Aku, Kalea, tercengang saat mendengar Andien berbicara kepada Mas Raka, suamiku, memintanya untuk menceraikan diriku. Seketika aliran darahku pun langsung mendidih, aku benar-benar sangat marah dan geram melihat wajahnya."Apa maksudmu meminta suamiku menceraikanku? Kau pikir kau ini siapa? Dasar l*cur tak tau diri," tanyaku dengan suara penuh amarah. "Masa bodoh dengan wanita seperti Mbak, saat ini aku bisa memberikan keturunan bagi Mas Raka, aku tidak perduli dengan ejekanmu kepadaku, meskipun kau mengatakan aku adalah l*cur, tapi aku bisa memberikan Mas Raka keturunan," .jawab Andien dengan tatapan sinis yang menusuk hatiku. Aliran darahku mendidih mendengar penghinaan Andien tersebut. "Dasar wanita murahan, wanita yak tau malu , beraninya kau menghinaku seperti itu," umpatku, seraya memukul kecewa dan bingung. Menahan amarah yang tak terbendung, kuangkat tanganku tinggi-tinggi dan layangkan tamparan keras pada wajah Andien. Plaaak! Bekas merah dari telapak tanganku terpatri
Aku terkejut saat mendengar pengakuan Kalea, entah mengapa hatiku serasa ikut pedih menahan perasaan yang tak menentu.Apalagi setelah aku melihat dirinya yang terlihat sangat tertekan dan tak berdaya setelah Mas Raka menikah lagi dengan wanita yang lebih kaya.Sejenak, aku mencoba menyelami apa yang terjadi dalam benaknya.Aku melihat wajahnya dari spion tengah mobilku, wajah penuh penyesalan.Wajah Kalea mencerminkan sebuah cerita yang pernah kukira ia takkan pernah dialami olehnya. "Itulah kehidupan, Kal. Seperti kata pepatah, apa yang kita tabur itulah yang kita tuai. Namun, bukan berarti tak ada ruang untuk introspeksi diri dan menjalani hidup lebih baik," ungkapan hatiku padanya terasa lemah lembut. Mata Kalea tertunduk, mungkin saat ini ia merasa terpuruk oleh dosa masa lalunya yang kini muncul kembali. "Kau benar, Ran. Terkadang kita harus merasakan pahitnya hidup ini untuk bisa belajar dari kesalahan. Aku kira hidup bersama Mas Raka akan selalu bahagia hingga akhir waktu.
Aku benar-benar terkejut mendengar apa yang baru saja diungkapkan Kalea. Ia menceritakan bahwa dirinya telah menjadi korban fitnah oleh madu dan sopirnya. Lebih dari itu, ia mengaku selama tinggal bersama madunya, keluarga istri baru Mas Raka bahkan menjatah makannya, sungguh miris nasib Kalea, bahkan lebih miris dari diriku saat aku hidup bersama dengan ibu mertuaku, meskipun ibu mertuaku tidak pernah menjatah makanan untuk diriku. Namun setiap hari aku terus di hina dan di cap benalu oleh dirinya.Hatiku begitu terpukul mendengar penderitaan yang dialami mantan sahabatku ini. Aku merasa sangat iba melihat nasib yang ditanggungnya, terlebih dia sudah mulai menyesali apa yang sudah diperbuat oleh dirinya."Aku turut merasakan kesedihanmu, Kal," kataku seraya mencoba menenangkan perasaan sahabatku.Kalea menatap wajahku yang sedang menatap iba, tampak tersenyum kecut dan kulihat wajahnya kini sudah mulai berubah di sana."Sungguh, aku tidak menyangka jika kau diperlakukan begitu bu
Ketika mendengar cerita Kalea, perasaan terkejut memenuhi hatiku. Tak pernah terlintas di benakku bahwa dia diperlakukan lebih buruk dariku. Rasanya aku begitu beruntung bisa terlepas dari keluarga yang penuh benalu tersebut.Namun, aku tetap saja penasaran bagaimana Kalea bisa bertahan dengan segala perlakuan yang dia terima. "Kau mau mencari kerja di mana?" tanyaku sambil menatap wajah Kalea yang penuh keputusasaan. Hatiku merasa miris melihat kondisinya seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa mereka memperlakukan dia sangat buruk, sementara dulu mereka sangat memuja dirinya dan bahkan mereka mengagungkan Kalea."Entahlah, yang penting aku bisa bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, karena mulai hari ini Mas Raka tidak akan memberikan aku nafkah seperti dulu lagi. Semua uang nafkahku dipegang oleh ibu mertuaku dan dia yang akan memberikan jatah kepadaku," ungkap Kalea dengan wajah frustasi. "Apa? Nafkahmu akan dijatah? Dan kau diam saja dan menerima keputus
