarnya, aku tak tega membangunkannya yang masih tertidur lelap. Tapi aku tak punya pilihan selain membangunkannya dan pergi saat ini juga karena hari sudah siang.

Aku khawatir kalau pergi sore, kami tidak akan mendapatkan tumpangan. Dan juga, aku tak berani keluar malam hari, di mana hanya kami berdua menunggu mobil angkutan umum. Apalagi jika membawa kendaraan motor seorang diri dengan jarak tempuh yang cukup jauh, tidak mungkin kulakukan.

"Mau ke rumah Nenek. Naya senang gak?"

"Senang, Mak. Ayuk!"

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya kami mendapatkan tumpangan. Naya sedang menikmati pemandangan di balik jendela bus. Ini kali ke tiga kami ke rumah mertuaku. Saat pertama kali kami berkunjung, usia Naya baru 4 bulan dan masih ditemani Mas Adnan. Kali kedua, hanya kami berdua dan saat itu usia Naya sekitar satu tahun.

Aku jarang berkunjung ke rumah mertuaku karena jaraknya yang cukup jauh. Biasanya kami hanya berkabar lewat telepon.

Pernah sekali kutanyakan kabar Mas Adnan ke mereka, tapi tak ada jawaban yang pasti. Jadi, aku memutuskan untuk datang sendiri sekaligus berkunjung. Hitung-hitung sebagai silaturahmi lagi.

***

Mata Lisa membelalak, melihat kedatangan kami. Aku tak tahu apa yang dipikirkannya atau hanya perasaanku saja. Lisa ialah adik iparku yang bungsu. Mereka hanya dua bersaudara.

Kebetulan, ia sedang bersantai di pekarangan rumah sambil bermain smartphone-nya. Rumah yang asri dan sejuk, juga sangat terawat.

"Assalamualaikum. Lisa."

"Wa--alaikumsalam. Mba Jihan! Mari masuk, Mba! Eh, ini Naya, ya, ponaan Tante?"

"Iya, Tante. Assalamualaikum." Naya menyalami tantenya, Lisa.

Kami pun duduk di ruang tamu sedangkan Lisa sudah lama masuk lebih dulu. Aku dan putriku masih duduk, bingung juga mau buat apa. Kedua mertuaku belum kelihatan, begitu juga Lisa yang belum keluar semenjak menuju kamarnya.

"Ke mana ya, Lisa tadi?" tanyaku dalam hati. "Mungkin dia menyiapkan minuman untuk kami," pikirku lagi.

Aku memang agak sungkan melakukan apapun di rumah ini semenjak tak ada Mas Adnan kecuali disuruh oleh Ibu atau bapak mertuaku. Apalagi melihat sikap Lisa yang dulu tak begitu ramah padaku saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini.

Entah sekarang bagaimana. Kalau melihat tadi, sikapnya cukup ramah menerima kami walaupun dia sedikit terkejut dari raut wajahnya.

***

Ikuti cerita terbaruku, ya!

Mohon bantuannya untuk ikuti akun penulis dan ceritanya agar mendapatkan pemberitahuan update bab terbaru!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status