Aku benar-benar terkejut saat mendengar apa yang baru saja diucapkan Mas Raka. Tubuhku merasa gemetar, pikiran bergejolak dan tidak bisa dipercaya bahwa orang ini berani mengatakan hal tersebut. Sedetik kemudian, aku melihat Mas Raka mulai berjalan mendekatiku, sambil mempertahankan tatapan yang intens ke arahku. Aku panik dan berusaha menghindarinya. "Apa yang kamu lakukan, Mas?" tanyaku dengan suara tercekat. "Bersenang-senang denganmu, Rania. Aku merindukanmu, dan aku ingin menikmati tubuhmu kembali. Aku janji, aku akan merahasiakan semua ini," sahut Mas Raka sambil tersenyum licik. Deg!Jantungku terasa berdetak kencang saat mendengar kata-katanya. Begitu mengecewakan dan membuatku marah, bagaimana bisa dia mengharapkan hal tersebut setelah semuanya sudah berakhir? Dia sudah tidak waras saat mengatakan itu kepadaku."Kamu sudah gila, Mas! Ini kantor dan aku sudah punya suami sekarang! Ingat Mas, ini adalah perusahaan milik istri mudamu, apa jadinya jika dia memergoki dirimu me
Ketika mendengar suara wanita yang ternyata adalah istrinya, aku melihat Mas Raka tampak panik saat mendengar suara istrinya tengah berteriak di luar ruangannya, dan tanpa berpikir panjang, aku pun langsung mendorong tubuh Mas Raka ke arah belakang. Mas Raka buru-buru memakai kemejanya yang sempat dilepaskan tadi, sementara aku berusaha menenangkan diri dan menjauhi mantan suamiku yang baru saja berbuat mesum kepadaku. "Mas Raka! Apa yang kamu lakukan di dalam? Kenapa kamu mengunci pintu ruanganmu?" teriak Andien, istri Mas Raka, dengan nada marah. Aku masih sangat shock saat itu dan tidak tahu harus bagaimana. Aku pun merasa ketakutan, bagaimana jika Andien mengetahui apa yang terjadi di ruangan ini? Melihat paniknya, Mas Raka segera menuju ke arah pintu dan buru-buru membuka pintu ruangannya, sementara penampilannya yang acak-acakan sama sekali tidak menjadi perhatiannya. Hatiku berdebar kencang, saat Andien akan melihat peristiwa yang tak senonoh yang dilakukan oleh suaminya
Aku terkejut saat mendengar suara bariton yang familiar di telingaku, ternyata suara itu adalah suara Mas Attala, suamiku. Entah kenapa, hatiku langsung merasa tenang dan bahagia ketika aku mendengar suara bafitonnya. "Akhirnya, dia datang untuk menolongku, terimakasih ya Allah, Engkau sudah menggerakkan langkah kakiku dengan cepat ke tempat ini," bisikku dalam hati. "Mas Attala …" ucapku sambil menatap ke arahnya yang tengah menahan tangan Mas Raka yang hampir memukulku. Rasanya ada semacam ketenangan yang tiba-tiba menyelimuti hatiku. "Apa kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Mas Attala dengan nada lembut. Aku menangkap kecemasan dalam tatapannya dan rasa hangat itu yang selalu membuatku merasa aman. "Aku baik-baik saja, Mas," balasku sambil tersenyum haru pada Mas Attala. Walaupun di sini situasinya mencekam, ada perasaan yang nyaman mengetahui suamiku ada di sini.Mata Mas Attala kemudian beralih ke Mas Raka, yang tampak gugup dan keringat membasahi wajahnya. "Beraninya ka
Aku, Rania, saat itu benar-benar dikejutkan dengan banyak hal di sana. Mas Raka tampak frustasi dan Andien tampak sangat kesal dengan dirinya."Apa? Kamu sudah memberitahukan kepada Pak Subroto?" tanya Mas Raka dengan menatap wajah suamiku tak percaya."Aku sudah memberitahu semuanya kepadanya, tapi sepertinya dia tidak percaya dengan ucapanku. Namun, aku bisa memberikan sebuah bukti tentang kejahatanmu kepada dirinya, jika kau tidak mau sedikit pun memberikan kewajibanmu kepada perusahaanku, atas kerugian yang kau buat saat itu." Mas Attala tampak sedang menggertak dirinya dan mulai mengancam dirinya.Saat itu, perasaan panik melanda Mas Raka saat mendengar gertakan dan ancaman dari suamiku.Mas Raka bergegas menuju meja kerjanya, mengambil amplop coklat di laci meja. Di dalam amplop tersebut berisi uang yang telah disiapkan sebelumnya untuk membayar ganti rugi barang-barang yang ia curi dari perusahaan kami. "Ini adalah uang untuk mengganti rugi atas barang yang aku ambil dulu, u